HTI Press. Gedung Ad-Dakwah di kawasan Cikutra kota Bandung nampak sesak saat lebih dari 550 orang ulama, asatidz dan mubalighah berkumpul dalam Liqo Syawal 1432 H DPD 1 HTI Jabar, Minggu (25/09). Di gedung yang hanya berkapasitas kurang lebih 500 orang ini, para tokoh umat tersebut berkumpul dalam rangka meneguhkan kedudukan ulama dan mubalighah dalam perjuangan penegakan syariah dan khilafah. Ulama dan mubalighah yang hadir berasal dari 6 kabupaten/ kota di Jawa Barat, yakni: Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut.
Acara dimulai dengan untaian syahdu Qasidah Burdah dari majelis taklim Al-Kasysyaf pimpinan al-alim Ustadz Ahmad Zaenudin. Di dalamnya ada untaian bait-bait tentang kepemimpinan, di mana tiga bait pertama adalah syair yang ditulis oleh Syaikh Ibnu Mubarok yang inti syairnya berkisah tentang urgensi Khilafah dalam kehidupan umat. Sementara, bait sisanya adalah syair yang ditulis oleh Af-afwah Al-Audi, penyair di zaman Jahiliyah, dimana inti syairnya adalah tentang urgensi kepemimpinan dan sosok pemimpin di tengah-tengah umat. Jika umat dipimpin oleh orang-orang bodoh maka hancurlah urusan mereka. Sebaliknya, jika orang-orang mulia memimpin mereka maka urusannya akan baik dan semakin baik.
Setelahnya, acara dilanjutkan dengan sambutan dari ustadz Muhammad Riyan (ketua DPD 1 Jabar). Dalam sambutannya ini beliau menjelaskan bahwa menegakkan Khilafah merupakan mahkota dari seluruh kewajiban yang ada. Karena itu, sudah sepantasnya para ulama dan mubalighah menjadi garda terdepan dalam perjuangan menegakkan kembali khilafah.
Setelah sambutan, secara berurutan, KH. Muhammad Shiddiq Al-Jawi (DPP HTI) serta beberapa ulama perwakilan dari Kabupaten Bandung (Ust. Muh. Sobana), Kabupaten Garut (Ust. Muh. Muslih), dan Kota Bandung (Ust. Ahmad Zainuddin), menyampaikan kalimatul hikmah.
Dalam pemaparannya, KH. Muhammad Shiddiq Al-Jawi menjelaskan bahwa hanya dengan menegakkan syariah dalam bingkai khilafahlah kesejahteraan yang hakiki itu bisa di dapat. “Jika saat ini ada individu atau negara yang mengaku sudah sejahtera, maka hal itu tak lebih dari kesehjahteraan semu. Terbukti saat ini, negara-negara Barat yang katanya sudah sejahtera, ternyata terjebak dalam krisis hutang,” paparnya. Beliau pun menyampaikan bahwa kewajiban menegakkan khilafah merupakan kewajiban yang disepakati para ulama.” Tidak ada perselisihan di kalangan ulama bahwa menegakkan khilafah adalah wajib,” terangnya.
Di sisi lain, para perwakilan ulama yang menyampaikan kalimatul hikmah, semuanya menyepakati bahwa ulama sudah seharusnya berjuang dengan sungguh-sungguh dengan umat demi perjuangan mulia menegakkan khilafah. Ustadz Muh. Muslih mengingatkan bahwa pilihan kita hanya tiga: menjadi pejuang, penonton atau penghambat. Sementara ustadz Ahmad Zainuddin membakar semangat peserta bahwa kita harus memiliki tekad dalam perjuangan ini. “termasuk tekad untuk (siap) mati!,” pekiknya kepada seluruh peserta.
Acara ditutup dengan seruan Hizbut Tahrir pasca Ramadhan yang dibacakan Ustadz Luthfi Afandi serta doa yang dibawakan oleh Ustadz Abdussyukur. Setelah itu para peserta beramah tamah sambil makan-makan dan bersalam-salaman.
Mudah-mudahan dengan semakin besarnya komitmen para ulama dan mubalighah untuk menyuarakan opini syariah dan khilafah, umat pun akan menyambut seruan tegakkan syariah dan khilafah dengan makin suka cita. (naz)