Siapapun yang mengamati dengan cermat sikap rezim Mesir dengan wajahnya yang baru “Dewan Militer”, maka ia tidak ada bedanya dengan rezim Mubarak yang telah digulingkan. Dalam era rezim yang digulingkan, maka kecelakaan dan kehancuran bagi siapa saja yang berani menyentuh entitas Yahudi. Begitu juga sekarang, di era rezim dengan wajah baru, meski dengan gaya yang lebih lunak, namun tetap kecelakaan dan kehancuran, serta pemenjaraan dan pembunuhan bagi siapa saja yang berani mengganggu tidur Yahudi. Sikap lunak ini diperlihatkan sebab masih dalam suasana revolusioner, di mana masyarakat sudah tidak takut lagi menghadapi setiap orang yang ingin menyita dan merampas kehendaknya.
Baru-baru ini, bukannya menghormati para pahlawan yang menyerang Kedutaan Besar Yahudi di Mesir, yang masih dilindungi oleh rezim, atau bukannya mengusir Duta Besar Yahudi dari tanah Mesir, justru kemarin pengadilan rezim Mesir memvonis enam bulan dipotong masa tahanan terhadap 73 orang yang melakukan penyerangan atas Kedutaan Yahudi di Mesir, serta terhadap mereka yang berkumpul sehari setelah tentara Yahudi membunuh enam tentara Mesir.
Hal yang sangat menarik adalah perlakuan terhadap warga Palestina, termasuk warga Gaza masih setengah-setengah dan penuh embel-embel. Dalam hal ini, seolah-olah revolusi belum terjadi, dan seolah-olah kedekatan dengan Yahudi, yang merupakan salah satu penyebab revolusi rakyat terhadap rezim, belum memberikan pelajaran pada rezim penguasa Mesir yang baru.
Pada era rezim yang digulingkan, peran rezim Mesir ketika itu adalah melakukan tekanan dari bawah meja terhadap faksi-faksi perlawanan, dan mengkoordinasikan di antara mereka dengan Yahudi untuk setiap gencatan senjata baru, yaitu ketika situasi meningkat dan terjadi penyerangan terhadap Yahudi, maka rezim Mesir berubah menjadi layaknya juru penyelamat dengan mengizinkan konvoi bantuan melintasi Jalur Gaza, dan seolah-olah Mesir sendirian dalam bulan sabit merah dan mobil pembawa selimut.
Juga saat ini, rezim Mesir masih seperti sebelumnya, yaitu memainkan peran sebagai mediator antara faksi-faksi Palestina dengan entitas Yahudi. Dan peran itu tercermin dalam agresi baru di Gaza, serta bermainnya intelijen Mesir dalam peran sebagai mediator antara faksi-faksi Palestina dengan entitas Yahudi. Dalam hal ini, seolah-olah Mesir dengan revolusinya telah mengkhususkan aparat intelijen sebagai mediator antara Yahudi dengan warga Palestina.
Sesungguhnya rezim manapun di dunia ini, tidak akan dapat bertahan hidup tanpa salah satu dari dua hal, yaitu kepercayaan atau ketakutan. Dan saat ini umat sudah hilang kepercayaannya terhadap rezim. Juga, umat telah hilang rasa takutnya pada para penguasa, penindasan dan kezalimannya. Sehingga umat melakukan pemberontakan atas mereka, bahkan bara revolusinya masih menyala dan tak terpadamkan. Oleh karena itu, siapapun yang berusaha untuk membajak revolusi ini harus tahu bahwa mengelabui rakyat dengan perubahan bentuk dan tambal sulam merupakan sesuatu yang sudah usang. Sungguh rezim yang ada sekarang masih sangat jauh dari tuntutan rakyat, dan bahkan berusaha untuk menipunya. Dan pada akhirnya, umat akan sampai pada orang yang mewakilinya untuk berhukum dengan hukum yang diturunkan Allah, menyatakan kebaikannya, menyiapkannya untuk penerapan Islam, dan menggerakkan pasukan. Ingat, para pahlawan tidak datang dari meja perundingan, melainkan dari peperangan di medan jihad (pal-tahrir.info, 1/11/2011).
Semoga semua negara yang ada saat ini dpimpin oleh para penguasa yang dzolim. Agar semua rakyatnya bisa melihat dengan mata kepala sendiri tentang sistem (kapitalism) yang rusak & merusak ini. Agar semua umat sadar bahwa hanya Islam ideologi bisa menjamin kehidupan yang lebih baik & tentunya kehidupan yang diRidhai oleh Allah,Amin. Teruslah brsemangat dalam aktfitas dakwah kita untuk menjemput pertolongan Allah,sebentar lag… sebentar lagi… sebentar lagi… sebentar lag fa insya Allah, Dia (Allah) akan menepati janji-Nya. amin