Oleh Baqir Syed Sajjad
Ketika Amerika Serikat mengumumkan kematian Osama bin Laden, Pakistan, khususnya militernya berusaha menjelaskan peran yang dimainkannya dalam peristiwa penting itu dan mengandung resiko kejatuhan politik dalam negeri pada hari Senin.
Dalam latihan pengendalian kerusakan, militer Pakistan mencoba mencari perlindungan dari ‘kegagalan intelijen’ ketika pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden yang sukar ditangkap itu akhirnya tewas dalam serangan yang dipimpin CIA dengan menggunakan helikopter pada sebuah rumah yang berada di depan hidung akademi pelatihan militer Pakistan.
“Kami telah mencari dia di banyak wilayah, tanpa menyadari bahwa dia tinggal begitu dekat dengan instalasi kita. Ya, ini adalah kegagalan intelijen, “kata seorang pejabat senior militer kepada Surat Kabar Dawn dalam sesi tanya jawab sekitar latar belakang kematian Osama dalam sebuah operasi yang dilakukan oleh tim Angkatan Laut AS, Navy SEAL, di bawah komando CIA.
Pada saat pejabat militer mencoba untuk mengecilkan arti pembunuhan Osama dalam sebuah gedung yang jaraknya kurang dari satu kilometer dari Kakul Akademi, mereka hanya bisa memberikan sedikit penjelasan.
Hal ini tidaklah mengherankan karena sulit untuk dipercaya bahwa badan keamanan yang paranoid itu tidak pernah melakukan pengecekan atas wilayah sekitar fasilitas pelatihan utama itu pada saat instalasi militer menghadapi ancaman terus menerus dari serangan teroris. Yang lebih aneh lagi adalah kenyataan bahwa penguasa militer atau detektif intelijen tidak pernah merasa perlu untuk mencari tahu siapa yang menggunakan bangunan yang dijaga ketat yang dilindungi oleh kawat berduri dan diperkuat dengan dinding dan memiliki kamera kamera pengawas ekstra itu.
Hal ini sebenarnya aneh dan tragis bahwa bangunan itu jaraknya sangat dekat dari tempat dimana Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Ashfaq Kayani Pervaiz menghadiri parade militer sekitar seminggu sebelumnya, saat dia mengatakan secara terbuka bahwa tentaranya telah mematahkan tulang punggung kelompok militan.
Apakah sang jendral benar-benar menyadari bahwa orang yang paling dicari itu tinggal dengan jarak yang cukup dekat? Apakah dia juga tidak punya petunjuk tentang apa yang akan terjadi dalam beberapa hari mendatang di kota itu?
Para pejabat militer bersikeras bahwa mereka tidak diikut sertakan oleh Amerika dalam operasi itu.
Di lini belakang, segala aktivitas yang terjadi pada minggu terakhir ini menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah selesai.
Komandan ISAF Jenderal Petraeus melakukan kunjungan diluar kebiasaan ke Islamabad pada Senin lalu (25 April), ketika diberitakan bahwa dia telah mengadakan diskusi yang ‘pendek tapi renyah’ dengan Jendral Kayani di sebuah tempat pertemuan yang tidak biasa – Pangkalan Udara Chaklala. Kedua jenderal bahkan diberitakan telah melakukan perjalanan pendek ke sebuah lokasi yang dirahasiakan di dalam pesawat terbang. Pada malam yang sama melalui teleconference Jenderal Petraeus telah menghadiri pertemuan di Gedung Putih yang dipimpin oleh Presiden Barack Obama.
Para pengamat merasa bahwa Presiden Obama merujuk pada pertemuan itu dalam pidato sambutannya Senin pagi, di mana dia mengumumkan kematian Osama: “Dan akhirnya, pada minggu lalu, saya memutuskan bahwa kami memiliki informasi intelejen yang cukup untuk mengambil tindakan, dan mengesahkan suatu operasi untuk menangkap Osama bin Laden dan membawanya ke pengadilan. ”
Keesokan harinya, atas koordinasi di tubuh militer Pakistan – Para Kepala Staf Gabungan Komite itu – mengadakan sesi triwulanan, yang dihadiri antara lain oleh Ketua ISI Jenderal Shuja Pasha, yang disebutkan bukanlah anggota regular komite itu. Pertemuan itu tidak terjadwal.
