Arab Saudi mengirimkan lebih dari 1.000 tentaranya ke Bahrain untuk membantu mengatasi aksi demonstrasi besar-besaran di negeri itu. Atas hal itu, pemerintah Amerika Serikat mendesak Saudi untuk menahan diri.
“Kami mendesak pemerintah Bahrain, seperti yang sudah-sudah, begitu pula dengan negara-negara GCC (Dewan Kerjasama Teluk/Gulf Cooperation Council) untuk menahan diri,” ujar juru bicara Gedung Putih Jay Carney seperti dikutip Reuters, Selasa (15/3/2011).
GCC terdiri dari negara-negara Uni Emirat Arab, Bahrain, Oman, Qatar, Kuwait dan Arab Saudi. Menurut para analis, pengiriman pasukan Saudi menunjukkan terbatasnya pengaruh Washington di wilayah tersebut.
Pengerahan pasukan Saudi atas permintaan keluarga kerajaan Bahrain, terjadi hanya dua hari setelah Menteri Pertahanan AS Robert Gates berkunjung ke Bahrain. Dalam kunjungan itu, Gates mendesak para penguasa Bahrain untuk melakukan reformasi politik guna meredakan ketegangan dengan mayoritas warga muslim Syiah.
Pentagon menyatakan, baik Gates maupun Laksamana Mike Mullen, ketua Kepala Staf Gabungan AS yang belum lama ini juga berkunjung ke Bahrain, tidak diberitahu bahwa pasukan Saudi akan dikerahkan ke Bahrain.
Menurut para pengamat politik, pengerahan pasukan Saudi menunjukkan keluarga kerajaan Bahrain telah menolak permintaan AS untuk berdamai dengan para demonstran yang menuntut reformasi.
“Arti dari ini adalah pemerintah Bahrain telah memutuskan untuk mengambil sikap keras,” cetus Marina Ottaway, kepala Program Timur Tengah di lembaga Carnegie Endowment for International Peace di Washington.
“Selama ini ada perebutan dalam hal saran kebijakan antara AS dan Arab Saudi… AS telah mencoba untuk membujuk pemerintah Bahrain agar merespons dengan negosiasi, reformasi dan dialog,” tutur analis tersebut.
“Saudi telah mengatakan bahwa mereka harus memberantas perlawanan. Mereka (Bahrain) telah memutuskan untuk mendengarkan Saudi,” pungkas Ottaway. (detiknews.com, 15/3/2011)