HTI Press. Ahad (27/03), HTI-SUMUT kembali mengadakan Halqah Islam dan Peradaban (HIP) yang ke-9, bertempat di Mesjid Al-Amin, Jl. Prof. H. M. Yamin Medan pukul 09.00 wib. Tema yang diangkat pada HIP-9 ini adalah “Mengungkap Penyesatan Opini, Dari kasus Terorisme Hingga Kasus Liberalisme Agama”, yang menjadi pembicara adalah: 1). Ust. Rokhmat S. Labib, MEI (DPP HTI), 2).Bapak Ngatirin (Jurnalis/Wakil Pimpinan Harian Mimbar Umum), 3). Bapak Rizanul Arifin (Redaktur Harian Medan Bisnis).
Latar belakang HTI pada HIP-9 mengangkat tema yang berkaitan dengan media masa, disebabkan pada waktu belakangan ini umat Islam Indonesia, sering menjadi objek tertuduh atas banyaknya kasus miring, dimulai dari kasus kekerasan terhadap ahmadiyah, toleransi beragama hingga kasus terorisme dan semua opini negatif tersebut dinisbatkan mediamasa kepada umat Islam Indonesia. Melihat latar belakang ini HTI perlu membedahnya lebih jauh.
Media masa pada hakikatnya adalah alat, laksana pedang bermata dua bila digunakan untuk kepentingan yang baik maka akan bermanfaat, dan sebaliknya bila digunakan untuk kepentingan yang buruk jelas akan merusak. Hal ini diakui oleh Bapak Rizanul,”bahwa pemanfaatan mediamasa yang bersifat seperti pedang bermata dua sangat berbahaya bila dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab”. Karakter mediamasa yang seperti ini pula yang dikritisi oleh Ust. Rokhmat beliau menyatakan, “bahwa karakter mediamasa yang berupa alat, terbuka untuk digunakan dan dimanfaatkan oleh para pemegang otoritas didalam mediamasa sendiri, dan kecendrungan pemilik pemegang otoritas mediamasa adalah para penguasa yang dekat dengan penguasa, dan selalu berkolaborasi untuk menjaga kepentingannya”. Dan jika berbicara idealisme ataupun kode etik dalam mediamasa, pada dasarnya ini hanya teoritis, dalam prakteknya keuntungan bisnis berupa materi yang dikejar, sehingga objektivitas adalah barang mahal pada setiap mediamasa saat ini.
Penggiringan opini negatif terhadap perjuangan Islam, umat Islam dan ajaran Islam yang terjadi saat ini, muncul akibat pola pikir kapitalis-sekuler para pemilik Mediamasa, penguasa dan juga masyarakat yang kering dari kesadaran Ideologis. Pertarungan ini nyata dan terbuka di Mediamasa manapun, hanya segelintir Mediamasa yang bisa bertahan dengan objektivitasnya, yang berimbas kepada omset penjualan. Menurut Bang Ngatirin, inilah yang menyebabkan mediamasa-mediamasa yang bertahan dengan idelisme Islam, kurang laris dan kalau mau laris harus mau merubah haluan idealisme Islamnya kepada idealisme lain.
Tingkah mediamasa yang kebablasan memang legal dalam sistem demokrasi, seolah tidak ada yang mengontrol. Media masa sering berdalih bahwa Umat dapat melakukan gugatan terhadap tingkah media masa yang kebablasan ini, dan Umat diharapkan menjadi Umat yang cerdas dalam menerima berita, sehingga terjadi keseimbangan opini. Pernyataan ini aneh, sebab bukankah Mediamasa yang seharusnya menjadi pencerdas umat, dan bukankan tidak semua elemen umat yang cerdas dan dapat menyaring berita, pernyataan ini justru menunjukkan sikap acuh dan ketidakpedulian mediamasa didalam sistem kapitalis terhadap kerusakan umat. Banyaknya mediamasa penyaji cerita porno, kesesatan akidah, dan lainnya akan terus terjadi bila pola pikir yang bersumber dari akidah kapitalisme sekuler ini dipertahankan.
Untuk itulah umat dan mediamasa membutuhkan Islam sebagai solusi. Islam memiliki sebuah aturan bagi setiap muslim dimana mereka tidak boleh sembarangan menerima informasi, dan harus selalu melakukan tabayyun (Al_Hujurat: 6). Dan bagi mediamasa, Islam memiliki aturan tegas bahwa dalam menyampaikan suatu berita apapun itu harus dilandasi sebuah bukti, dan diharamkan menyampaikan berita dusta, provokasi serta berita-berita merusak lainnya. Sesuai dengan sabda nabi yang artinya : Barangsiapa yang beriman kepada alloh dan hari akhir, katakanlah yang benar atau diam. Selain itu untuk menangkal semua opini negatif terhadap Islam, dan untuk mengiklankan perjuangan Islam Ust.Rokhmat menyatakan, “umat bisa memanfaatkan anugrah alloh yakni mulut untuk berbicara dan berdakwah, bilamana banyak media sekuler yang tidak mau ikut memperjuangkan Islam, sehingga umat Islam tidak perlu berkecil hati”. Wallahu’alam bishawab (INFOKOM HTI-SUMUT)
what should we do ?