[AGENDA] Dialog Nasional Tokoh Perempuan Islam
Peran Strategis Keluarga, Ancaman dan Tantangan Masa Depan
Menghadirkan 200 orang Tokoh Perempuan Islam dari Berbagai Kota Besar di Indonesia, dari kalangan: Psikologi keluarga, Akademisi, Pemerhati Keluarga, Praktisi, Konsultan Keluarga dan Advokad Keluarga
Hari/ Tanggal: Kamis, 22 Desember 2011
Waktu: 09.00-14.30 WIB
Tempat: Auditorium Graha Nandika Sucofindo,, Jl. Raya Pasar Minggu Kav. 34, Jakarta Selatan
Contact Person
Eni Dwiningsih : 085717197646
Lesi Puspitawati : 081315834340
Latar belakang
Keluarga adalah tempat pertama bagi setiap manusia memahami makna hidup. Tempat pembinaan generasi calon pemimpin umat. Tak disangsikan, peran orangtua yang vital dalam keluarga menjadi kunci kesuksesan keluarga, masyarakat dan juga bangsa. Tak hanya itu, kesuksesan keluarga membina generasi pemimpin akan membawa pengaruh pada pembentukan peradaban dunia. Di mana keluarga dikatakan berhasil ketika menjalankan seluruh fungsinya yaitu fungsi ekonomi, edukasi, rekreasi, proteksi, sosial, reproduksi dan religi.
Prihatin, kata yang tepat untuk mewakili kondisi keluarga saat ini dimana keluarga-keluarga muslim sudah mengalami disfungsi dan disorientasi, hingga berujung pada hancurnya institusi keluarga tersebut. Tren perceraian keluarga cenderung meningkat tak terkecuali di Indonesia. Data 2011 menunjukkan bahwa dari 2 juta pernikahan setiap tahun, 12-15% berakhir dengan perceraian (80% diantaranya terjadi pada perkawinan di bawah 5 tahun). Tidak hanya itu kasus perceraian ini 70% diantaranya terjadi karena gugat cerai (artikelindonesia.com, 29 Juli 2011). Alasan yang sering dikemukakan adalah problem ekonomi keluarga, perselingkuhan, ketidakcocokan pribadi, KDRT, hingga poligami yang tidak tepat.
Kerapuhan keluarga ini juga berimbas pada nasib anak. Berdasarkan data survei Komnas Perlindungan Anak tahun 2009 tercatat bahwa 62,7% siswi SMP di Indonesia sudah tidak perawan lagi, sedangkan 93,7% pernah melakukan ciuman (Suara merdeka Cybernews, 23 Oktober 2010). Sementara data anak yang melakukan tindak kriminal sebesar 1258 kasus (tempointeraktif.com, 31 Januari 2010). Jumlah pengguna narkoba di Indonesia hingga akhir tahun 2008 mencapai angka 4 juta orang. Dari angka itu 70 persennya adalah anak sekolah (detiknews.com, 29/07/2009). Catatan Komnas PA mengemukakan paling tidak saat ini ada 21 juta anak di Indonesia yang menjadi perokok. Data ini meningkat dibandingkan tahun 2001. Dari penelitian Komnas PA jumlah anak yang merokok pada tahun 2001 mencapai 69 persen. Dan pada tahun 2004 mencapai 78 persen. “Tahun ini diperkirakan ada kenaikan anak yang merokok mencapai 38 persen, termasuk di Jakarta,” katanya. (www.tempointeraktif.com 10 Mei 2011).
Di sisi lain, tekanan ekonomi dan pemiskinan struktural memaksa keluarga muslim mengalami disorientasi sehingga hanya terfokus pada aspek materi, dengan keterlibatan istri sebagai pencari nafkah. Bahkan trend perempuan sebagai kepala keluarga meningkat 0,1 persen per tahun dimana pada tahun 2007 mencapai 13,3 % atau 6 juta rumah tangga (Data Susenas Indonesia dalam www.satuportal.net).
Inilah potret keluarga negeri ini yang mayoritas berpenduduk muslim. Apakah kondisi ini semata disebabkan faktor internal, dimana keluarga muslim tersebut telah kehilangan arah dan prinsip-prinsip syar’i dalam tuntunan berkeluarga ? Ataukah ada faktor eksternal yang berpengaruh bahkan mendesign lingkungan masyarakat yang tidak memberi iklim kondusif bagi keberlangsungan fungsi-fungsi keluarga dalam pandangan Islam? Pertanyaan inilah yang akan kita cari jawabannya, demi mewujudkan kembali profil keluarga muslim sejati, pondasi bagi peradaban Bangsa di masa yang akan datang.
Tak bisa dipungkiri bahwa faktor internal dan eksternal keluarga memberikan andil terhadap kerapuhan keluarga muslim. Nilai-nilai Islam di tengah keluarga mulai luntur yang diakibatkan pendidikan di dalam keluarga maupun sistem pendidikan yang berlaku bukan sistem pendidikan Islam. Disamping itu keluarga juga tidak bisa melepaskan diri dari arus globalisasi dunia. Globalisasi yang dimaknai sebagai kapitalisasi dan liberalisasi memberikan andil yang signifikan bagi arah perubahan dunia di era millennium ini. Globalisasi telah sukses menancapkan nilai sekulerisme dan materialisme yang sarat dengan budaya hedonis dan permisif ke tengah keluarga. Ham menjadi pedoman berjalannya interaksi dalam keluarga. Istri yang berani pada suami, anak yang membantah orang tua dihitung sebagai kemajuan yang layak mendapatkan perlindungan hukum. Ditambah lagi serangan budaya pergaulan bebas di luar rumah, memberi peluang bagi pasutri untuk mencari kenyamanan di luar rumah setiap kali mengalami konflik keluarga.
