Penarikan Pasukan Amerika Lebih Bersifat Seremonial Daripada Sesungguhnya

Kontrol Amerika atas Irak tidak akan berakhir dengan penarikan pasukan tempur.

Amerika secara resmi mengakhiri delapan setengah tahun pendudukan militernya di Irak pada tanggal 15 Desember 2011 dengan upacara penurunan bendera yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan, Leon Panetta. Barat yang dipimpin oleh Amerika menginvasi negara kaya minyak itu pada bulan Maret 2003 dengan klaim yang meragukan. Pembuat kebijakan yang merupakan mantan Kepala Badan Keamanan Nasional, almarhum Letnan Jenderal William Odom, menggambarkan invasi itu sebagai ‘bencana strategis terbesar dalam sejarah Amerika Serikat pada tahun 2005 – hanya dua setengah tahun setelah Amerika menginvasi.

Apapun yang keluar dari Washington atau media Barat, kami membuat poin-poin berikut berkaitan dengan imperialisme Amerika di Irak:

1. Perang melawan Irak adalah didasarkan pada kepemilikan Saddam Hussein atas senjata pemusnah massal (WMD), yang bisa dikerahkan dalam waktu ’45 menit saja sejak diberinya ‘peringatan’  oleh orang gila yang menyebabkan teror di seluruh dunia dan bahkan dalam beberapa hal ‘terkait’ dengan serangan ’11 /9 ‘. Pada tahun 2004, Laporan ISG dari Duelfer menyatakan bahwa Irak tidak memiliki program senjata pemusnah massal.

2. Dalam beberapa bulan sejak invasi, Amerika dengan cepat kewalahan menghadapi pemberontakan yang saat ini telah sangat mempengaruhi kedigdayaan Amerika di seluruh dunia. Evan Kohlmann, seorang ahli masalah terkemuka menguraikan di awal tulisannya “Ketika invasi Amerika dimulai pada tahun 2003, yang menentang terutama adalah Baathists, mantan militer Irak, dan loyalis Saddam. Mereka adalah kaum nasionalis Irak, yang menentang pendudukan asing, yang melihat Mesir sebagai pesaing Irak untuk mengendalikan dunia Arab. Itu adalah masalah kebanggaan nasional. Ketika Amerika mengalahkan pasukan konvensional Irak dalam 21 hari pertempuran, adalah pasukan Irak yang merendahkan mesin militer AS.

3.  Ketika laporan Baker-Hamiltin dirilis kepada Kongres Amerika pada bulan Desember 2006, Amerika benar-benar tenggelam di Irak yang dibandingkan seperti halnya dengan yang dilakukannya dengan Vietnam. Sementara laporan Baker-Hamilton mengusulkan keterlibatan Iran atas Irak, keterlibatan dengan Iran sudah dimulai, dalam rangka membendung pemberontakan. Iran mengawali campur tangannya dengan membentuk Dewan Agung Islam Irak (ISCI) kelompok yang dibuat dengan dukungan penuh Teheran pada tahun 1982.

4. Pemilu parlemen Irak pertama pada tahun 2005 melembagakan  perbedaan sektarian dan etnis. Dengan cara ini Amerika selalu bisa mengandalkan dukungan dari kelompok-kelompok yang berbeda di Irak yang akan tetap terpecah dan akan selalu membuat kesepakatan dengan Amerika dengan imbalan janji kekuasaan.

5. Amerika membangun sistem politik di Irak yang akan melindungi dan mempertahankan kepentingan-kepentingannya. Amerika hanya perlu mengganti sistem pemerintahan yang brutal dengan sistem pemerintahan yang korup yang mengakui perpecahan etnis dan sektarian di Irak.

6. Demikian pula lelang minyak Irak melalui Penyedia Layanan (ST) yang menyatakan bahwa pemerintah Irak setuju dengan berbagai perusahaan minyak internasional telah memberikan kontrol minyak Irak di tangan pemerintah Irak. Perusahaan-perusahaan minyak telah dikontrak oleh pemerintah Irak sebagai penyedia layanan (service provider) saja. Dengan cara ini, Amerika memiliki kontrol penuh atas pemerintah Irak, yang berarti bahwa melalui ST, Amerika telah mempertahankan kontrol penuh atas industri minyak Irak

7. Perang Irak telah menggerogoti Amerika selamanya, apa pun retorika yang disampaikan mengenai diakhirinya pendudukan. Selama invasi, Amerika melanggar hak asasi manusia serta melanggar hak-hak yang diberikan kepada para tahanan di penjara Abu Gharib yang terkenal karena kekejamannya. Pembunuhan Haditha, penggunaan fosfor putih, insiden Mahmoudiyah, penyiksaan dan pembunuhan para tawanan perang dan insiden Muaradeeb peristiwa di mana 42 warga sipil Mukaradeeb dibom dan ditembak pada sebuah pesta pernikahan adalah hal-hal yang diketahui publik sebagai tindak kejahatan perang Amerika. Kejahatan negara ini pada kenyataannya melambangkan betapa brutalnya invasi dan pendudukan Amerika dan tidak berlebihan bila ada klaim misi telah tercapai. Sementara itu, lebih dari 100.000 orang atau sangat mungkin 200.000 orang lebih warga sipil Irak tak berdosa kehilangan nyawa mereka di bawah pendudukan AS.

8. Perang mungkin sudah berakhir, tapi keterlibatan dan agenda kolonial Amerika tetap dilakukan terhadap Irak. Amerika hanya melakukan reorientasi kehadirannya di Iraq karena mereka tidak lagi membutuhkan kekuatan tempur yang besar di negeri itu, yang hanya mencoba untuk bertahan hidup dari serangan IED (Improvised Explosive Device) setiap hari. Sesuatu kekuatan yang lebih khusus dan lebih kecil dapat melindungi kepentingan-kepentingan Amerika. Sebagaimana yang dilaporkan oleh New York Times pada bulan September, bahwa perdebatan mengenai nomor-nomor dan angka-angka tertentu tidaklah penting. “Pemerintah telah menyusun rencana untuk ekspansi yang luas bagi Kedutaan Besar Amerika dan operasi-operasinya, dengan didukung oleh ribuan kontraktor keamanan paramiliter.”

Sumber : Headline Current Affairs

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*