AS Langgar Kedaulatan Libya Dengan Menghancurkan Ribuan Roket

Amerika Serikat melanggar kedaulatan Libya dengan penuh keangkuhan ketika unit-unit khusus militer AS membongkar dan menghancurkan sistem pertahanan rudal canggih Libya, dimana rezim Libya-yang ditumbangkan-telah menghabiskan ratusan juta dolar dari dana rakyat Libya untuk sistem pertahanan yang sangat dibutuhkan itu.

Andrew Shapiro, Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik-Militer mengatakan pada para wartawan: “Kami telah melakukan pengidentifikasian, pembongkaran dan pengamanan 5.000 MANPADS (Man-Portable Air Defence System). Sementara ribuan lainnya telah dihancurkan selama pemboman yang dilancarkan NATO.”

Shapiro mengatakan bahwa ia meneliti sendiri operasi peledakan puluhan rudal ini di sepanjang pantai Libya yang menghadap Desa Sidi Bin Nur, sebelah timur Tripoli, selama kunjungannya ke Libya baru-baru ini, dan berlangsung satu hari.

Tim AS telah bekerja besama dengan Dewan Transisi Libya sejak beberapa bulan untuk menemukan rudal, kemudian mengumpulkan dan menghancurkannya. Bahkan Shapiro menyatakan bahwa AS telah menghabiskan enam juta dolar untuk mengamankan operasi penghancuran rudal-rudal tersebut. Dan dikatakan juga bahwa ada sejumlah ahli AS yang masih bekerja di Libya untuk memastikan jumlah sebenarnya rudal yang sejauh ini belum diketahui keberadaannya.

Ada sejumlah pertanyaan yang dilontarkan kepada para politisi Libya-yang kebanyakan dari para mujahid Islam:

1.    Mengapa Amerika secara khusus diperbolehkan untuk menguasai file senjata canggih dan kemudian merusaknya?

2.    Mengapa negara Libya menyerahkan senjata-senjata tersebut dan membiarkan mereka menghancurkannya?

3.    Mengapa kami tidak mendengar reaksi apapun dari para pejuang Libya, baik reaksi negatif atau positif, dan seolah-olah mereka tidak peduli dengan masalah ini?

Jawaban atas pertanyaan ini adalah, tidak diragukan lagi bahwa hal itu mengungkapkan tentang ketergantungan mutlak penguasa Libya sekarang terhadap negara-negara Barat imperialis. Oleh karena itu, kami mendapatkan bahwa para pejabat tinggi di Libya terhadap persoalan ini lebih memilih sikap diam yang mecurigakan (kantor berita HT, 20/12/2011).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*