Sejumlah pejabat keamanan Yahudi mengunjungi Kairo pada beberapa hari terakhir. Juga, utusan khusus entitas Yahudi telah tiba di Kairo untuk mengadakan pembicaraan dan konsultasi dengan para pejabat Mesir. Menurut kantor berita Ma’an bahwa telah berlangsung pembahasan mengenai masalah keamanan yang terkait dengan Gaza, perbatasan dan masalah-masalah lainnya. Kunjungan-kunjungan ini bertepatan dengan kunjungan delegasi Hamas ke Mesir, yang juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mesir.
Kunjungan-kunjungan ini dilakukan tidak lama setelah eskalasi pembunuhan yang dilakukan oleh entitas Yahudi di Gaza, dan ancaman yang terus-menerus dilakukan Yahudi dengan melancarkan perang baru di Gaza; serta setelah pernyataan yang dikutip oleh berbagai media bahwa Menteri Luar Negeri baru Mesir, Nabil Al-Arab yang telah memperingatkan Yahudi dari melakukan operasi militer terhadap Gaza.
Kunjungan-kunjungan yang dilakukan oleh para pemimpin Yahudi ke Kairo ini menunjukkan bahwa peran rezim Mesir dan sikapnya terhadap entitas Yahudi masih seperti sebelumnya. Rezim Mesir di era mantan presiden yang digulingkan, maka perannya-sangat jelas-yang berkisar antara peran mediator yang condong terhadap Yahudi, atau mediator antara pihak yang berkonflik di natara rakyat Palestina terhadap otoritas yang tidak memiliki kedaulatan. Sementara posisi sebenarnya, bahwa Mesir itu adalah alat dan broker bagi pengaruh AS di kawasan Timur Tengah.
Sayangnya, kunjungan-kunjungan yang masih berkelanjutan ini menunjukkan bahwa sikap Mesir saat ini dan politik luar negerinya belum juga berubah, misalnya gas Mesir masih mengalir ke entitas Yahudi, sekalipun rezim baru mencoba memolesnya dengan mengatakan akan meninjau kembali harga gas yang diekspor!! Dan kesepakatan Camp David pun masih berdiri kokoh di atas akarnya!!.
Sekalipun ada peringatan dari Menteri Luar Negeri Mesir kepada Yahudi jika melancarkan perang di Gaza, namun yang diharapkan bahwa Mesir mengusir para selegasi keamanan Yahudi dari Kairo, membatalkan kesepakatan pengkhianatan “Camp David”, dan menggerakkan tentara Mesir untuk menyelamatkan Gaza dan Palestina. Solusi yang akan memecahkan masalah Gaza dan Palestina adalah sebuah deklarasi perang, bukan sekedar membuat pernyataan yang tidak sesuai kenyataan. Sehingga, hubungan dengan mereka para pejajah negeri kaum Muslim bukam di lorong politik, pembicaraan, dan para delegasi keamanan, melainkan hubungan untuk mengamputasi dan membasmi kezaliman dan nafsu perang mereka.
Dengan demikian, kewajiban para penguasa baru Mesir dan tentaranya adalah melakukan tindakan yang menyebabkan ridha Allah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Lalu, sambutlah aspirasi rakyat Mesir yang menginginkan perubahan.
Para penguasa di Mesir yang masih berkuasa setelah amandemen konstitusi Mesir pasal kedua yang menetapkan bahwa agama negara adalah Islam, maka mereka dituntut untuk bersikap dengan bersandarkan pada ideologi Islam yang agung.
Apakah sesuai Islam, sikap tentara Mesir yang berpangku tangan dengan apa yang terjadi di Gaza tanpa memberikan pertolongan terhadap kaum Muslim? Apakah sesuai Islam bahwa para pemimpin Yahudi dan para delegasi mereka dibiarkan berduyun-duyun ke Mesir? Dan apakah dibenarkan Islam bahwa peran Mesir adalah melayani agenda-agenda AS dan mediasi antara entitas Yahudi dengan otoritas?
Sesungguh, salah satu alasan pemberontakan melawan rezim “Mubarak” adalah karena rezim ini telah merendahkan rakyat Palestina dan warga Gaza khususnya. Jadi, mengapa para penguasa baru di Mesir tidak merespon aspirasi dan tuntutan massa agar membantu Gaza dan Palestina, dan membebaskannya?.
Dengan demikian, para pemberontakan di Mesir wajib untuk melanjutkan pemberontakan mereka sampai terjadi perubahan yang seutuhnya; perubahan yang tidak meninggalkan sisa-sisa rezim sedikit pun kecuali mencabutnya; dan tidak cukup hanya dengan perubahan tambal sulam dan asesoris semata, melainkan perubahan yang mengakhiri hingga ke akar-akarnya rezim yang telah memperbudak umat dan banyak melakukan pengkhianatan; kemudian mendirikan Khilafah di atas puing-puing reruntuhannya, sehingga dengan ini perubahan yang nyata dan radikal benar-benar terwujudkan. Dan untuk tujuan inilah, seharusnya orang-orang ikhlas berkativitas (pal-tahrir.info, 31/3/2011).