Penjualan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinilai lebih menguntungkan kelompok-kelompok tertentu yang bermain di komoditas BBM. Hal itu diungkapkan Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi di Jakarta, Sabtu (7/1/2012). “Subsidi BBM dan kebijakan ini lebih menguntungkan kelompok-kelompok tertentu yang selama ini bermain di komoditas BBM,” kata Tulus.
Kemanfaaatan subsidi BBM ini bagi masyarakat luas, menurut Tulus, hanyalah 50 persen. Sedangkan orang terkaya di Indonesia menikmati 90 persen subsidi BBM ini. “Seharusnya secara fungsional, orang yang berhak menikmati subsidi energi ini adalah orang-orang yang miskin energi. Orang-orang yang layak ditolong,” ungkapnya.
Lebih jauh Tulus mengungkapkan, BBM bersubsidi ini hanya menguntungkan kepentingan para importir. Jika harga premium (BBM subsidi) dinaikkan, margin profit para importir tersebut akan berkurang. Apalagi, Indonesia sudah berlangganan mengimpor BBM sejak lama. “Bisa 500.000-600.000 barel per hari, sangat menguntungkan bagi importir,” katanya.
Tulus menambahkan, ada semacam kongkalikong antara oknum pejabat dengan para pengusaha tersebut demi menahan kenaikan harga BBM subsidi.
Selama ini, Indonesia banyak mengimpor BBM dari Timur Tengah. Pemerintah mulai memberlakukan pembatasan BBM subsidi per April tahun ini. Pemerintah juga akan melakukan konversi dari BBM ke bahan bakar gas (BBG). Tulus menilai, pembatasan tersebut bukanlah opsi terbaik. Menaikkan harga BBM subsidi secara bertahap dinilainya lebih realistis dibanding konversi BBM ke BBG. (kompas.com, 7/1/2012)