HTI Press. Ratusan ulama, Kyai, Ustadz dan mubalighah hadir dalam kegiatan Liqa Syawal 1432 H Hizbut Tahrir Indonesia dan Ulama Berjuang bersama umat Tegakkan Khilafah, yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia Wilayah III Cirebon, di Pondok Pesantren Mansyaul-Huda Desa Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka. Hampir semua tempat duduk terisi penuh oleh para ulama dari Majalengka, Kuningan, Cirebon dan Indramayu . Mereka tampak antusias dan tak beranjak dari tempat duduknya mengikuti rangkaian acara yang dikemas sangat menarik, dengan dukungan multimedia yang canggih.
Acara Liqa Syawwal yang diikuti sekitar 500 Ulama, Kyai, Ustadz dan Mubalighah ini berlangsung dari pagi sampai Dhuhur. Acara utama dimulai dengan pembacaan Kalimatut Taqdim dari Shahibul Bait, Ust. H. Aa Fachrurrozi, SP., MP., diikuti tayangan Multimedia tentang Perjalanan Dakwah Hizbut Tahrir, kemudian testimoni Ulama yang disampaikan oleh Ust H. Aceng Ibrahim, ulama dari Jatiwangi, KH Satori Amin ulama dari Cirebon, dan Ust Drs Ghazali Nurkalam ulama dari Majalengka. Acara dilanjutkan dengan penyampaian Kalimatul Hikmah Liqa’ Syawwal oleh Ust. H. Heru Binawan dari DPP Hizbut Tahrir Indonesia, pembacaan Syair Yaumun Nashr oleh Ade Sutisna syabab dari Majalengka, dan penyampaian Seruan Hizbut Tahrir yang disampaikan KH Edi Subakas dari Kuningan. Acara kemudian ditutup dengan pembacaan doa oleh Dr KH A. Sarkosi Subki, Pimpinan Ponpen Mansyaul Huda.
Ust Aa Fachrurrozi menyampaikan bahwa kehadiran ulama umat yang terpilih, adalah ‘amarah yang kuat mengumumkan dengan suara yang tinggi yang menggoncangkan bumi bahwa melakukan aktifitas bersama Hizbut Tahrir untuk menegakkan Khilafah adalah tajjul furuh, mahkota dari berbagai fardhu, dan dukungan untuk melakukan aktifitas untuk menegakkan khilafah bersama Hizbut Tahrir.
Liqa’ syawwal tahun ini mengambil tema ” Bersama Ulama Menegakkan Khilafah”. Tema ini, kata ustad Aa dalam kalimatut taqdim-nya, adalah mencerminkan Azam dalam perjuangan. Pada tahapan yang menentukan sekarang ini peran aktif ulama menjadi hal yang paling penting untuk memberikan penegasan tentang urgensitas khilafah Islam untuk kita semua umat serta hukum wajibnya menegakkan khilafah, sebagaimana penegasan ulama-ulama al qathibah radhiyallahu anhum dari kalangan ahlus sunnah wal jama’ah dari semua madzhab. “Kita semua harus berperan lebih aktif, lebih semangat untuk mempercepat penyatuan umat dengan dakwah ini, serta mempercepat terbentuknya opini umum di tengah-tengah umat tentang wajibnya syariah dan khilafah,” jelas Ustadz Aa Fachrurrozi yan juga pengurus Ponpes Mansyaul Huda.
Anggota DPP Hizbut Tahrir Indonesia, Ustadz H. Heru Binawan mengatakan, umat Islam saat ini memang sangat membutuhkan kehadiran ulama yang memilki semangat dan jiwa penuh dengan kasih sayang dan keteguhan untuk mengarahkan umat ini kembali kepada Islam. Yakni mengembalikan umat ini pada jatidiri yang sesungguhnya, umat yang satu, menyembah Tuhan yang Satu, memiliki aturan syariat yang bersumber dari Alquran dan sunnah Nabi SAW. “Dengan adanya Liqa’ Syawwal ulama ini menunjukkan bahwa dakwah HTI telah berjalan di atas jalur utamanya untuk merubah masyarakat yaitu ulama”.
