Kontras: Kekerasan di Bima Sistematis

Koordinator Kontras Hariz Azhar mengatakan, berdasarkan hasil investigasi, kekerasan yang dilakukan kepolisian saat membubarkan paksa aksi unjuk rasa di Pelabuhan Sape, Nusa Tenggara Barat, pada 24 Desember 2011 pagi, dilakukan secara sistematis.

Hal itu dikatakan Hariz ketika mengadukan peristiwa di Pelabuhan Sape ke Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis ( 5/1/2012 ). Hariz diterima oleh enam anggota Komisi III. Hariz menjelaskan, ketika subuh sebelum pembubaran, kepolisian telah meminta warga yang tidak ikut berdemo untuk meninggalkan kampung atau tidak keluar rumah.

Fakta lain, kata Hariz, kepolisian mengerahkan antara 500-700 personel dari berbagai satuan, yakni Sabara, Brimob, PHH, Dalmas, reskrim, dan intel. Pasukan itu dipimpin Kepala Polres Bima Ajun Komisaris Besar Kumpul KS. Jika dilihat dari jumlah itu, ucapnya, tidak mungkin seluruhnya anggota Polresta Bima. “Kalau kapolresta memobilisasi sejumlah itu, saya pikir juru ketik mesti ikut juga karena orang-orang di polresta tidak sebanyak itu,” ucap Hariz.

Sebelum peristiwa, tambah Hariz, kepolisian juga sudah menyiapkan sekitar 15 ambulans di lokasi. Padahal, katanya, di wilayah Sape tidak ada ambulans sebanyak itu. Tak hanya itu, kepolisian juga menyiagakan penembak jitu di dekat pelabuhan. “Bahkan, ada saksi melihat Wakapolda (Kombes Martono) hadir saat penyerangan. Dia pakai pakaian bebas dan berdiri di perempatan jalan masuk ke Pelabuhan Sape,” ujar dia.

Hariz menambahkan, tidak ada warga yang melakukan perlawanan ketika ratusan polisi masuk ke dalam pelabuhan. Meski demikian, polisi tetap membubarkan paksa unjuk rasa dengan menembaki warga memakai peluru karet, timah, hingga tajam. “Penembakan dilakukan jarak dekat, kira-kira 10 sampai 15 meter. Saat itu warga tak pegang senjata. Pascapenembakan, banyak warga yang ditangkap diiringi pemukulan dan penyiksaan. Itu termasuk remaja, anak, dan ibu-ibu. Ada beberapa anak muda ditangkap baru ditembak,” papar dia.

“Itu semua indikasi bagaimana kekerasan itu dilakukan secara sistematis. Kesimpulannya patut diduga terjadi pelanggaran HAM berat di sana. Peristiwanya cukup singkat satu jam, tapi eksesnya sangat luas,” kata Hariz. (kompas.com, 5/1/2012)