Jakarta. Dalam setiap krisis, peran militer sangat strategis. Cepatnya prosesi penumbangan Ben Ali di Tunisia dan pelengseran Mubarok di Mesir karena cepatnya militer mengalihkan dukungan kepada rakyat. Sedangkan berlarut-larutnya krisis di Libya lantaran militer masih saja mendukung diktator Qaddafi.
“Jadi aktivis Islam harus mendatangi para jenderal!” ujar Pemerhati Politik Islam Wachiduddin dalam talkshow Halqah Islam dan Peradaban (HIP) ke-28, Ahad (20/3) pagi di Wisma Antara, Jakarta.
Menurutnya, meraih dukungan ahlul quwwah (pemiliki kekuatan/militer) dalam sebuah revolusi adalah metode baku (thariqah) yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Semua ahlul quwwah (kepala Kabilah) di Mekah dan sekitarnya termasuk di Thaif didatangi Rasulullah SAW dan para shahabatnya.
Kutlah Rasul ini meminta mereka untuk masuk Islam dan mendukung penuh perjuangan Rasul namun semuanya menolak. Tetapi Rasul dan para shahabat tidak putus asa. Sambil terus membina umat, Rasul dan para shahabat tetap melakukan aktivitas thalabun nushrah tersebut.
Sampai akhirnya panglima perang Sa’ad bin Muaz dari kabilah Aus di Yatsrib (sekarang Madinah) menerima Islam dan mendukung penuh berdirinya negara Islam di Yatsrib, tanpa pertumpahan darah.
Sa’ad bin Muadz Abad 21
Amerika sangat menyadari peran penting militer tersebut, dalam krisis di Timur Tengah nampak sekali peran Amerika di tubuh militer. Tujuannya jelas, agar siapapun rezim pengganti Mubarak, tetap akan mendukung Amerika.
Belajar dari krisis Timur Tengah, maka di samping membina umat agar memahami sistem Islam sebagai sistem pengganti, militer pun harus terus didekati. Jangan sampai militer lebih mendengar bisikan busuk Amerika dan barat.
“Kepada para jenderal, kita harus pahamkan betapa Islam ini satu-satunya sistem yang diridhai Allah SWT!” tegasnya dan disambut takbir sekitar 500 peserta talkshow yang bertema Lonceng Kematian Rezim Boneka di Dunia Islam itu.
“Ketika Panglima Sa’ad bin Muaz meninggal, Arasy pun goncang, dibukakan baginya segala pintu-pintu langit dan disaksikan oleh 70.000 Malaikat!” pekiknya menyitir hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Nasa’i dari Ibnu Umar itu.
“Wahai para jenderel jadilah Sa’ad bin Muaz abad 21!” ujarnya. Kemudian moderator meminta wartawan untuk mengutip kata-kata tersebut, agar didengar para jenderal.
Wachiduddin pun menjelaskan bahwa militer Indonesia adalah militer Islam. Jenderal Sudirman adalah aktivis Islam yang komit terhadap Islam untuk melawan penjajahan. “Jadi, sebenarnya tidak ada alasan bagi para jenderal untuk menolak karena Indonensia adalah negeri Islam!” pungkasnya. (mediaumat.com, 20/3/2011)
That’s right, Coz Militer termasuk Ahlul Quwwah.
dkungan dri org2 yg mmiliki kkuatan mmang mutlak diperlukan dalam sbuah revolusi
dukungan militer memang bisa mempercepat revolusi, kenapa tidk kita coba….Dan hrs disiapkan materi utk sistem baru yg sesuai dg syariat islam, siapapun orangnya yg memimpin.
Mesti ada 2 langkah, pertama mengambil dukungan milite. Kedua memasukkan kader kita ke militer