Perempuan Mulia dan Sejahtera dalam Naungan Khilafah Islamiyyah
HTI Press. Bertempat di Mesjid Raya Bogor di Jalan Raya Pajajaran, pada hari Ahad, 17 April 2011, sekitar 1500 muslimah yang terdiri dari para pimpinan Majelis Taklim di kota dan kabupaten Bogor beserta para jama’ahnya menghadiri acara Bina Syakhshiyyah Islamiyyah (BSI) Kolosal dengan tema “Perempuan Mulia dan Sejahtera dalam Naungan Khilafah Islamiyyah”. Acara ini merupakan acara rutin yang diselenggarakan oleh DPD II MHTI Bogor dalam rangka mewujudkan ukhuwah Islamiyyah dan membangun arus kesadaran Muslimah di Kota Bogor.
Keterpurukan perempuan sebagai buah dari penerapan sistem Kapitalisme-Sekuler di negeri ini membutuhkan solusi yang tuntas. Inilah yang melatarbelakangi diangkatnya tema kajian BSI Kolosal “Perempuan Mulia dan Sejahtera dalam Naungan Khilafah Islamiyyah”. Diharapkan, peserta memahami bahwa penerapan Syariah Islam secara total merupakan solusi fundamental yang akan menyelesaikan seluruh permasalahan masyarakat, termasuk permasalahan kaum perempuan.
Ustdzh Ir. Wiwing Noeraeni, Anggota Lajnah Tsaqofi Muslimah HTI mengatakan bahwa saat ini dunia mengalami kesengsaraan akibat penerapan Kapitalisme. Kaum perempuan pun menjadi terhinakan ketika Syariat Islam tak lagi menjadi aturan dalam kehidupan. Sangatlah berbeda dengan Islam yang mampu menjamin kesejahteraan individu, masyarakat, bahkan negara. Dalam Islam, negara wajib menjamin kebutuhan pokok setiap individu rakyatnya. Baik kebutuhan pokok berupa barang, seperti sandang, pangan, dan papan maupun kebutuhan pokok berupa jasa seperti pendidikan, kesehatan, maupun keamanan.
Ustzadah Wiwing menggambarkan bagaimana para kholifah pada masa kekhilafahan Islam mampu memenuhi seluruh kebutuhan pokok bagi seluruh rakyatnya dengan mekanisme yang sesuai dengan aturan Islam. Kaum perempuan pun menjadi kaum yang begitu dimuliakan dan disejahterakan. Tak seperti saat ini yang justru menjadikan perempuan sebagai komoditas penghasil pundi-pundi rupiah. Tak ayal, penjelasan pembicara ini memunculkan kerinduan dari para peserta untuk dapat segera merasakan kehidupan yang diatur dengan Syariat Islam dalam naungan Khilafah Islam.
Untuk memberikan inspirasi kepada para peserta, panitia memutar film dokumenter yang berjudul “Mutiara Kebangkitan”. Film itu mengkisahkan perjalanan para wanita tangguh yang begitu semangat memperjuangkan Islam di tengah-tengah masyarakat. Mereka menjadi mutiara-mutiara yang memancarkan cahaya kebangkitan. Merekalah peluang waita sejati yang mampu membangkitkan wanita secara hakiki dengan berpegang teguh terhadap Syariat Islam.[]