Indonesia: Antara Islam dan Sekuler

HTI Press. Meski mayoritas jumlah penduduk Indonesia adalah muslim, namun bukan menjadi jaminan bahwa di Indonesia syariat Islam akan otomatis diberlakukan. Upaya  formalisasi syariat Islam dalam perjuangannya secara langsung berhadap-hadapan dengan para penganut sekuler. Pada mulanya sekularisme adalah paham yang memisahkan politik dari agama, namun dalam perkembangannya sekularisme menjelma menjadi faham ekstrim yang anti agama (khususnya Islam).

Di Indonesia sendiri, sekularisme dapat dilihat dari beberapa indikator diantaranya; mundurnya pengaruh agama, desakralisasi lembaga-lembaga keagamaan, individualistis dalam masyarakat, serta pemindahan kepercayaan/iman dan pola prilaku dari suasana keagamaan ke suasana sekular.

Hal tersebut mengemuka pada forum Halaqoh Islam dan Peradaban dengan tema syariat Islam, solusi untuk Indonesiaku, Ahad (29/5). Forum ini adalah forum kajian bulanan yang diadakan oleh DPD I Hizbut Tahrir Sulawesi Selatan, yang pada edisi 23 ini bertempat di Hotel La Macca kampus UNM, jalan Pettarani Makassar.

Tampil sebagai narasumber adalah Cendekiawan Muslim KH.M. Nur Abdurrahman, Tokoh Muhammadiyah Sulsel KH. Syamsuddin Latief, dan Humas DPD I HTI Sulsel Ir. Hasanuddin Rasyid.

KH.M. Nur Abdurrahman menyatakan bahwa gerakan sekularisme di indonesia cukup gencar, bahkan di dukung oleh Amerika. Beliau kemudian menceritakan tentang upaya Amerika mengirim seorang duta sekularisme ke Indonesia yakni Abdullah an-Na’im. Pemikiran sekularisme An-Na’im tertuang dalam bukunya “Islam dan Negara Sekuler, Menegosiasikan Masa Depan Syariah” ( terjemahan bahasa Indonesia).  Pemahaman ini sangat berbahaya karena  an-Na’im  berusaha memperkecil peran dan pengaruh hukum syariah dalam kehidupan publik ummat Islam. Bahkan lebih dari itu, Islam dan hukum syariah tidak bisa berperan sama sekali dalam ranah publik.

Sementara itu, KH. Syamsuddin Latief menegaskan bahwa seorang muslim tidak boleh menjadikan  sekularisme sebagai sebuah keyakinan. Kemudian lanjut beliau sekularisme inilah yang membuat ummat Islam menjadi lemah dan tidak berdaya. Terkait pergantian rezim yang senantiasa terjadi di negeri ini, menurut pandangan beliau mulai dari rezim orde lama sampai orde reformasi semuanya gagal total.

Sedangkan  Ir. Hasanuddin Rasyid menyatakan bahwa ummat Islam mesti waspada terhadap upaya Islamophobia. Seakan-akan  syariat Islam adalah ancaman terhadap bangsa Indonesia, lebih lanjut ide penerapan syariat Islam coba di lekatkan dan di generalisasikan pada kelompok atau gerakan teroris. Padahal, menurut beliau jika mau jujur menilai, justru Islam adalah sebuah solusi. Selain karena memang wajib hukumnya bagi seorang muslim, Islam diyakini akan mampu mensejahterakan jika di implementasikan dalam kehidupan bernegara.[]

HIP Sulsel Edisi 23: Syariat Islam Solusi untuk Indonesiaku

HIP Sulsel Edisi 23: Syariat Islam Solusi untuk Indonesiaku

kiri-kanan. Ustd. Ali Wardana, S.Kom (moderator), KH. M. Nur Abdurrahman (cendekiawan muslim), Ustd. Ir. Hasanuddin Rasyid (Humas HTI Sulsel), KH. Syamsuddin Latief, BA (Tokoh Muhammadiyah Sulsel) (.jpg

kiri-kanan. Ustd. Ali Wardana, S.Kom (moderator), KH. M. Nur Abdurrahman (cendekiawan muslim), Ustd. Ir. Hasanuddin Rasyid (Humas HTI Sulsel), KH. Syamsuddin Latief, BA (Tokoh Muhammadiyah Sulsel)

Sambutan Ketua DPD I HTI Sulsel Ustadz Shabran Mujahidin

Sambutan Ketua DPD I HTI Sulsel Ustadz Shabran Mujahidin

sesi tanya jawab dan diskusi. kami sepakat syariat Islam sebagai solusi terhadap carut marutnya bangsa ini

sesi tanya jawab dan diskusi. kami sepakat syariat Islam sebagai solusi terhadap carut marutnya bangsa ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*