Dua pengadilan di provinsi Xinjiang (Turkistan Timur) menjatuhi hukuman mati empat orang Muslim Uighur setelah mereka didakwa melakukan tiga serangan pada Juli lalu di wilayah yang mayoritas Muslim, di barat laut Cina.
Menurut kantor berita Cina yang baru (Xinhua) bahwa dua pengadilan, masing-masing di kota Hotan dan Kashger menuduh mereka telah melakukan perencanaan dan berpartisipasi dalam organisasi “terorisme”. Merela juga dituduh telah melakukan berbagai peledakan, serta berbagai aktivitas pembunuhan dan pembakaran.
Pada tanggal 18 Juli, 20 Muslim Uighur meninggal dalam bentrokan dengan polisi Cina di kota Hotan (Xinjiang). Insiden itu dipicu oleh upaya sekelompok Muslim Uighur yang menculik dua orang polisi, untuk ditukar dengan para anggota keluarga mereka yang ditahan. Sementara, 13 orang meninggal dan 44 lainnya menderita luka-luka dalam serangan terpisah yang berlangsung pada tanggal 30 dan 31 Juli di kota Kashger.
Pihak berwenang Cina menyatakan dengan jelas pada bulan Agustus bahwa serangan terkait erat dengan milisi bersenjata yang dilatih di kamp-kamp Pakistan, yang dijalankan oleh gerakan Islam Turkistan Timur.
Urumqi, ibu kota Xinjiang telah menjadi saksi insiden kekerasan etnis antara orang Cina Han dengan Muslim Uighur pada bulan Juli 2009. Insiden tersebut telah memakan korban meninggal hampir 200 orang, menurut sumber-sumber Cina.
Xinjiang dalam sejarah dikenal sebagai “Turkistan Timur”, yaitu sebuah negeri Islam yang murni, dan berada di bawah pendudukan Cina. Luas Turkistan Timur mencapai 1,6 juta kilometer persegi, yakni seperlima dari luas Cina.
Sejak pengambilalihan pemerintah Komunis di wilayah Turkistan pada tahun 1949, jumlah orang Cina Han penganut komunisme di wilayah itu meningkat dari 6,7% menjadi 40,6%, menurut angka resmi. Oleh karena itu, mereka menjadi pengendali semua fungsi dan aktivitas politik utama.
Kaum Muslim Uighur berbicara dengan bahasa lokal dan Turkmen. Mereka menulis dengan bahasa Arab. Kemudian Cina memberlakukan keadaan yang mengisolasi dan membatasi pelaksanaan ritual keagamaan, dan melarang mereka menggunakan bahasanya di sekolah.
Di antara tindakan-tindakan begis dan kejam yang dirasakan oleh kaum Muslim Uighur adalah, bahwa Cina mulai menarik paspor mereka. Sehingga salah seorang dari mereka tidak lagi bisa keluar negeri, bahkan untuk pergi haji sekalipun, kecuali dengan persyaratan tertentu.
Sedang tindakan yang diambil oleh Beijing dalam beberapa tahun terakhir dalam rangka mencapai pembangunan ekonomi di wilayah yang kaya sumber daya alam, hanya menguntungkan bagi orang Cina Han saja.
Beberapa aktivis Muslim Uighur menuntut untuk memisahkan sepenuhnya dari Cina. Namun dipastikan bahwa Cina tidak akan mudah menyerahkan wilayah yang memiliki okasi geografis strategis, serta kaya akan minyak dan gas ini (hanein.info, 15/9/2011).