BANDAR LAMPUNG (Lampost): DPD Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Lampung menilai aneh dan serampangan tuduhan yang mengaitkan bom buku dengan khilafah.
“Mengaitkan bom buku dengan upaya penegakan khilafah merupakan cara
konyol untuk mendiskreditkan gerakan khilafah,” kata Humas DPD HTI Lampung Akhiril Fajri, Minggu (26-3).
Pernyataan ini sehubungan ucapan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris Ansyaad Mbai yang mengatakan target dari bom buku ini adalah para penghalang khilafah di Jakarta pekan lalu.
Menurut dia, tuduhan ini sangat serampangan. Sebab, sampai sekarang, tidak ada bukti apa pun kecuali barang paket dan bom yang memang ada yang terbukti. Tapi beberapa lainnya juga tidak terbukti bom.
“Tapi mengapa kok buru-buru dialamatkan kepada apa yang disebut Islam radikal,” katanya.
Cara konyol itu, katanya, dilakukan lantaran tidak satu jalan pun yang dapat digunakan mereka untuk melawan atau membuktikan baik secara intelektual, rasional, emosional, maupun secara legal yang dapat mematahkan arus dukungan terhadap penegakan khilafah.
Secara legal, berdakwah untuk menyadarkan kaum muslim agar kembali menegakkan khilafah merupakan bagian dari kebebasan berpendapat yang dijamin konstitusi atau UU.
Secara emosional, khilafah justru dekat dengan emosi umat Islam yang saat ini merasa tertindas, lemah, tidak mampu menghadapi berbagai tantangan yang menghadang datang dari musuh Islam, kecuali bersatu dalam satu komando seorang khalifah.
“Secara rasional, apalagi yang bisa ditempuh umat Islam untuk menghadapi begitu banyak problem kecuali kembali kepada syariat dan khilafah?” ujarnya.
sedangkan secara intelektual, ini adalah gagasan yang mempunyai basis teori yang sangat kokoh baik secara teologi, maupun secara historis. Dia menegaskan sebagai pengusung konsep khilafah, HTI tidak pernah menggunakan jalan kekerasan di dalam menyampaikan penyadaran ini.
“Sekali lagi, mereka sangat kesulitan untuk membendung berkembangnya gagasan yang semakin hari semakin diterima masyarakat,” katanya.
Hal itu setidaknya dibuktikan dari berbagai survei yang dilakukan lembaga riset nasional, baik yang netral maupun yang jelas-jelas berkiblat pada paham sekuler, seperti Setara Institute beberapa bulan lalu. RLS/D-2
Sumber: http://lampungpost.com/cetak