GAZA – Aksi brutal Israel yang terus membombardir Jalur Gaza dalam sepekan terakhir membuat Rumah Sakit Asy-Syifa, Gaza, tak mampu melayani korban yang terus berdatangan. Hingga hari ini, Senin (11/4), tercatat 20 orang gugur dan dan ratusan lainnya luka parah.
Dalam surat elektroniknya yang dikirimkan kepada Republika.co.id, Abdillah Onim (Ketua MER-C Indonesia Cabang Gaza) mengatakan sebagian besar korban luka akibat serangan Israel dalam kondisi kritis. “Mereka akan mengalami cacat seumur hidup, karena kehilangan beberapa anggota tubuh,” ujarnya.
Onim menambahkan, berbagai sumber medis di Gaza mengungkapkan bahwa serdadu Zionis kembali menggunakan senjata kimia terlarang berupa fosfor putih yang pernah digunakan pada 2008 dan 2009 lalu. “Bom fosfor putih sangat berbahaya dan menyebabkan kematian, karena setiap anggota tubuh yang terkena bom itu akan melepuh dan terbakar,” kata relawan MER-C yang hingga kini masih menetap di Gaza ini.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Gaza Basseem Naim, menyatakan Israel telah menggunakan senjata terlarang selama serangan beberapa hari ini. Semua korban yang mengalami cedera terjadi hampir terbakar di seluruh bagian tubuh mereka. “Fakta ini menunjukkan bahwa tentara Zionis telah menggunakan senjata kimia fosfor putih dalam serangkaian serangan ke Gaza,” ujarnya.
Agresi sistematis dan terprogram Israel dilakukan tanpa pandang bulu dengan menargetkan serangan terhadap perempuan, anak-anak dan orang tua. Bahkan serangan Israel juga telah melukai tim medis.
Sebuah mobil ambulans dihajar rudal Israel ketika berusaha mengevakuasi korban. Serangan terhadap ambulans tersebut mengakibatkan tewasnya seorang paramedik, sedangkan pengemudinya dalam keadaan luka parah.
Naim mengaku heran dengan sikap masyarakat internasional yang membisu tatkala Israel secara membantai rakyat Palestina secara brutal. “Kami heran dengan kebisuan masyarakat dunia atas kejahatan Israel tersebut. Sementara mereka menekan Palestina agar tetap tenang dan tidak merespons aksi keji Israel,” kata Naim.
Rakyat Gaza Butuh Rumah Sakit
Selain itu, Naim juga meminta kepada otoritas Mesir, dalam hal ini kementerian kesehatan Mesir agar mau menerima beberapa korban untuk dirawat di Rumah Sakit di Mesir. Hal ini karena terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia di Rumah Sakit di Jalur Gaza. Naim khawatir, jika serangan ini terus berlanjut dan menelan banyak korban, maka Rumah Sakit di Gaza dipastikan takkan mampu menampung jumlah korban yang terus berjatuhan. “Keberadaan Rumah Sakit di daerah konflik seperti Gaza memang sangat mendesak, karena dipastikan korban akan banyak berjatuhan serta memerlukan penanganan segera,” ujarnya.
Oleh sebab itu, lanjut Naim, proyek pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza akan segera dimulai pembangunannya pada April 2011 ini akan sangat bermanfaat bagi para korban perang. Karena RSI ini didesain khusus untuk menangani berbagai korban yang mengalami trauma dan rehabilitasi serta membutuhkan penanganan segera.
Menurut Onim, RSI ini direncanakan akan dibangun dengan kapasitas 100 tempat tidur dengan ruang operasi yang cukup luas. Diharapkan Rumah Sakit yang dibangun dengan dana sumbangan rakyat Indonesia ini bisa membantu para korban perang di Jalur Gaza. “Sehingga mereka tak perlu lagi keluar dari Gaza, serta menempuh jarak yang cukup jauh untuk berobat,” kata lelaki asal Maluku yang baru-baru ini menikah dengan Muslimah Gaza itu. (republika.co.id, 11/4/2011)
Israil Laknatulloh