Pasukan keamanan Libya kembali menembaki demonstran anti-pemerintah, sementara kelompok HAM yang bermarkas di Amerika mengatakan jumlah korban tewas di Libya menjadi 173 orang dalam kerusuhan lima hari.
Hari Minggu, saksi mata di Benghazi, kota terbesar kedua di Libya, mengatakan pasukan keamanan menembaki pelayat yang menghadiri pemakaman pengunjuk rasa yang tewas sehari sebelumnya. Aparat keamanan hari Sabtu juga melepaskan tembakan ke arah massa yang berkumpul untuk pemakaman para aktivis.
Sumber-sumber di rumahsakit di Benghazi mengungkapkan penumpasan dalam seminggu ini sudah menewaskan setidaknya 200 orang dan mencederai ratusan lainnya.
Kepala Uni Eropa Catherine Ashton hari Minggu mengimbau Libya agar menghentikan kekerasan terhadap demonstran.
Libya mengancam akan menangguhkan kerjasama dengan Uni Eropa mengenai isu-isu imigrasi jika Uni Eropa tetap mendukung demonstrasi mendukung pro-demokrasi.
Menurut media Arab, setidaknya 15 demonstran tewas dalam penembakan hari Sabtu, yang disebut sejumlah penduduk sebagai pembantaian. Para saksi mata mengatakan, penembak jitu beraksi setelah pelayat mencoba menyerbu satu bangunan militer.
Sementara itu, pemerintah Turki memulangkan ratusan warganya dari Libya karena kerusuhan politik dan kekerasan di negara Afrika Utara itu. Pejabat pemerintah mengatakan lebih dari 530 orang kembali ke Turki sejak Sabtu. Beberapa orang ikut penerbangan komersial, lainnya ikut dalam pesawat yang disewa pemerintah Turki.
Pejabat Turki berencana mengirim dua lagi pesawat evakuasi ke Libya hari Minggu. Media Turki, seperti dikutip kantor berita Perancis, melaporkan beberapa warga Turki yang bekerja untuk perusahaan negara di Libya diserang oleh demonstran.
Menurut Duta Besar Turki di Tripoli, ada sekitar 6.000 warga Turki yang tinggal di kawasan yang terkena dampak kekerasan di Libya. (voanews.com, 20/2/2011)