Talkshow Hari Anak: “Anak Indonesia dalam Naungan Khilafah”
Bogor, HTI Press. Kondisi anak Indonesia saat ini masih sangat buruk dan mengenaskan, masih sangat jauh dari kata berkualitas. Padahal mereka adalah aset bangsa yang sangat berharga, karena merekalah yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa ini. Namun faktanya, banyak di antara anak-anak bangsa ini yang justru menjadi manusia yang dizholimi yang tidak mendapatkan hak-hak mendasarnya, bahkan anak-anak ini kehilangan masa depannya. Berangkat dari kepedulian terhadap anak-anak Indonesia inilah DPD II Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Bogor menyelenggarakan talk show hari anak dengan menggagas tema “Anak Indonesia dalam Naungan Khilafah”.
Acara ini diselenggarakan di Tirta Dewata yang berlokasi di Jl. Tumenggung Wiradireja, Cimahpar-Bogor Utara pada hari Sabtu, 23 Juli 2011. Sekitar 500 orang muslimah dari berbagai wilayah di kota danĀ kabupaten Bogor menghadiri acara yang juga disiarkan langsung oleh Radio Republik Indonesia (RRI) Pro 1 Bogor. Mereka berasal dari kalangan para tokoh, praktisi pendidikan, pemerhati anak, para guru, ibu-ibu, juga remaja-remaja yang ada di Bogor.
Menurut Ustadzah Ir. Reta Fajriyah (Anggota Lajnah Fa’aliyah), kondisi anak Indonesia sangatlah memprihatinkan. Karena sistem kapitalisme saat ini, mereka tidak dapat merasakan pendidikan yang mereka butuhkan, mereka banyak yang terlantar di jalan dan terpaksa menafkahi dirinya sendiri dengan mengamen, mengemis, dan lain sebagainya. Mereka tak lagi merasakan kasih sayang yang cukup, sehingga banyak dari mereka yang melakukan tindak kriminalitas.
Dalam talk show ini, Ustadzah Ir. Ratu Erma Rahmayanti (Ketua DPP Muslimah HTI) memberikan penjelasan bahwa hanya Islam-lah yang mampu mengatasi permasalahan ini. Islam menganggap bahwa pendidikan dasar bagi setiap anak menjadi tanggung jawab orang tua, terutama ibu. Karenanya, pendidik yang utama dan pertama adalah ibu, dan rumah menjadi sekolah pertamanya. Untuk itu dibutuhkan para ibu yang berpendidikan, para ibu yang memahami betul hak-hak anak dan cara pemenuhan hak-hak tersebut.
Namun, kedua pembicara menekankan bahwa semua hak anak tidaklah dapat dipenuhi hanya dengan mengandalkan kemampuan individu. Dibutuhkan peran serta masyarakat serta tanggung jawab penuh dari negara. Karena dalam Islam, negara bertindak sebagai pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya dan bertanggung jawab mewujudkan kemaslahatan bagi mereka melalui penerapan hukun Islam secara kaffah dan institusi Khilafah.
Sistem kapitalisme yang diterapkan saat inipun yang paling bertanggung jawab terhadap nasib anak-anak Indonesia. Pasalnya, akibat penerapan sistem kapitalisme-lah hak-hak anak tidak dapat dipenuhi. Karenanya, hanya dengan mengganti sistem kapitalisme dan menerapkan hukum-hukum Islam dalam bingkai Khilafah kita mampu mewujudkan kehidupan yang bahagia, ceria, menyenangkan, dan berkualitas bagi anak-anak Indonesia bahkan dunia.[]