HTI Press. Allah begitu memuliakan ulama dengan ketaqwaan dan ilmunya. Rasulullah pun mensifati para ulama seperti bintang-bintang dilangit yang senantiasa memberikan cahayanya. Realitanya di Indonesia sendiri, Ulama berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Bagaimana kemudian kita melihat masyarakat lebih cenderung ke ulama ketika ada kebijakan dari pemerintah. Misalkan saja saat ada sesuatu, masyarakat akan bertanya dulu ke pak Kiai. Kalau Kiai bilang Ya mereka ikut dan begitu pun sebaliknya. Ulama itu begitu dihormati ditengah masyarakat. Kita bisa bayangkan kalau ulamanya itu membodohi umatnya, maka banyak dari pengikutnya mengikuti kesalahan ulama tersebut.
Begitu pun juga realita hari ini para politisi begitu konsen menghadapi ulama. Sebagaimana kita ketahui 5 tahun sekali mereka mendekati ulama. Karena mereka tahu kalau ulama ini punya jamaah, kalau Kiainya setuju dari calon partai tertentu maka dipastikan keuntungan besar bagi politisi tersebut. Apa Jadinya kalau Ulama tidak mempunyai kesadaran politik islam tentu saja hal ini sangat berbahaya buat umat.
Maka Sangat penting “Membangun Kesadaran Politik Ulama.” Tema ini diskusikan dalam acara Dirosah Syar’iyyah yang diadakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia Sabtu, (23/07) di Gedung Dakwah HTI Crown Palace, Jakarta Selatan.
Hadir sebagai Moderator Roni Ruslan (Sekretaris Jubir HTI), dengan pembicara Syamsuddin Ramadhan An-Nawiy (Lajnah Khashshah Ulama DPP HTI) dan KH. Hafidz Abdurrahman, MA (Lajnah Tsaqafiyyah DPP HTI). Yang dihadiri oleh para tokoh dan alim ulama.
“Dalam kitab Al-Thaariq, Syakh Ahmad Atiyah menjelaskan sesungguhnya manusia tidak akan memikirkan tentang perubahan kecuali manusia itu menyadari bahwan disana ada realita yang rusak atau ia menyadari kalau disana itu ada realitas yang buruk, setidaknya disana ada sesuatu yang ia tidak inginkan,” Papar Syamsuddin Ramadhan An-Nawiy.
Agar disana terjadi kesadaran masyarakat, maka sudah jadi keharusan adanya ikhsas (penginderaan) dari kerusakan fakta tersebut. “Hanya saja sekedar sadar terhadap realitas yang rusak tidak cukup melakukan aktifitas perjuangan untuk sebuah perubahan. Sudah menjadi keharusan disamping sadar atas realitasnya. Disana harus ada juga realitas mengganti sebagai pengganti dari realitas yang rusak,” lanjutnya.
“Apabila saat ini kita merindukan Syariah dan Khilafah tetapi pada faktanya, Syariah dan khilafah belum tegak ditengah-tengah umat maka upaya penting yang kita lakukan agar umat tergerak untuk satu perubahan adalah menyadarkan bahwasanya fakta sekarang ini adalah fakta yang rusak , fakta yang tidak sejalan dengan hukum-hukum syariah,” ujarnya.
“Yang dimaksud kesadaran politik bukan berarti kesadaran terhadap konteks-konteks politik, posisi-posisi internasional, sadar terhadap kejadian-kejadian politik, atau mengkaji meneliti politik internasional atau orang itu memahami aktifitas politik walau pun hal itu suatu keharusan untuk menyempurnakan kesadaran politik. Namun sebenarnya yang dimaksud kesadaran politik adalah pandangan terhadap seluruh alam semesta ini apapun itu yaitu dengan sudut pandang Akidah Islamiyah, ” tambahnya.
Sedangkan dalam penjelasannya, KH Hafidz Abdurahman tentang Thariqah Rasul membangun kesadaran politik umat menjelaskan “kesadaran politik sudah tergambarkan dari para sahabat menyikapi. Persoalan yang ada dengan Akidah Islamiyah. Kesadaran ini terbentuk dari apa yang Rasulullah bangun bagi para sahabat.”
Pembentukan khutlah Rasul dibentuk dengan fikrah, thariqah dan muslim yang mempunyai kesadaran. Fikrah adalah hukum syara’ dan Thariqah berisi hukum syara’ yang menjelaskan tatacara menerapkan, mempertahankan dan mengembankan fikrah tersebut.
Perlulah aktifitas kesadaran terhadap umat untuk membangun kesadaran politik wabil khusus terhadap ulama. Ini dilakukan dengan aktivitas interaksi. “haruslah dilakukan dengan pembinaan Intensif untuk menjaga hizb tetap sebagai entitas intelektual dan politik. Dan pembinaan intensif terus-menerus ini dilaksanakan oleh Rasulullah maka lahirlah orang-orang yang luar biasa”[]fatih mujahid