Jakarta – Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengutuk dan menolak keras bom Cirebon yang dilakukan M Syarif di Masjid Adz Dzikra, Polresta Cirebon, dikaitkan dengam Islam. HTI juga meminta agar kasus bom ini tidak dijadikan alasan mempercepat pengesahan RUU Intelijen.
“Menolak dikaitkannya bom bunuh diri di Mapolresta Cirebon dengan Islam atau perjuangan Islam. Karena tindakan keji itu bertentangan sama sekali dengan ajaran Islam,” tegas juru bicara HTI M Ismail Yusanto.
Hal itu disampaikan Ismail saat jumpa pers di Kantor Pusat HTI, Jalan Profesor Dr Soepomo, Pancoran, Jakarta, Senin (18/4/2011). Pernyataan HTI ini juga mewakili 10 ormas Islam lain, termasuk JAT pimpinan Abu Bakar Ba’asyir.
Syariat Islam, imbuhnya, sangat jelas melarang untuk melukai apalagi membunuh siapa pun tanpa alasan yang jelas. “Terlebih lagi di saat orang-orang tersebut sedang melaksanakan ibadah salat jumat,” imbuhnya.
HTI juga meminta kepada pihak berwenang untuk segera mengusut tuntas pelaku dan motivasinya, termasuk siapa otak di balik tindakan keji itu. Pihaknya meminta agar kasus ini tidak dijadikan alasan segera mengesahkan RUU Intelijen.
“Ketiga, menolak mengaitkan peristiwa ini dengan kepentingan untuk segera melakukan pengesahan RUU Intelijen,” tegas dia.
Alasannya, masih terdapat kelemahan dalam RUU Intelijen. “Secara prinsip setuju RUU Intelijen tapi menghilangkan pasal karet yang berisi kalimat ‘musuh dalam negeri’,” jelasnya.
Menurut HTI, apa masih ada kemungkinan serangan bom lagi? “Tidak menutup adanya kemungkinan, cuma untuk menekan angka serangan itu harus diperhatikan juga faktor internal dan ekstrernal umat Islam, dalam artian apabila masih ada ketidakadilan dan kezaliman terhadap umat Islam maka serangan dan resistensi masih ada,” jawabnya. (detiknews.com, 18/4/2011)