Perintah final untuk serangan itu ditandatangani oleh Presiden Obama pada Jumat lalu di hadapan Penasihat Keamanan Nasional Tom Donilon, wakilnya Denis McDonough dan penasehat anti-terorisme John Brennan.
Namun, hal ini bukanlah hanya soal penolakkan tentara Pakistan yang mengatakan mereka mengetahui sebelumnya hal apapun sebelum dilakukannya operasi itu yang menimbulkan pertanyaan.
Keanehan lain dalam cerita dari militer Pakistan tentang serangan itu adalah penjelasan mereka tentang bagaimana empat helikopter menghindari sistim pertahanan udara negara selama sekitar satu jam (hampir 30 menit tiap sesinya) ketika keduanya terbang dari Bagram dan kembali setelah diterjunkan selama 40 menit .
Seorang pejabat menyatakan bahwa kedua helikopter itu berhasil menghindari deteksi radar melalui ‘nap of the earth flight’ – yakni taktik militer dengan cara terbang rendah untuk menghindari sistem pertahanan udara. Namun yang lain menyatakan bahwa sistem pertahanan udara mereka telah dibuat tidak berfungsi oleh Amerika.
Jika ini adalah urutan mengenai peristiwa itu yang harus dipercaya lalu mengapa Presiden Obama menghargai kerja sama Pakistan dalam operasi itu? Apakah itu adalah karena cintanya atas negara Pakistan?
“Tapi penting untuk dicatat bahwa kerjasama kontra-terorisme kami dengan Pakistan membantu kami dalam menemukan Bin Laden dan kompleks di mana dia bersembunyi,” kata Obama.
Apapun masalahnya, para komandan Pakistan sangat percaya diri dan berani mengambil resiko dari laporan Presiden Obama dan Menlu Hillary Clinton mengenai insiden tersebut.
Mereka pikir bahwa laporan telah diberikan Pakistan sebagai jalan keluar dari situasi sulit dan diberikan ruang bagi kedua belah pihak untuk melanjutkan perang mereka melawan kerjasama militansi.
Hal ini sejalan dengan penilaian atas situasi dan sikap Amerika selanjutnya bahwa pernyataan Menlu AS mengenai pembunuhan Osama itu sudah dirancang. Kata-kata dalam pernyataan itu yang hati-hati memperbaharui janji untuk melanjutkan kerjasama dengan Amerika dalam perang melawan militansi.
“Pakistan telah memainkan peran penting dalam upaya untuk menghilangkan terorisme. Kami memiliki pengaturan berbagi data intelijen yang sangat efektif dengan beberapa lembaga intelijen, termasuk dengan lembaga intelejen dari Amerika Serikat. Kami akan terus mendukung upaya-upaya internasional melawan terorisme. ”
Pernyataan itu telah menyambut operasi ini sebagai “kemunduran besar bagi organisasi-organisasi teroris di seluruh dunia”.
Yang terlihat dari pernyataan tersebut adalah kekhawatiran dari kementerian luar negeri dan diantara kepemimpinan sipil dan diantara komando militer tentang pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan, terutama tentang pelanggaran kedaulatan negara selama dilaksanakannya operasi itu. Oleh karena itu, tindakan ini menunjukkan bagaimana Amerika mengambil jalan untuk melakukan pertahanan dan bagaimana seharusnya hukum internasional berlaku.
Pada satu titik, pernyataan itu mencatat bahwa “operasi dilakukan oleh pasukan AS sesuai dengan kebijakan AS yang menyatakan bahwa Osama bin Laden akan dienyahkan dengan suatu tindakan langsung oleh pasukan AS, di mana pun dia ditemukan di dunia.” Sedangkan di titik lain, disebutkan “Al-Qaeda telah menyatakan perang terhadap Pakistan.”
Pernyataan itu menekankan bahwa operasi itu telah dilakukan oleh tentara AS, dan bukan oleh tentara Pakistan.
Hal ini juga merupakan sikap yang didorong oleh pemerintah sipil itu dimana Menteri Informasi Firdous Ashiq Awan mengatakan bahwa operasi dilakukan oleh AS dalam menjalankan mandat dari Dewan Keamanan PBB.[]
sumber: dawn.com (3/5/2011)