Kisah tragis dialami bayi perempuan berusia 8 bulan asal Jalan Pasantren, Cimahi. Nisza Ismail (Nisa) menghembuskan napas terakhirnya karena diduga kuat ditelantarkan RS Mitra Anugerah Lestari, Jalan Cibaligo, Cimahi.
Dituturkan Ayah Nisa, Martin Ismail (27), anak keduanya mengelami demam tinggi pada Kamis (20/10/2011). Keesokan harinya, Jumat (21/10/2011) Nisa alami step. Setelah ditangani sendiri dulu di rumah, kondisi Nisa tak kunjung baik. Akhirnya Nisa dibawa ke RS Mitra Kasih.
“Tapi dikarenakan biayanya yang terlalu mahal maka kami pun membawa ke Rumah Sakit Handayani. Tapi di RS Handayani tidak menerima pasien bayi dikarenakan tidak memiliki alat yang cukup memadai. Akhirnya pihak RS Handayani merujuk ke RSU Mitra Anugrah Lestari (MAL),” tutur Martin ditemui di rumah orangtuanya di Gang Madsari RT 01 RW 08 Jalan Pasantren, Kota Cimahi, Senin (24/10/2011). Martin dan anak istrinya selama ini menumpang di rumah orangtuanya.
Sekitar pukul 14.00 WIB, Nisa tiba di UGD RS MAL. Namun karena biaya administrasi belum lunas, Nisa tidak langsung ditangani. “Padahal setengah dari uang administrasi sudah kami serahkan,” kisah Martin. Uang administrasi yang diminta RS sebesar Rp 500 ribu.
Baru empat jam kemudian, pukul 18.00 WIB, Nisa diberi bantuan infus. Namun belum bisa masuk ruang rawat inap, karena biaya administrasi belum lunas. Baru sekitar pukul 20.00 WIB, Nisa dipindahkan ke ruang rawat inap anak. “Itu pun setelah kami lunasi biaya administrasi,” ujar Martin yang kini menganggur ini.
Meski sudah masuk ruang perawatan, Nisa belum ditangani dokter karena saat itu tidak ada dokter spesialis yang praktik. Baru pukul 24.00 WIB, Nisa diperiksa dokter jaga yang tak lain dokter umum.
“Menurut dokter, anak saya terkena infeksi lambung. Lalu dokter memberikan resep untuk ditebus, berupa obat dan selang sedot lambung. Itu katanya diperlukan untuk membersihkan lambungnya,” ujar Martin.
Namun karena tak memegang uang sepeser pun, tambah Martin, dirinya meminta keringanan agar obat bisa diberikan dan biaya akan dibayar besok pagi. Namun awalnya pihak rumah sakit tak menggubrisnya. Baru setelah negosiasi dengan sedikit penekanan dan mencoba tuk menjaminkan STNK, pihak RS MAL memberikan Obat tersebut dan langsung memasang selang sedot lambung.
“Tapi setelah itu tidak ada check up sama sekali yang dilakukan pihak RS, padahal kondisi anak saya sudah semakin lemah,” lirihnya.
Pada pukul 04.00, Sabtu (22/10/2011), Nisa mengalami step yang kedua kali. “Kami pun memanggil dokter jaga untuk memeriksa. Setelah itu kami diharuskan untuk menebus resep kembali yang berupa obat kejang dan obat penurun panas,” tuturnya.
Martin mengaku ia meminta keringanan kembali dikarenakan kebutuhan obat ini sangat mendesak. Sampai-sampai, ia menjaminkan handphonenya. Namun itu ditolak pihak rumah sakit. “Mereka bilang obat ini mahal. Tapi setelah dicek obat itu cuma Rp 70 ribu,” katanya.
Akhirnya, Martin pun berjalan kaki ke rumah untuk minta pertolongan keluarga. “Pulsa saya habis dan enggak ada uang sama sekali,” lirihnya.
Istrinya, Susan Kania (29), menunggui Nisa di RS karena keluarga yang lain sedang berusaha mencari biaya RS. Selang 30 menit kemudian, Martin pun tiba di RS.
