Pembunuhan Anwar al-Awlaki – Bab Lain Pengecualian Gaya Amerika Dan Negara Teroris

Dengan terjadinya pembunuhan ekstra-yudisial yang ilegal terhadap Anwar Al-Awlaki oleh Amerika Serikat sebagai bagian dari Perang Teror yang terus-menerus dilakukan, kita bisa meninjau kembali bagian awal buku yang terbit pada bulan Juni mengenai penggunaan pesawat predator oleh pemerintahan Obama sebagai senjata favorit mereka. Jika bisa dikonfirmasi – artikel ini menyoroti dua poin pembunuhan terhadap al-Awlaki ini – pertama adalah sikap tidak peduli pemerintah Amerika atas setiap ide penegakan hukum dan sikap pengecualian mereka (ekseptionalisme) atas penegakaan hukum ini, dan kedua keterlibatan pemerintah Yaman dengan Amerika dalam pembunuhan secara ilegal atas warga negara mereka sendiri. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah apakah ini merupakan harga yang harus dibayarkan oleh Ali Abdullah Saleh agar dia bisa kembali ke negaranya lagi dengan terus mendapat dukungan Amerika?

Dengan serangan pesawat predator yang dilakukan di Pakistan selama tahun pertama masa pemerintahan Obama lebih banyak daripada yang dilakukan dalam masa jabatan kedua oleh pendahulunya, George W. Bush, dan dengan jumlah serangan pada tahun 2010 sebanyak lebih dari dua kali lipat daripada tahun 2009, pembunuhan ekstra-yudisial ini tampaknya telah menjadi modus operandi pemerintahan Obama.

Hanya pada minggu pertama setelah kematian Bin Laden, kita menyaksikan tiga serangan pesawat predator di Pakistan dan satu di Yaman yang banyak membunuh warga sipil. Dengan demikian pembunuhan terhadap Bin Laden adalah usaha untuk mengalihkan perhatian dengan cara lebih dari satu. Kombinasi dari pemberitaan pembunuhan Bin Laden yang sengaja dibesar-besarkan, metode yang digunakan dan penjelasan yang diberikan oleh pemerintahan Amerika tentang peristiwa itu adalah bagaimana reaksi internasional yang muncul,  dan bukan dari dampak globalnya, yang sebagian besar dimainkan sebagai konsumsi dalam negeri Amerika.

Dengan telah digunakannya pesawat predator secara luas di Pakistan, Washington Post melaporkan bagaimana Amerika sekarang berniat untuk secara signifikan memperluas penggunaan pesawat itu di Yaman. Bahwa Yaman saat ini sedang mengalami suatu revolusi yang akan berakhir dengan penggulingan Ali Abdullah Saleh yang berkuasa saat ini tidak menjadikan ini sebagai perhatian Amerika. Seperti yang kita ketahui dari informasi milik Wikileaks – orang ini merupakan seorang pria yang pemerintahnya mengatakan kepada pemerintah Amerika untuk membunuh siapa saja yang mereka inginkan di Yaman dengan pesawat predator mereka , dan bahwa mereka akan mengatakan kepada para anggota Parlemen bahwa mereka adalah orang-orang yang melakukan pembunuhan itu.

Mungkin anda akan mengira bahwa hilangnya klien yang seperti budak ini bisa memaksa perubahan dalam kebijakan Amerika. Memang demikian. Program pesawat predator (drone) di Yaman akan beralih kepada kontrol CIA, karena – seperti yang disebutkan oleh Washington Post – “CIA beroperasi di bawah pembatasan hukum yang berbeda, dengan memberikan pemerintahan tangan yang lebih bebas untuk melaksanakan serangan bahkan jika Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, yang sekarang menjalani pengobatan medis di Arab Saudi, membatalkan persetujuan yang dibuatnya dulu atas serangan militer itu atau menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah yang menentang mereka “Apa yang tidak disebutkan oleh Washington Post, yang merupakan ciri khas diamnya kebanyakan media Amerika secara memalukan atas sebagian besar pelanggaran atas apa yang disebut sebagai ” perang melawan teror “- adalah bahwa apakah rakyat Yaman telah memberikan persetujuan atas serangan militer di negara mereka dengan digunakanya pesawat predator untuk melakukan pembunuhan ekstrajudisial secara ilegal (terlepas dari siapa yang menjadi targetnya). Kenyataan bahwa pemerintah tertentu menyetujui kriminalitas Amerika mungkin adalah petunjuk mengapa begitu banyak diktator di wilayah itu yang digulingkan atau kabur dari negaranya.

