Pelaku Pemerkosaan di Angkot Pemain Lama

Pelaku perampokan dan pemerkosaan di angkutan kota disinyalir merupakan pemain lama yang sering menggunakan modus serupa untuk merampas barang korbannya. Pelaku beraksi dengan menggunakan angkot sewaan.

Kapolres Kota Depok Komisaris Besar Mulyadi Kaharni, mengatakan korban mengalami trauma dan depresi. Sampai saat ini, dia dirawat di Rumah Sakit Polri. Meskipun demikian, korban sudah bisa dimintai keterangan mengenai ciri-ciri pelaku.

Berdasarkan keterangan korban, kata Mulyadi, pelaku berjumlah empat orang yang semuanya laki-laki. Satu orang menyetir di depan, sementara tiga lainnya duduk di belakang. Mulyadi mengatakan, saat ini pihaknya telah menurunkan dua tim yang terdiri dari satuan reserse dan intel.

Dari data yang dimiliki polres, Mulyadi menduga pelaku pemerkosaan merupakan pemain lama. Hal itu terlihat dari modus operasi yang dilakukan tim tersebut.

Modus perampokan dalam angkot memang bukan pertama kali terjadi di Depok. Sebelumnya kasus serupa pernah terjadi Januari 2011 dan Desember 2010. “Tapi yang ini namanya orang belanja ke pasar, ya tidak membawa apa-apa,” ujar Mulyadi di Mapolres Depok, Kamis (15/12).

Wakil Ketua I Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Depok, Tondo Wiyono mengatakan akan melengkapi seluruh sopir angkot di Depok dengan identitas.

Hal itu sebagai tindak lanjut kasus perampokan disertai pemerkosaan yang menimpa R (35), seorang tukang sayur, Rabu (14/12) sekitar pukul 03.00 WIB. “Kami hanya melakukan langkah preventif. Kalau tindakan itu kewenangan dari dinas dan polisi,” kata Tondo.

Menurut Tondo, sopir angkot wilayah lain memiliki kecenderungan menjadikan Depok sebagai lahan empuk menaikturunkan penumpang. Padahal, peraturan perundang-undangan melarang hal itu.

Oleh karena itu, petugas Dinas Perhubungan (Dishub) dan Polisi Lalulintas harus menindak tegas angkot luar Depok yang kedapatan beroperasi di Depok. “Tindak tegas sopir angkot luar Depok yang kedapatan menaik turunkan penumpang di Kota Depok,” tegas Tondo.

Dirinya juga mengaku prihatin atas kejadian pemerkosaan dalam angkot. Dia polisi langsung mengusut tuntas kasus tersebut.

Sementara itu saat “PRLM” mendatangi rumah korban, di Jln Raden Saleh, Kecamatan Cilodong, Kota Depok terlihat sepi. Hanya ada keponakan dan ibu korban saja. Mereka pun masih enggan memberikan keterangan saat ditanya. Sementara suami korban, Heri, masih menemani R di rumah sakit.

Dari penuturan tetangga korban, Meida, R hingga saat ini masih mengalami trauma dan masih berada di Rumah Sakit Kramat Jati, Jakarta Timur.

Menurut Meida, ibu korban juga mengalami syok atas kejadian yang menimpa anaknya. Dia sering menangis jika mengingat kejadian tersebut. “Ibunya nangis terus-terusan dari kemarin. Dia kurang istrirahat juga nampaknya,” ujar Meida.

Dia mengatakan, keluarga dan tetangga korban sempat curiga mengetahui R belum tiba di rumah hingga pukul 06.00 WIB Rabu (14/12). Biasanya, R sudah menggelar dagangan sejak pukul 05.00 WIB.

Suami dan tetangga akhirnya memutuskan untuk mencari R. Mereka konvoi menggunakan motor dan mencari ke Pasar Kemiri, Kecamatan Beji. “Ada delapan motor yang mencari R hingga ke pasar tapi nggak ketemu. R baru datang diantar polisi Cikeas pukul 07.00 WIB,” katanya..

Meida menambahkan, biasanya R ke pasar diantar mobil orangtuanya. “Saat itu mobil bapaknya lagi rusak jadi dia naik angkot,” ujar Media.

R tidak tahu kalau angkot M26 yang digunakannya bukanlah trayek Depok sehingga dia asal naik saja. “Biasanya juga ada tukang sayur lain yang berangkat bareng dia, tapi kemarin mereka nggak jualan akhirnya R pergi sendiri,” kata dia. (A-185/A-89) (Pikiran Rakyat Online, 19 Des 2011)

Ini membuktikan bahwa negara abai dalam memberikan rasa aman, sekaligus gagal mensejahterakan warganya. Mengapa seorang wanita harus menjadi tumpuan keluarga? Karena negara tidak memberikan lapangan kerja yang layak pada suami. Sehingga ia tidak bisa menunaikan kewajiban nafkah pada keluarganya. Beban nafkah sebagian harus ditanggung oleh isteri yang sebenarnya tidak pernah menjadi kewajibannya. Jam 03.00, saat ibu-ibu lain masih tidur lelap, ibu Ros harus merasakan dinginnya malam unuk pergi kulakan sayuran ke pasar, kemudain di jual di rumah agar keluarganya dapat makan dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sementara di jalanan yang masih gelap, yang sebenarnya bukan habitat seorang ibu dan ternyata tidak aman, maka terjadilah peristiwa yang memberikan efek trauma panjang kepadanya, yaitu perampokan dan pemerkosaan. Peristiwa tersebut bukan pertama terjadi. Dalam Islam, pemimpin adalah perisai bagi rakyatnya, semesinya bisa memberikan rasa aman, dan kesejahteraan. Wanitapun dijaga kemuliaannya, tidak pernah dibebankan nafkah kepadanya, ketika pergipun harus dipastikan aman untuknya, bahkan dalam waktu tertentu harus disertai mahramnya. Kelak sang pemimpin juga akan dihisab oleh Allah SWT atas abainya terhadap penunaian kewajiban tersebut. (HA)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*