Kantor berita Reuters pada tanggal 30/3/2011 mengutip dari sumber pemerintah di Washington bahwa Barack Obama menandatangani perintah rahasia yang mengizinkan dukungan pemerintah AS kepada pasukan oposisi Libya yang berusaha untuk menggulingkan Gaddafi. Sumber tersebut mengatakan bahwa Obama menandatangani keputusan tersebut selama dua atau tiga pekan terakhir, serta mengizinkan CIA untuk melakukan operasi-operasi rahasia.
Di samping Obama, menteri Luar Negerinya Hillary Clinton, dan perwakilannya di PBB Susan Rice, dalam tiga hari terakhir juga sedang bermain kata-kata ketika mereka mengatakan bahwa mereka tidak menutup kemungkinan untuk mempersenjatai pihak oposisi, bahkan mereka sedang menyiapkan sebuah kondisi mereka masih mereka rahasiakan dalam beberapa pekan terakhir.
Obama mengatakan bahwa AS tidak akan mengulangi kesalahannya di Irak. Sehingga AS tidak akan pernah mengirim pasukan darat ke Libya. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk memasok senjata pada kelompok oposisi Libya.
Hal ini menunjukkan bahwa AS ingin menguasai para penentang Gaddafi dan memperbudaknya dengan memanfaatkan kelemahan mereka, sampai AS memegang kendali atas urusan mereka dan mengendalikan mereka sesuai dengan politiknya. Bahkan menjadikan sebagian mereka sebagai bonekanya yang akan memaksakan pengaruhnya di Libya, dan menghilangkan pengaruh Inggris serta sekutu-sekutu Eropanya. Kemudian memegang bagian terbesar dari kekayaannya, dan mencegah kelompok Islam memegang kendali pemerintahan.
Sementara pengiriman aparat intelijennya ke Libya, tidak lain adalah bukti bahwa aparat ini akan melakukan operasi untuk berburu mereka yang akan dijadikan bonekanya. Sekalipun tidak demikian, niscaya Dewan Pemerintahan Transisi yang terdiri dari para pemberontak akan berkerja sama secara terbuka dan resmi dengan negara Amerika, namun tidak mengizinkan intelijen AS untuk memasuki negara.
Perlu untuk diketahui bahwa ketika Rusia pada era Uni Soviet melakukan penyerangan di Afghanistan, AS memanfaatkan itu dan memasok senjata pada kaum Muslim rakyat negara itu, serta mengirim intelijennya hingga AS mampu menciptakan para boneka dan pengaruhnya di negara itu. Kemudian merobohkannya seperti yang biasa dilakukan oleh para penjajah. Dan AS mulai bermain di dalam organisasinya sampai berhasil mencapai keadaan untuk menduduki negara itu pada tahun 2001 dengan dalih al-Qaeda masih menjadi momok yang melakukan pembunuhan dan pengrusakan di sana (kantor berita HT, 6/4/2011).