Situs Anti War dalam laporannya seraya mengisyaratkan serangan udara NATO dan tewasnya rakyat sipil Libya dalam serangan tersebut menulis, media massa telah memihak kepada Barat dengan dengan mensensor berita serangan NATO di Libya.
Menurut laporan Mehr News, Anti War dalam artikelnya menulis, meski media massa mampu berperan menekan diktator Libya Muammar Gaddafi dengan meliput berita tewasnya rakyat negara ini, namun pasca serangan udara NATO pada 8 Agustus ke wilayah Majir, media Barat malah memilih bungkam.
Di sisi lain, pejabat Libya menyebut sekitar 85 rakyat sipil tewas di kota Majir selatan Zlitan akibat serangan NATO dan tidak ada dalih bersikap memihak dalam kasus ini.
Anti War menambahkan, AFP melaporkan bahwa para wartawan hadir dalam prosesi penguburan para korban serangan NATO yang berjumlah 28 orang. Adapun di ruang penyimpanan jenazah di rumah sakit terdapat jenazah 30 orang termasuk dua anak kecil dan seorang perempuan yang tubuhnya hancur.
Reuters melaporkan korban keganasan NATO sekitar 30 orang dan New York Times dalam laporannya menyebutkan tidak ada bukti terdapatnya senjata di rumah warga Libya tersebut.
Sementara itu, Badan Amnesti Internasional menuntut diseledikinya serangan NATO terhadap pasukan Gaddafi dan tewasnya 85 warga sipil termasuk 33 anak-anak. Di sisi lain, NATO mengklaim tidak ditemukan bukti adanya korban tewas di pihak warga sipil dalam serangan mereka.
Media massa Barat tidak meliput seranga udara NATO dan tewasnya warga sipil Libya di saat perang di negara ini telah berjalan delapan bulan, namun NATO hingga kini belum berhasil kalahkan Gaddafi. Yang terjadi adalah setiap hari tingkat pesimisme soal perang di Libya semakin meningkat. (IRIB, 21/8/2011)