Nonton Bareng dan Bincang Remaja “Pijar Permata Pembela Islam”
HTI Press. Masa remaja adalah fase kehidupan yang indah. Ungkapan Syayidina Ali R.a ketika dirinya ditanya seorang sahabat, “wahai Ali jika engkau kaya, apa yang kau perbuat dengan kekayaanmu?.” beliau menjawab aku akan membeli masa muda. Fantastis! Masa muda saat seseorang dapat mengoptimalkan waktu dan tenaga. Hanya saja, keindahan dan kehebatan masa muda ini terkadang membuat lupa akan jati diri para remaja. Banyak remaja yang kemudian mengekor budaya barat dan merasa lebih bangga mengikuti trend barat.
Lalu, sebenarnya harus seperti apa remaja muslim itu? Dan bagaimana mengisi masa muda yang indah tersebut agar lebih bermakna? Untuk menjawab pertanyan-pertanyaan ini, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Kabupaten Bantul menggelar acara Nonton Bareng dan Bincang Remaja “Pijar Permata Pembela Islam”. Acara ini diselenggarakan pada hari Ahad, 10 April 2011, di Bantul Terrace, Bantul Yogyakarta. Dengan menghadirkan pembicara Ustadzah Deni Noviandari,S.P seorang pemerhati remaja dan ustadzah Titin Erliyanti,S.Pd. aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Kabupaten Bantul.
Dalam sambutannya, Ketua MHTI DPD II HTI Kabupaten Bantul, Hesti Rahayu, S.Sn., MA., menjelaskan bahwa masa remaja adalah masa emas yang harus dimanfaatkan oleh siapapun yang ingin dipantaskan Alloh untuk meraih surga-Nya. Diharapkan dengan menonton film documenter ini, para peserta dapat mengambil inspirasi dengan 3 tokoh remaja yang ditampilkan dalam “Pijar Permata Pembela Islam”, dan bersedia untuk mengkaji keislaman bersama dengan MHTI Kabupaten Bantul.
Film yang diputar adalah film dokumenter berdurasi 20 menit. Film ini menceritakan pengalaman 3 remaja SMU, usia 15-18 tahun. Mereka merasakan suatu perubahan hidup yang cukup hebatĀ setelah mereka mengkaji Islam bersama Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia. Mereka mengakui setelah mengkaji Islam akhirnya mengerti tujuan hidup dan bagaimana mengisi hidup lebih bermakna dan tidak sia-sia. Mereka juga berbagi pengalaman suka dan suka selama berdakwah mengajak teman-teman lainnya untuk ikut mengkaji Islam bersama mereka,diamana kebanyakan dari teman-teman mereka lebih suka jalan-jalan di mall, pacaran, berfoya-foya dengan gaya hidup hedonis, dan menjadi pembebek budaya Barat. Mereka pun menyampaikan harapan-harapannya terhadap remaja muslim lainnya untuk tetap pede dengan Islamnya dan semangat untuk terus mengkaji islam.
Fakta remaja muslim saat ini memang sangat memprihatinkan, berbeda jauh dengan keadaan remaja atau para pemuda Islam pada zaman Nabi. Ustadzah Deni Noviandari,S.P, selaku pembicara pertama, mencoba membandingkan kondisi tersebut. Dia menceritakan bagaimana hebatnya para pemuda/i Islam pada masa Nabi. Dimana mereka senantiasa mengisi waktunya dengan beribadah kepada Alloh secara optimal. Sebut saja Sahabat Ali R.a, beliau masuk Islam pada usia yang begitu muda yaitu 8 tahun, Ja’far bin Abu Thalib pada usia 18 tahun, dan Mus’ab bin Umair pada usia 24 tahun. Dan kita tahu bagaimana sepak terjang para sahabat nabi ini dalam membela Islam. Mereka rela berkorban harta dan jiwa untuk kemenangan Islam. Dikalangan para shabiyah ada Aisayah binti Abu Bakar, istri Nabi sekaligus seorang wanita yang terkenal pandai dalam ilmu faraid (warisan dan obat-obatan). Contoh pemuda lainnya adalah Muhammad al Fatih, pada usianya yang begitu muda, 24 tahun, dia menjadi seorang panglima terhebat, Pembebas Konstantinopel. Jauh sekali dengan kondisi para remaja saat ini, yang banyak mengisi waktunya dengan hal-hal yang tidak berguna, bahkan cenderung sia-sia. Ustadzah Deni pun kemudian menampilkan fakta-fakta kebobrokan para remaja saat ini, misalnya saja fakta tentang pergaulan bebas, sekitar 62,7 % remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi, 21,2% pelajar SMU mengaku pernah aborsi, dll. Melihat fakta seperti ini dapat disimpulkan bahwa remaja muslim saat ini berada diantara harapan dan kenyataan.
Ustadzah Titin Erliyanti, S.Pd menegaskan perlunya remaja muslim memahami urgensi arah dan misi hidupnya. Seorang remaja muslim hidupnya harus terarah, memiliki prinsip serta menjadi pribadi istimewa, yang tak mudah membebek terhadap budaya di luar Islam. Pribadi istimewa di mulai dengan pilihan yang istimewa, yaitu Islam sebagai “way of life“. Menjadikan semua perbuatan bernilaiĀ ibadah di mata Alloh dengan selalu menstandarkan setiap perbuatan dengan hukum Alloh atau hukum syara. Dan untuk mengetahui hukum-hukum syara tersebut diperlukan aktivitas mengkaji Islam.
Acara NoBar dan Bincang Remaja ini diikuti oleh sekiatr 40 remaja putri usia SMP dan SMU. Di penghujung acara, Umi Rahayu (mahasiswi UGM) dan Margiyanti (siswi SMA)memberikan testimoni. Keduanya adalah aktivis remaja HTI yang menemukan arti dan tujuan hidup setelah bergabung dengan HTI. Tampak para peserta sangat antusias dan tertarik mendengarkan pemaparan materi dari kedua pembicara, bahkan pada sesi diskusi ada seorang peserta yang bertanya sambil menangis karena mengingat dosa-dosa yang pernah dilakukannya, dia bertanya tentang kemungkinan Alloh mengampuni dosanya tersebut.[]