Umat saat ini wajib kembali memiliki identitas, jati diri dan karakter sebagai umat Islam yang sesungguhnya. “Disinilah peranan para ustadz dan ulama sekalian, mengarahkan dan membimbing umat agar keluar dari kegelapan menuju cahaya Islam,” jelas Ust. Heru.
Dijelaskan juga bahwa khilafah Islam adalah suatu hal yang masuk kategori “maklum min ad-din biadz-dzarurah”. Dan ulama -sebagaimana ulama generasi yang lalu- perannya harus menonjol dalam perjuangan ini. Dari sisi kewajiban tentu ulama lebih wajib dibandingkan dengan umat pada umumnya. Ulama memilki isthitha’ah melebihi umat Islam pada umumnya. Karenanya tentu ulama lebih wajib dibanding yang lain.
“Maka adalah suautu hal yang wajar jika ulama berada di garda terdepan dalam perjuangan penerapan syariah Islam dengan menegakkan khilafah.,” tambahnya. Ustadz Heru juga mengharapkan para ulama, kyai serta ajengan untuk bahu membahu mengajak para ulama lain untuk bersama-sama dalam perjuangan ini. Juga mengharapkan agar para ulama mewaspadai konspirasi musuh-musuh Islam dan antek-anteknya untuk menghambat, mengganggu perjuangan ini.
Ust H. Aceng Ibrahim, ulama dari Jatiwangi menjelaskan beberapa tugas ulama, salah satunya menyampaikan tabligh ajaran-ajaran Islam yang universal dan konferehensif,menjelaskan ajaran-ajaran Islam, dan memberikan contoh dalam pengamalan Islam. Ia juga menjelaskan bahwa berbagai masalah yang dihadapi umat seperti kebodohan, kemiskinan dan masalah lainnya itu mengerucut pada masalah utama yakni karena kita belum melaksanakan ajaran Islam dengan sesungguhnya. “Kami menyatakan bahwa memperjuangkan Islam dengan menegakkan khilafah tidak bisa ditawar-tawar lagi terutama para ulama sebagai warasatul ambiya atau pewaris para nabi,” tegasnya.
Sementara itu KH Satori Amin dari Cirebon mengatakan bahwa asiayasah atau politik tujuannya adalah liishlahatil ummat atau memperbaiki umat. Karena itu kita harus berusaha untuk mewujudkan khilafah dan menjalankan syariat Islam. Sebab, permasalahan umat ini tidak akan selesai jika belum tegak syariat Islam dan khilafah.”Karena itu saya aneh melihat orang-orang yang tidak mengerti agama yang duduk di kursi empuk (DPR-red) ngomong tidak setuju dengan syariat Islam,” katanya.
Kyai yang sudah sepuh ini kemudian meminta kepada para pejuang untuk sabar dalam memperjuangkan syariat dan khilafah. “perkuatlah kesabaran dan semata perjuangan itu untuk mencari ridha Allah,” ujarnya.
Perjuangan untuk menegakkan khilafah adalah amat berat. Perlu kesiapan, perlu kesungguhan dan perlu kaffah. “Dan diantaranya yang mampu untuk melakukan itu adalah para alim ulama,” ujar KH Drs Ghazali Nurkalam dari Majalengka. Ia juga mengingatkan bahwa ulama adalah oranga itu yang benar-benar takut kepada Allah. Ketakutan para ulama itu direalisasikan dalam melaksanakan perintah Allah yang diyakininya yaitu melaksanakan syariah dalam khilafah.
Dalam seruan syawwal HTI yang dibacakan oleh KH Edi Subakas dari Kuningan, disampaikan bahwa perkara penting yang menjadi hidup dan matinya kaum muslimin adalah menegakkan hukum Allah dengan menegakkan syariah dan khilafah. “Tiada pilihan bagi kita kecuali terus berjuang melaksanakan kewajiban ini. “Dan ulama harus mengambil melaksanakan kewajiban ini,” tegasnya. [pendi/Majalengka]