HTI Press. Dalam rangka melakukan sosialisasi ide-ide Syariah dan Khilafah, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kabupaten Tangerang melakukan audiensi dengan Fraksi PDIP Kabupaten Tangerang pada Senin (11/7). Audiensi dilakukan di ruang Fraksi PDIP Lantai 2 Gedung DPRD Kab Tangerang.
Dalam pertemuan ini delegasi HTI diterima oleh 5 orang anggota Fraksi PDIP, yaitu Barhum Ketua PDIP Kabupaten Tangerang, Mukhlish Ketua Fraksi PDIP, Hadi Hartono, Sukma Wijaya dan Akmaludin Nugraha, dimana ketiganya adalah anggota dewan PDIP. Sementara 5 orang delegasi HTI yakni Ust Dedi Mustofa Ketua DPD II HTI Kab Tangerang selaku juru bicara, Ust Fadil Yusuf Koordinator LKU, Ust Hudhorilyaum, Ust Sodiqun, Ust Syamsul Ma’arif.
Ketua Fraksi PDIP, Bapak Mukhlish pada saat menyampaikan pembukaan menyatakan bahwa PDIP telah menginisiasi perda pembatasan minimarket yang tumbuh bagai jamur di Kabupaten Tangerang. Beliau mengatakan PDIP punya anak organisasi BAMUSI Baitul Muslim Indonesia.
Adapun delegasi HTI, Ust Dedi Mustofa setelah memperkenalkan anggota delegasi, beliau menjelaskan tujuan HTI dan aktivitasnya di Tangerang, serta menyampaikan bahwa dukungan syariah dan khilafah dari masyarakat besar terbukti dari hasil survey yang dilakukan oleh beberapa lembaga independen. Adanya Konferensi Rajab yang dilaksanakan di 30 kota seluruh Indonesia secara kolosal telah menunjukkan dukungan yang begitu besar dari masyarakat terhadap ide khilafah.
Dalam sesi tanya jawab, Bapak Barhum Ketua PDIP mengatakan beliau respon dengan upaya untuk syariah asalkan dalam bingkai NKRI. Anggota dewan yang lain Hadi Hartono anggota Komisi 1 DPRD Kab Tangerang menyampaikan beberapa pertanyaan, kenapa HTI mau beraudiensi dangan PDIP yang secara ideologi bertolak belakang. Menurutnya banyak penolakan dari agama lain jika syariah ditegakkan di Indonesia. Kondisi negara kita adalah plural dan banyak ras maka akan sulit jika konsep khilafah yang diterapkan, lanjut beliau.
Terhadap respon tersebut, delegasi HTI menanggapi dengan mengungkapkan fakta kondisi masyarakat Indonesia yang jauh dari sejahtera padahal negeri ini sudah merdeka lebih dari 60 tahun. Fakta kerusakan ini, lanjut Ust Dedi, tidak bisa dibantah oleh siapapun karena teramat nyata kerusakannya dan terasa dampaknya. Nah jika ada yang ingin disalahkan terkait dengan kerusakan ini, maka kapitalisme yang layak untuk dipersalahkan karena telah melahirkan masyarakat yang tidak sejahtera. Sampai saat ini kita belum melihat ada rumusan yang pas untuk keluar dari masalah ini. Jadi saat ini kita seperti sedang berada di dalam lorong gelap kapitalisme yang tidak ada ujungnya. Kita sudah menolak sosialisme, dan saat ini kapitalisme juga sudah menunjukkan kegagalannya, sehingga solusinya hanyalah Islam sebagai sebuah konsep yang paripurna. HTI tidak ingin menghancurkan Indonesia, justru kapitalismelah yang merusak negeri ini, HTI justru ingin menyelamatkan Indonesia dengan Islam. Secara historis Islam telah menunjukkan kekuatannya ketika diterapkan dalam rentang waktu yang cukup lama, demikian juga secara normatif Islam memiliki konsep yang menyeluruh, termasuk dalam masalah ekonomi, politik dan sosial.
Belum selesai Ust Dedi Mustofa memaparkan uraiannya telah dipotong oleh Bapak Hadi Hartono dengan mengatakan bahwa beliau telah mengerti arah pembicaraan ini. Beliau menyarankan agar HTI membungkus idenya dalam bingkai keindonesiaan agar bisa diterima di masyarakat. Jangan menggunakan istilah Arab yang susah dipahami masyarakat, Hadi Hartono menambahkan uraiannya.
Ust Hudhorilyaum menyampaikan bahwa ancaman perpecahan jika diterapkan syariah hanyalah isu yang tidak berdasar, lepasnya Timor Timur bukan karena diterapkan syariah akan tetapi lepasnya Timor Timur justru dalam sistem kapitalisme, demikian juga berkembangnya RMS dan Gerakan Papua Merdeka bukan karena syariah.
Ust Fadil Yusuf menjelaskan bahwa HTI tidak akan mengikuti langkah mesir dengan People Power untuk menggulingkan kekuasaan, akan tetapi HTI menyadarkan masyarakat dan meraih dukungan pemilik kekuasaan.
Pertemuan ditutup dengan harapan kedua belah pihak untuk melanjutkan silaturahmi selanjutnya di lain waktu.
Setelah acara Ust Dedi Mustofa bertanya kepada Sukma Wijaya, anggota Fraksi PDIP yang beragama Budha tentang tanggapannya terhadap pertemuan ini, beliau menjawab bahwa beliau tidak keberatan dengan syariah karena tadi sudah dijelaskan bahwa tidak ada paksaan dalam agama.[] DPD HTI Kabupaten Tangerang