Jika ada bantahan atas legalitas pembunuhan Bin Laden, maka pembunuhan atas sejumlah besar warga sipil tak berdosa dengan remote control pasti disangkal sebagai tindakan kriminal –  selain hal ini merupakan tindakan yang menjijikan secara moral, bahkan pengecut. Laporan The Guardian menyebutkan bahwa pemerintah Amerika memiliki tim pengacara yang ditunjuk yang memutuskan kapan Pentagon memiliki hak hukum untuk membunuh seseorang dan ini kedengarannya menggelikan. Amerika Serikat telah membentuk tim ini – sebelumnya Jaksa Agung telah mensahkan penggunaan penyiksaan, penggunaan dokter yang bekerja sama dengan interogator ketika penyiksaan sedang dilakukan, dan sebagainya. Usaha penyembunyian atas perilaku biadab ini – dengan adanya sekelompok pengacara meminjam legitimasi pada hal yang merupakan pembunuhan standar, para dokter yang memberikan bantuan dan mencek kesehatan para musuh sementara terhadap mereka sedang dilakukan berbagai bentuk penyiksaan – menunjukkan merosotnya apa yang diklaim sebagai peradaban Amerika , dan menyoroti realitas kotor yang disimpan dengan bungkusan yang rapih – yakni bahwa mereka beroperasi secara persis sama seperti yang dilakukan oleh diktator penindas di negara Arab manapun yang saat ini sedang digulingkan di Timur Tengah.
Masyarakat secara terus-menerus telah diinformasikan oleh media dan para politisi bahwa ada perbedaan antara “kita” (Barat yang beradab) dan “mereka” (para teroris yang barbar) yang merupakan kepatuhan terhadap aturan hukum. Yang menjadi jelas dari tindakan yang dilakukan, yang menjangkai saat sebelum dilakukan pembunuhan atas Bin Laden, adalah bahwa hukum harus diterapkan di antara rekan-rekan (“kami”) sementara yang lain dibiarkan dengan keadilan yang sewenang-wenang dari negara yang kuat. Kemunafikan yang terorganisir semacam ini tidak hanya terbatas pada para politisi, dengan polling yang dilakukan di Amerika Serikat yang diambil setelah ada berita atas informasi dari apa yang disebut sebagai “interogasi yang kejam” mungkin telah menghasilkan informasi yang mengarah pada dukungan yang tegas terhadap pembunuhan Bin Laden dan dukungan yang mantap untuk penyiksaan terhadap para tersangka teroris yakni antara sekitar 50%  hingga 60% selama setahun terakhir,  sementara survei sebelumnya menunjukkan bahwa sekitar seperempat penduduk Amerika berpendapat bahwa pembunuhan terhadap warga sipil secara sengaja terkadang bisa dibenarkan. Jadi, kepemimpinan pemerintah Amerika telah bertanggung jawab untuk mendorong munculnya ambivalensi moral di antara warga negaranya sendiri. Dengan mencoba untuk melegitimasi pembunuhan, penyiksaan, dan bentuk lain dari perilaku ilegal melalui penggunaan tim pengacara dan para hakim, mereka telah menunjukkan bahwa tindakan mereka semata-mata didorong oleh konsekuensi logika, sementara menutupi wacana dan kata-kata mereka sesuai dengan kepantasan logika.

Ironinya adalah bahwa melalui tindakan-tindakan Amerika telah menunjukkan dirinya sebagai refleksi dari segala sesuatu yang diklaim jahat tentang Bin Laden. ‘Perang dengan teror (war of terror) ‘ adalah deskripsi yang lebih tepat dari respon mereka sejak 11/9 dari apa yang dinamakan sebagai ‘perang melawan teror (war on terror)‘ yang mereka ciptakan, dan Amerika Serikat tampaknya hanya mempercepat menyusuri jalan setapak yang hanya mengarah kepada kehancuran diri sendiri sebagai kontradiksi antara nilai-nilai dan tindakan mereka jelas diakui menjadi terlalu berat untuk dipikul.

[Artikel ini merupakan versi singkat dan terbaru dari artikel editor tamu pada Jurnal journal Teologi Politik yang berjudul “Osama and Obama: Between Predator Drones and the Arab Spring“, yang menyertakan referensi lengkap]

Reza Pankhurst is adalah editor New Civilisation. Dia juga seorang penulis pada Foreign Policy Journal. He memiliki gelas Master dalam Sejarah Hubungan Internasional and dan mendapat gelar PhD dari London School of Economics dan Ilmu Politik, Departement Pemerintah. Dia pernah menjadi seorang tahanan politik pada zaman rezim Mubarak di Mesir, dan ditahan dipenjara selama 4 tahun dari thaun 2002 hingga 2006. Dia menetap di Inggris dimana dia sedang menyelesaikan penulisan bukunya yang akan terbit.

Sumber: http://www.newcivilisation.com

2 comments

  1. USA, the Leader of Terrorist !

  2. innalilahi wa inna ilaihi rojiun

    Beliau adlh ulama yg sgt baik, ana sering tonton ceramah2nya di youtube. InsyaAllah syahid adlh posisi beliau. Despite his identity yg skrng d wacanakan barat,ap yg beliau sampaikan sgt jelas dan menjelaskan islam tanpa di tutup2i.

    Ana sempat kaget dgr brita ini, tp syahid jg mrupakan suatu ke muliaan. Allahuakbar!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*