Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Amnesty International mengungkapkan bahwa setidaknya 200 orang telah meninggal di Suriah sejak awal gerakan aksi protes pertengahan Maret lalu. Dan sebagian besar dari mereka meninggal akibat ditembak oleh aparat keamanan atau polisi berpakaian sipil.
Dalam sebuah pernyataannya, organisasi itu mengatakan bahwa ia telah menerima sedikitnya 200 orang daftar nama dari mereka yang meninggal. Dan pada saat yang sama organisasi ini menegaskan bahwa jumlah korban meninggal sebenarnya mungkin lebih besar dari angka yang sudah diterimanya ini.
Pernyataan itu menambahkan: “Sebagian besar korban meninggal akibat mati ditembak oleh pasukan keamanan Suriah, atau polisi berpakaian sipil yang bergerak bersama pasukan keamanan menghujani peluru sebuah perkampungan. Namun demikian, pemerintah Suriah mengklaim bahwa kelompok-kelompok oposisi bersenjata yang bertanggung jawab atas meninggalnya mereka.”
Malcolm Smart, Direktur Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara mengatakan bahwa “Sekalipun pemerintah Suriah berusaha mengingkari, kebenaran tidak dapat ditutupinya. Sebab, klaim pemerintah ini bertentangan dengan pernyataan-pernyataan para saksi mata di pusat-pusat berlangsungnya aksi protes di Dar’a, Damaskus, Latakia dan Banias.”
Smart menambahkan kepada kantor berita Prancis AFP bahwa “Semua kesaksian ini berbicara tentang para sniper (penembak jitu) pasukan pemerintah yang menembaki para demonstran, dan menggunakan kekuatan (kekerasan) hingga menyebabkan jatuhnya korban meninggal. Oleh karena itu dalam rangka membangun kebenaran, maka harus dilakukan dengan cepat investigasi independen secara menyeluruh dan mendalam.” (islammemo.cc, 15/4/2011).