HTI Press. Hizbut Tahrir Indonesia-DPD I Lampung mengadakan Halqah Islam dan Peradaban edisi ke 13 dengan mengangkat tema “Permasalahan Kemiskinan dan Solusinya dalam Islam”di Aula Balai Latihan Koperasi, pada hari Minggu, 24/04/2011, Pkl 20.00. Sebagai Narasumber: Ust. Ir. Abu Muhammad (Ketua DPD I HTI Lampung), Ust Ir. Abu Farhat (Ketua DPD II HTI BandarLampung) dan Prof. Dr. H. Wan Abbas Zakaria (ICMI Lampung).
Pada kesempatan ini panitia sebelumnya menampilkan beberapa video diantaranya, Ta’arif HTI, Teaser Konferensi Rajab dan video seputar permasalahan kemiskinan. Lalu pada session selanjutnya Ust Abu Farhat (Ketua DPD II HTI Bandarlampung) mengatakan bahwa kenapa kini kemiskinan terjadi, tentu yang paling bertanggung jawab atas kemiskinan saat ini adalah sistem kapitalisme. Sebab, Ketimpangan sosial menjadikan akumulasi kekayaan hanya pada segelintir konglomerat. Sebagai contoh di Indonesia 14 perusahaan multinasional telah menguasai 83% kekayaan negara/umat. Ust Abu Farhat juga menambahkan karena konsep kebebasan dalam kapitalisme, pemerintah tidak lagi memerankan fungsinya sebagai pemelihara urusan-urusan dan kebutuhan dasar rakyatnya. Subsidi dihilangkan, dan pemerintah lebih berpihak kepada para pemilik modal, termasuk pihak asing. Akibatnya, pengelolaan kekayaan negara tidak optimal dan banyak anggaran yang tidak berpihak oleh rakyat. Sebab itu, sudah jelas kapitalisme membawa krisis terhadap kehidupan sebagaimana dikatakan oleh Allah SWT dalam AL-quran “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan-tangan manusia.”
Lalu Bpk Prof. Wan Abbas Z juga mengatakan sekarang penjajahan di bidang ekonomi membuat Indonesia tak berdaya. Kita serahkan kedaulatan kita demi rupiah yang sedikit saat pemilu. Rakyat tidak sadar mereka
dibodohi. Begitupula dengan Penduduk Lampung parah kemiskinannya secara nasional. Tanah ulayat, misalnya sekarang dijarah kapitalis.
Lampung tengah rakyatnya paling miskin, padahal SDA terbesar ada disana. Pabrik nanas terbesar secara internasional ada di sana. Orang adat dibohongi, tanah sehektar dijual 500 ribu. Tak ada proteksi dari negara. Kita lihat wilayahnya Lampung Barat kemiskinannya kultural, ada kebijaksanaan struktur yang bikin masyarakat miskin. Kampung tua menderita karena kebijakan pemerintahnya memiskinkan. Saya ketemu
dubes Indonesia di Jepang, Indonesia menjual murah gas ke Jepang.
Padahal gas adalah sumber energi untuk bikin pupuk. Intensifikasi tidak berhasil karena tidak ada duit untuk beli pupuk. Angka kemiskinan di Lampung berubah-ubah angkanya tergantung dari kepentingannya.
Setelah itu Ust Ir Abu Muhammad menjelaskan definisi kemiskinan, saat ini definisi kemiskinan ada perbedaan yang cukup signifikan. Di Lampung, jika penghasilan di bawah 200 ribu perbulan baru dibilang
miskin. Ini tidak sesuai, banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi.
Dalam Islam seseorang disebut miskin apabila kebutuhan primer atau asasi tidak terpenuhi, seperti sandang, pangan, papan. Ada pula kebutuhan dharuri (kebutuhan pokok); pendidikan, kesehatan, transportasi. Lalu kebutuhan pelengkap. Dalam memenuhi kebutuhan pokok ini Islam menyuruh bekerja. Pemimpin melalui Disnaker memberdayakan umat, jangan sampai ada seorangpun yang menganggur. Selain bekerja, pemenuhan kebutuhan pokok juga dilakukan dengan bantuan keluarga atau sanak famili, zakat (personal social responcibility), juga koreksi masyarakat atas pemerintah sambil mengulurkan bantuan.
Dalam masa Khalifah Umar, orang yang masih mampu memenuhi kewajiban membeli susu bagi anaknya masih diberi zakat. Orang disebut miskin pada masa itu bila pendapatannya dibawah 20 dinar (1 Dinar = 4,25 gram emas). Masalahnya parameter kemiskinan adalah parameter negara yaitu index per kapita. Padahal perspektif Islam parameter miskin adalah apabila masih ada orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Oleh Karena itu, solusi untuk mengatasi kemiskinan ya hanya syariah dan khilafah, insyaallah Kemiskinan akan bisa dihilangkan. (Lajnah I’lamiyah dan Infokom HTI Lampung)