Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Pusat Studi Arab-Eropa yang berkantor pusat di Paris menyimpulkan bahwa AS adalah biang kerok terorisme global.
Dari 86,4% responden berpendapat bahwa AS belum mencapai keberhasilan apapun dalam perang melawan terorisme setelah 10 tahun peristiwa September. Sebab menurut mereka bahwa AS sendiri adalah biang kerok dari terorisme global yang didirikan dan disebarkan oleh berbagai perang yang dilakukannya. Sementara para tokoh terorisme yang didukung dan dilindungi Amerika akan dihabisi setelah perannya selesai dan berakhir.
Sementara 8,2% responden menyakini bahwa dunia belum sepakat dengan satu definisi terkait terorisme. Lalu, bagaimana bisa sepakat untuk menghilangkannya. Adapun 5,4% responden mengatakan bahwa meskipun ada keberhasilan dalam menghilangkan sumber-sumber terorisme, namun ideologi teroris masih tertanam kuat dalam otak kelompok yang mereka sebut sebagai “pasien yang dapat dilepaskan pada suatu hari”.
Akhirnya pusat studi tersebut menyimpulkan bahwa AS telah menghabiskan sekitar 3-4 triliun dolar untuk pemberantasan terorisme tanpa mampu mencapai tujuannya karena berbagai kesalahan yang dilakukan sendiri.
Washington telah mencampur adukan antara Islam dan aktivis Islam, akibatnya Amerika semakin memiliki banyak musuh di dunia. Amerika melancarkan kampanye media yang dibayar di tingkat global. Sehingga kesalahan kampanyenya ini menimpa orang-orang yang tidak bersalah dan kaum Muslim. Juga membakar perasaan mayoritas orang Barat hingga berubah menjadi kelompok rasisme.
Washington menolak untuk bekerja dengan serius dalam rangka merumuskan definisi yang jelas tentang terorisme, sebab takut hal itu justru menjadi senjata makan tuan atas apa yang dilakukan pasukannya di seluruh dunia, serta takut membahayakan eksistensi Israil yang melakukan aksi-aksi terorisme negara setiap hari.
Pasukan AS memasuki (menjajah) Afghanistan dengan memakai baju NATO. Dan saat ini sedang mempersiapkan untuk keluar dari Afghanistan dengan tetap menancapkan pengaruhnya pada penguasa lokal, serta tidak mencegah kemungkinan gerakan Taliban kembali ke Kabul.
Pasukan AS menduduki Irak dengan dalih pemberantasan terorisme dari sumbernya. Sementara hasilnya justru meningkatnya gelombang terorisme, serta kegagalan Amerika untuk membangun demokrasi, keamanan dan stabilitas.
Banyak penelitian dan kajian yang menuduh Washington sebagai pihak yang menciptakan terorisme di dunia, sebagai bentuk pembenaran atas setiap intervensi yang dilakukan di sana sini.
Dengan demikian, sulit untuk mengatakan bahwa Washington mampu menghilangkan terorisme setelah satu dekade peristiwa di New York, sebab meningkat atau menurunnya aksi-aksi terorisme selalu terkait erat dengan perkembangan di dunia. Juga terorisme menjadi memiliki berbagai aspek, sumber yang beragam dan banyak model.
Mungkin hasil positif yang dapat dicatat dalam perang pemberantasan terorisme adalah apa yang telah dilakukan oleh Kerajaan Arab Saudi semata. Di mana Arab Saudi mampu menghilangkan sumber-sumber terorisme melalui berbagai kebijakan dan tindakan politik yang diambilnya (maannews.net, 27/9/2011).
Sebuah hasil yang benar benar sesuai dengan realita.Amerikalah gembong utama teroris dunia.