Amerika Serikat bekerjasama dengan monarki despotik Bahrain dalam melakukan aksi kekerasan terhadap gerakan revolusi rakyat, kata seorang aktivis hak asasi manusia terkenal Bahrain.
“Orang-orang di Bahrain menganggap bahwa Amerika dengan berbagai cara, terlibat langsung dalam apa yang terjadi di negara ini,” ujar Maryam al-Khawaja dari Pusat Hak Asasi Manusia Bahrain, kepada Press TV pada hari Kamis (14/4).
Puluhan orang tewas dan ribuan lainnya terluka sejak 14 Februari, ketika masyarakat memulai gerakan revolusi melawan keluarga kerajaan, yang telah memerintah Bahrain selama lebih dari 40 tahun.
Dipimpin oleh Arab Saudi, pasukan Dewan Kerjasama Teluk Persia (PGCC) dikerahkan ke Bahrain pada pertengahan Maret untuk memperkuat serangan bersenjata terhadap demonstran anti-pemerintah. Bala bantuan dilaporkan turut memberikan kontribusi besar bagi peningkatan penggunaan kekerasan terhadap protes rakyat.
Khawaja menjelaskan, keterlibatan Washington dalam kekerasan negara di Bahrain ditunjukkan melalui sambutan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, yang mengatakan bahwa Manama memiliki hak berdaulat untuk mengundang pasukan PGCC ke negara itu.
“Namun, secara hukum dan sesuai dengan perjanjian antara negara-negara anggota PGCC, kekuatan itu seharusnya digunakan untuk ancaman asing,” tegasnya. (IRIB, 15/4/2011)