“Pas sampai saya lihat Nisa sedang step. Ia ternyata belum juga dikasih obat dan ditangani suster dan dokter,” ujarnya.
Akhirnya setelah berdebat dengan keluarga dan dijanjikan resep akan dilunasi paling lama empat jam lagi, obat pun baru diberikan. Namun sayang, sudah terlambat. Kondisi Nisa makin memburuk. Dokter jaga kemudian memeriksa kembali dan menyarankan Nisa dibawa ke ICU, apabila sampai pukul 06.00 WIB keadaannya tidak kunjung membaik.
“Tapi sampai pukul 07.00 WIB, pihak RS belum juga memindahkan Nisa ke ICU dan dokter pun belum datang. Alasan mereka belum memindahkan Nisa adalah karena uang, uang dan uang,” geramnya.
Baru pukul 08.00 WIB, Nisa dipindahkan ke ICU. “Kamu pun diminta untuk menebus resep kembali seharga Rp 217 ribu, berupa alat-alat dan obat perawatan selama di ICU,” katanya.
Menurut dokter, katanya, obat itu dibutuhkan mendesak. Namun saat berbicara dengan pihak administrasi, lanjut Martin, mereka bilang obat itu baru akan diberikan pukul 12.00 WIB.
“Kami bilang pada pihak admin agar obat itu diberikan dulu, sambil menunggu kami bawa uang. Tapi mereka bilang obat itu tak mendesak. Baru akan dikasih pukul 12.00 WIB. Jadi kami disuruh ambil uangnya dulu,” katanya.
Sekitar pukul 10.00 WIB, pihak RS mengatakan sudah tidak sanggup untuk menangani Nisa. “Lalu pas pukul 10.30 WIB. ayah saya masuk ke ruang ICU dan melihat Nisa sedang dimasukan selang melalui mulut. Entah apa fungsinya. Tapi mereka bilang itu untuk pertolongan pertama. Ini aneh karena kok baru dilakukan sekarang pertolongan pertamanya. Ini pun tanpa persetujuan pihak keluarga,” tandas Martin.
Namun setengah jam kemudian, pukul 11.00 WIB, Nisa menghembuskan napas terakhir. “Bahkan saat kami akan membawa jenazahnya untuk dimakamkan, masih dipersulit. Untuk ambulance pun kami harus bayar lagi,” sesalnya. (detikBandung, 24/10/2011)
inilah negeri kaya raya super edan..
begitulah dunia kapitalis, uang adalah segalanya.. nyawa pun dipertaruhkan dengan uang. ya Allah seerakanlah pertolonganMu dgn tegaknya Khilafah agar kami yanglemah dapat tertolong
Astagfirullohal ‘adziim… Ya Allah sesungguhnya bantuan-Mu telah nyata bagi saudara-saudara Rasulullah yang berjuang melawan kekufuran ini. Semoga almarhumah diterima di sisi Allah SWT dimana Rasulullah dengan senang memangkunya… Innalillahi wa inna ilaihi rojiun…
Astghfirullahal ‘adziim…sdh bgt byk korban berjatuhan akibat kekejaman sistem kapitalis, ila..matta.., sdh saatnya bangkit n bergerak u meruntuhkan kapitalisme n membangun sistem Islam yg Mulia n memuliakan manusia…
sistem kapitalis telah menjadikan uang lebih berharga dari nyawa manusia. hanya sistem ISLAM yang memuliakan manusia dan alam semesta. karena memang kemuliaan itu hanya milik ALLAH. sementara kehihanaan itu thoghut. sistem thoghut bikin sengsara. terapkan sistem ALLAH, yaitu khilafah, pasti mulia. buang jauh-jauh sistem thoghut. Alhamdulillah…
ya Alloh..balaslah mereka yang telah hilang nuraninya karena uang….sempitkanlah kehidupan mereka .. agar mereka sadar. amiin…
ga punya nurani!
sedih sekali mendengarnya :(