Rakyat Indonesia Terancam tak Bisa Menamatkan SD

Pakar ekonomi Unand, Prof Elfindri mengatakan penduduk Indonesia terancam tidak bisa menamatkan sekolah dasar (SD), ditandai dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia kini mencapai 0,07 poin pertahun.

“Dengan IPM 0,07 poin itu Indonesia berada pada nomor urut 124 dari 169 negara di dunia dan Indonesia memang terancam tidak menamatkan SD,” kata Elfindri di Padang, Ahad (20/11).

Posisi tersebut telah menempatkan Indonesia menurun lebih jauh terkait sebelumnya IPM Indonesia pernah berada pada nomor urut 108 dunia.

Sementara itu ancaman penduduk Indonesia tidak menamatkan SD bisa terjadi antara lain lebih akibat tidak tepatnya penggunaan anggaran peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Selama ini, katanya, anggaran negara lebih banyak tersedot untuk pembiayaan rutin dan praktek-praktek korupsi masih saja terjadi.

“Jika kondisi demikian terus terjadi maka beberapa tahun mendatang banyak penduduk Indonesia akan bisa mengenyam pendidikan hanya 5,7 tahun saja atau tidak tamat SD,” katanya.

Posisi demikian sekaligus akan menempatkan kualitas tenaga kerja Indonesia sebagai buruh saja dengan upah yang rendah karena tidak bisa bekerja secara lebih berkualitas.

Dampaknya Indonesia akan minim investasi karena investasi asing cenderung antara lain ke Cina dibandingkan ke Indonesia, karena produktivitas dan kualitas SDM China dua kali lipat dari Indonesia.

“Karena itu, pemerintah harus memperbaiki komitmennya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia terutama dalam penggunaan anggaran yang tepat sasaran,” katanya.

Sebab berdasarkan pemantauan, penggunaan anggaran negara pada tingkat pemerintah kabupaten, kota dan provinsi baru mencapai 35 persen. Artinya pekerjaan fisik dan non fisik proyek harus diburu penyelesaiannya dalam November dan Desember ini.

Dampaknya, katanya lagi, banyak pekerjaan yang tidak siap dan pengawasan akan menjadi tidak benar dengan alasan untuk menghabiskan waktu yang pada akhirnya, pekerjaan tentu tidak akan berkualitas.

Ia mengatakan, yang bertanggungjawab dalam hal ini adalah pimpinan, jika seandainya tidak ada kesalahan DPRD menunda pengesahan APBD.

“Yang bertanggung jawab adalah gubernur, bupati atau wali kota dan seluruh kepala dinas terkait mengapa pada tiap November dan Desember pekerjaan fisik terus diburukan,” katanya.

Jika kondisi tersebut dibiarkan berlarut-larut, ujarnya, pada akhirnya akan terbukanya praktik korupsi sehingga perencanaan perlu dibenahi, selain itu permudah persoalan pertanggungjawaban keuangan, tambahnya. (republika.co.id, 20/11/2011)

3 comments

  1. rasanya tidak mungkin kalo di negara ini mengalami kemunduran pendidikan dalam hal tingkat kelulusan. Kalau SD diartikan sebagai Pendidikan Dasar mungkin memang msh perlu terus diperjuangkan dan harus kerja cerdas agar kita mampu mentargetkan bahwa setiap anak indonesia hrs lulus Pendidikan dasar ( setingkat SLTP ).

  2. Choirul Z Mushohib

    Memang pendidikan dasar di negeri ini masih sekuler..jadi ya biarkan saja SD ambruk, SMP ambruk..dll. Yang sangat penting adalah merubah mindset para pemangku pendidikan (sekolah, ormas, guru, yayasan, dll..) untuk meneguhkan bahwa Islam lah satu2nya yang benar dan memperjuangkannya dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Spirit dakwah dan jihad inilah yang harus kita gelorakan. Karena faktanya saat ini kita masih berada dalam Darul kuffar….

    Maka mulai pendidikan dasar harus ditanamkan betul2 pada siswa/anak didik tentang spirit jihad itu….. Jihad memperjuangkan Islam pada semua aspek kehidupan.

  3. Sistem Pendidikan di indonesia cuman ngejar Nilai, Test score & Ijasah.
    gak ada praktek nyata, siswa cuman disuruh nyari nilai setinggi tingginya , tapi prakteknya NOL BESAR..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*