Satu Siswa Tewas Tertimpa Atap Sekolah

Tragedi atap sekolah ambruk kembali terjadi di Banten. Sukniah (10 tahun), siswa kelas 4 Madrasah Diniyah Al-Ikhlas, Kampung Tambleg, Desa Cidikit, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten, tewas tertimpa atap sekolahnya yang tiba-tiba ambruk, Senin (3/10) sore.

Peristiwa nahas ini terjadi sekitar pukul 16.00 WIB saat para siswa Al-Ikhlas sedang mengikuti kegiatan belajar di kelas. Namun, bangunan yang baru dua tahun berdiri hasil swadaya masyarakat itu tiba-tiba ambruk dan menimpa 46 siswa yang sedang belajar di empat ruangan kelas.

Guru dan warga yang mengetahui kejadian itu langsung menyelamatkan para siswa yang berada di dalam ruang kelas yang ambruk. Namun, Sukniah meninggal dunia sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit. “Sukinah meninggal di rumahnya, sekitar 20 menit setelah kejadian,” kata Maih (40) yang dihubungi Republika, semalam.

Maih adalah guru SD Negeri Cidikit 3 yang juga penggagas berdirinya Madrasah Diniyah Al-Ikhlas. Menurut Maih, gedung sekolah yang terbuat dari kayu dan bilik serta beratapkan genting ini tiba-tiba roboh sehingga para siswa tak sempat menyelamatkan diri, termasuk Sukniah. Selain tertimpa atap, anak perempuan itu juga terjepit balok-balok kayu.

Sepuluh siswa lainnya yang mengalami luka-luka di bagian punggung, kaki, pundak, dan kepala juga belum mendapatkan pengobatan maksimal. “Hingga saat ini (kemarin malam) 10 korban yang terluka saja hanya diberikan pengobatan ringan. Padahal, kondisi korban ada yang luka robek di kepala dan patah tulang,” kata Maih.

Korban tidak langsung dibawa ke rumah sakit atau puskesmas karena letak Kampung Tambleg berada di daerah terpencil. Jarak ke Puskesmas Bayah mencapai 30 kilometer yang harus ditempuh sekitar tiga jam perjalanan darat. “Jarak untuk ke puskesmas itu sangat jauh,” kata Maih.

Insiden itu membuat Ketua Komisi A DPRD Lebak IiP Makmur prihatin. Dia sudah meminta Pemerintah Kabupaten Lebak segera mengambil langkah untuk mengatasi ambruknya bangunan Madrasah Diniyah Al-Ikhlas yang telah menewaskan satu siswi itu.

Asisten IV Pemerintah Kabupaten Lebak Tajudin mengaku sedang bersiap-siap untuk ke lokasi kejadian bersama pejabat Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan instansi terkait lainnya. “Malam ini  kami akan langsung berangkat ke lokasi,” kata Tajudin.

Peristiwa ambruknya sekolah ini berselang tak sampai sepekan setelah ambruknya atap sekolah SMP Negeri I Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (29/9) lalu. Beruntung kejadian itu tak memakan korban jiwa meskipun 12 siswa mengalami luka serius akibat tertimpa reruntuhan kayu dan genting.

Korban terparah yakni Tb Rian Prayoga, siswa kelas 9, yang mengalami luka robek di kepala sehingga harus mendapatkan jahitan. Selain Rian, korban yang menderita luka-luka, yakni Dedi Gustiawan, Fazri Ramadhan, Chaerul Rizal, Rio Pratama, M Hari Bakti Pahlevi, Siti Ahdiati, Suryanah, Handi Permana, M Deden Mukriji, Hendri Hidayat, dan Firhan. Mereka kebanyakan mengalami luka robek dan memar di sekujur tubuh.

Saat musibah itu terjadi, mereka duduk di bawah atap yang ambruk seusai jam istirahat dan saat kegiatan belajar-mengajar akan kembali berlangsung, tepatnya pukul 11.00 WIB. Suara gemuruh akibat runtuhan atap, disusul teriakan para korban membuat para siswa lainnya dan guru histeris.

Atap sekolah yang ambruk terjadi tepat di titik kanopi atau konsol selasar bangunan ruang kelas dan laboratorium sekolah yang baru selesai dibangun akhir 2010 lalu. Anggaran untuk pembangunan kelas didapat dari dana bantuan provinsi tahun 2010 sekitar Rp 100 juta.

Sampai Jumat (30/9), para siswa yang menjadi korban masih trauma dan belum masuk sekolah. Menurut Rian Prayoga, atap itu ambruk tanpa ada pertanda apa pun, bahkan tidak ada hujan ataupun angin kencang. Peristiwa itu berlangsung cepat sehingga Rian dan teman-temannya tak sempat menghindar. “Saya sendiri terjebak di bawah puing-puing atap,” kata Rian.

Kepala Sekolah SMPN 1 Labuan Iip Saepudin menjamin bahwa sekolah akan menanggung semua biaya pengobatan anak didiknya. Iip yang baru menjabat kepala sekolah selama tiga hari pun bingung pada kejadian itu. “Saya juga tidak tahu masalahnya di mana? Apa persoalan teknis atau lainnya?” kata dia.

Kapolsek Labuan Kompol Syahrul mengatakan, kejadian ambruknya atap sekolah itu masih diselidiki. Polisi akan memanggil CV Kemuning Raya selaku kontraktor. Namun, Syahrul menduga, atap sekolah itu dibangun asal-asalan sehingga bisa ambruk tak sampai setahun sejak dibangun. “Kita masih melidik kasus ini,” ujar Syahrul.

Kondisi bangunan sekolah di Banten memang banyak yang memprihatinkan. Misalnya saja, ratusan siswa SDN II Sindangsono, Kecamatan Sindangjaya, Kabupaten Tangerang, yang memilih belajar di bekas balai desa karena bangunan kelas mereka nyaris ambruk.

Pekan lalu, para anggota DPRD Kabupaten Tangerang yang menengok kondisi sekolah itu pun geleng-geleng kepala. “Kami sangat menyesalkan dan prihatin melihat kondisi belajar-mengajar para murid pada tempat yang tidak layak,” kata Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Tangerang, Sapri.

Para guru sudah beberapa kali melayangkan surat kepada petugas Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang agar dilakukan perbaikan, tapi tak pernah ditanggapi. Ada 339 murid SD yang berada di kawasan pantai utara Tangerang itu dan sudah dua tahun ini sebagian belajar di bekas balai desa. (republika, 4/10/2011)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*