Sampai saat ini sumur migas di Indonesia masih dikuasai oleh perusahaan minyak dan gas (migas) asing, hanya 30% yang digarap oleh perusahaan lokal. Pemerintah berharap di 2025 perusahaan migas lokal bisa mencapai 50%.
Hal ini disampaikan oleh Dirjen Migas Evita legowo seperti dikutip dari situs Ditjen Migas, Kamis (8/12/2011).
“Kami harap ke depan, semakin banyak perusahaan nasional yang bermain di migas, tidak hanya sampai di pembelian dokumen lelang tapi diteruskan sampai menghasilkan,” ujar Evita.
Seperti diketahui, dalam lelang penawaran wilayah kerja migas kemarin sudah ada perusahaan migas lokal yang mulai bermunculan dan berani ikut serta dalam tender. Empat perusahan nasional memenangkan lelang, yaitu Eurorich Group Ltd dengan lokasi Kalyani Jambi, PT Anugrah Mutiara Sentosa dengan lokasi South Baturaja Sumatera Selatan, PT Terra Global Vestal dengan lokasi North Baturaja Sumatera Selatan dan PT Mentari Abdi Pertiwi dengan wilayah kerja Kuala Pambuang Kalimantan Tengah.
Evita berharap jumlah ini terus bertambah ke depannya. “Saat ini baru mencapai 30% lebih, mudah-mudahan saja di 2025 nanti capaian perusahan domestik bisa di atas 50%,” kata Evita.
Seperti diketahui, kemarin ada 14 kontrak lelang wilayah kerja migas dan gas metana batubara (GMB) yang diteken pemerintah hari ini. Dari kontrak tersebut pemerintah terima bonus tandatangan US$ 14 juta atau sekitar Rp 119 miliar.
Evita meminta para Kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang mendapatkan wilayah kerja migas dari pemerintah untuk melaksanakan komitmennya mengembangkan migas di Indonesia. Tidak ada lagi era jual beli wilayah kerja migas.
Pada masa lalu, diakui Evita, ada masa di mana terjadi jual beli WK migas. KKKS hanya mengikuti lelang migas, namun tidak mengerjakan sendiri WK-nya. Namun saat ini, pemerintah mengharapkan hal tersebut tidak terjadi lagi dan KKKS diminta melaksanakan komitmennya. (detikfinance.com, 8/12/2011)
ngambil hak rakyat seenaknya saja
iya, bentuk penjajahan. jadi masih terjajah.