Globalisasi juga meniscayakan adanya sebuah “Grand Design” dunia di bawah satu payung ideologi, dalam membangun profile-profile keluarga di balik adanya konvensi-konvensi Internasional tentang perempuan dan kependudukan. Konvensi ini menjadi pengikat bagi negara anggota untuk meratifikasi hingga implementasi program yang melibatkan pemerintah, elemen masyarakat dengan pengawalan LSM-LSM lokal maupun asing, demi tercapainya target dan tersosialisasinya nilai dan “bran” yang diinginkan.
Pada tataran implementasi, maraknya program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dan Keluarga Berencana merupakan bagian dari program unggulan dan solusi praktis yang dinilai tepat dalam mengantisipasi kesulitan hidup. Ibarat gayung bersambut program-program ini disambut dengan suka cita oleh keluarga-keluarga muslim. Kemandirian perempuan dan kebebasannya dalam menentukan nasib sendiri merupakan target yang harus dibangun. Juga profile keluarga kecil dengan atribut-atributnya adalah sarana yang efektif guna menekan laju pertumbuhan penduduk muslim. Anggapan memiliki anak lebih dari dua seolah hal yang tabu, dan menggoyahkan keyakinan untuk bisa menghidupi dan memberikan pendidikan yang baik. Kemandirian perempuan, juga jumlah anak yang hanya dua menjadikan keluarga-keluarga muslim ini mudah untuk mengambil keputusan bercerai tatkala persoalan rumah tangga muncul. Hal ini akibat adanya adidaya ideologi kapitalisme sekuler yang mendominasi dunia dengan kata lain karena ideologi Islam tidak diterapkan didunia.
Walhasil, disadari ataupun tidak keluarga muslim saat ini sedang mengalami penggerusan nilai-nilai keislaman mereka hingga pada tataran keyakinan, akibat faktor internal maupun eksternal. Arus ini akan terus bergulir dan mengancam eksistensi dan identitas keluarga maupun masyarakat Islam. Upaya pembendungan arus ini harus terus diupayakan di tengah masyarakat, dengan menumbuhkan kesadaran terhadap nilai-nilai Islam dan mengembalikan lagi profil keluarga muslim sejati, sesuai tuntunan Al Qur’an dan Sunnah Rasul SAW.
Keluarga muslim sejati adalah keluarga yang dibangun berdasarkan ketaqwaan dalam rangka mencari ridho Allah SWT dimana setiap anggota keluarga menjalankan hak dan kewajiban menurut Islam juga memperjuangkan penerapan Islam dalam negara. Karena itu setiap anggota keluarga memahami hak dan kewajiban masing-masing, juga berusaha mengupayakan agar seluruh fungsi keluarga dapat berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Profil keluarga seperti ini hanya dapat dicapai dengan sempurna manalaka llingkungan dan sistem yang ada juga kondusif. Aturan yang digunakan dalam mengatur interaksi di dalam masyarakat adalah aturan Islam. Dengan kata lain sistem dan aturan yang diberlakukan oleh negara adalah aturan Islam dalam sebuah institusi negara yang berbentuk Khilafah Islamiyyah.
Sesungguhnya, membentuk keluarga muslim sejati adalah perjuangan hakiki setiap keluarga. Dan keluarga sebagai pelaku perubahan masyarakat, merupakan perjuangan yang hakiki pula untuk membentuk masyarakat di bawah naungan sistem Islam.
Berdasarkan uraian tersebut, maka Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menganggap perlu diadakan pembahasan yang mendalam dalam rangka mencari solusi atas rusaknya kehidupan keluarga dan juga generasi yang diakibatkan sistem kehidupan sekuler. Pembahasan ini kemudian diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi bagi para tokoh muslimah secara khusus dan para ibu secara umum. Oleh karena itu, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia bermaksud mengadakan acara dengan tema: “PERAN STRATGIS KELURAGA, ANCAMAN DAN TANTANGAN MASA DEPAN”
Tujuan
Tujuan diselenggarakannya acara ini adalah sebagai berikut:
- Memotivasi setiap keluarga muslim untuk segera mewujudkan keluarga muslim sejati, yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam
- Menyamakan persepsi terhadap akar masalah hancurnya keluarga muslim di seluruh dunia beserta solusinya yaitu penerapan syariah Islam dalam bingkai negara Khilafah
- Memperkuat perjuangan dengan melaksanakan langkah tindak bersama para tokoh muslimah, guna membendung arus penghancuran keluarga muslim dan mewujudkan kembali “keluarga muslim sejati” di tengah-tengah masyarakat
semangat,,,
Assalamualaikum Wr Wb,
Kami atas nama P3KC (Pusat Pelayanan dan Perlindungan Keluarga Cilegon), mengucapkan terimakasih atas undangan Dialog Nasional Tokoh Perempuan Indonesia. Namun sehubungan adanya kegiatan yang bersamaan waktunya, dengan sangat menyesal kami tidak bisa mengikuti acara Dialog Nasional tsb. Namun demikian kami akan menghadiri acara kegiatan HTI Banten Wilayah Kota Cilegon, yakni seminar Nasional menjadi Ibu terbaik untuk mewujudkan generasi berkwalitas. Atas perhatian, diucapkan terimakasih. Wassalam
Kurniatin Koswara.
Ketua Harian P3KC