Data Komisi Nasional Penanggulangan AIDS menunjukkan, penyebaran HIV/AIDS berubah dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan penelitian tahun 2011, penyebab transmisi tertinggi adalah seks bebas (76,3 persen), diikuti jarum suntik (16,3 persen).
Penelitian tahun 2006 menunjukkan, pertukaran jarum suntik penyebab utama transmisi HIV/ AIDS (54,42 persen) dan seks bebas peringkat kedua (38,5 persen). Data itu muncul pada simposium internasional bertajuk menihilkan penularan HIV baru, menghilangkan diskriminasi, serta kematian terkait AIDS di negara ASEAN, Senin (21/11), di Kabupaten Bandung Barat.
Simposium itu, salah satunya membahas fenomena gunung es penderita HIV/AIDS yang tak terpantau dan berpotensi menularkan tanpa disadari. ”Jangan sampai seperti gunung es, kita tenang karena jumlah sedikit, tetapi tiba-tiba meledak karena penyebab yang belum diantisipasi,” kata Wakil Menteri Kesehatan (Kemkes) Ali Ghufron Mukti, seusai membuka simposium.
Simposium dihadiri perwakilan dari negara ASEAN, dan dibuka Wakil Menteri Kesehatan RI Ali Ghufron dan Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan.
Negara ASEAN bertekad bahu-membahu menekan angka penularan penyakit HIV/AIDS dengan bertukar pengalaman dan pengetahuan dari keberhasilan masing-masing negara.
Populasi di ASEAN
Pada kata sambutan dalam rekaman video, Surin mengungkapkan, 1,5 juta orang hidup dengan HIV di ASEAN. Syarat sebuah negara sukses menekan penularan HIV adalah kuatnya kepemimpinan, SDM, serta intervensi yang fokus terhadap satu aspek dari HIV/ AIDS. Selain itu, dibutuhkan kemitraan kuat antarnegara untuk bersama memerangi penularan HIV/AIDS.
”Thailand, Kamboja, dan Myanmar menunjukkan perkembangan positif menekan laju penularan HIV/AIDS. Sementara, negara lain menghadapi kendala sama,” ujar Surin.
Beberapa hal dilakukan Pemerintah Indonesia, di antaranya persiapan tenaga kesehatan yang terus meningkat dari 15 juta (2006) menjadi 27,5 juta (2010).
Kemarin, juga digelar peluncuran program penyadaran yang menyasar kelompok rentan yang berusia 15-24 tahun dengan slogan ”Aku Bangga Aku Tahu” yang dilakukan di 10 provinsi di Indonesia. Program ini untuk sosialisasi bahaya perilaku seks bebas ataupun cara transmisi.
Berdasarkan data Kemkes, kelompok usia muda 45,5 persen dari populasi kasus HIV di Indonesia. Secara kumulatif, kasus AIDS hingga Juni 2011 mencapai 26.483 kasus. (kompas.com, 22/11/2011)
tegakan hukum syariah dalam negara khilafah….. seks bebas akan ditekan dan otomatis HIV/AIDS akan hilang dengan sendirinya.
perbuatan maksiat akan mengkibatkan kebinasaan baik didunia maupun di akhirat
KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) yang sudah berjalan 18 tahun tidak membawa perubahan terhadap perilaku seks bebas di berbagai kalangan termasuk remaja. dan sekarang muncul lagi program “Aku Bangga Aku Tahu”, dan itu sesungguhnya juga tidak akan membawakan hasil apapun.
Kenapa mengambil solusi dari pandangan manusia. Allah lah yang Maha Tahu, dan banyak orang lupa akan itu, sehingga banyak manusia lupa untuk kembali pada petunjuk Allah yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.