Anggota DPR sepertinya belum puas mengeruk uang anggaran. Belum tuntas kasus renovasi ruang rapat badan anggaran dan toilet, kali ini mereka membikin kalender 2012 bergambar Marzuki Alie.
Dalam situs resmi dpr.go.id, Sekretariat Jenderal DPR melansir kabar, pengadaan kalender untuk 2012 itu menghabiskan uang Rp1,3 miliar. Semunya dimasukkan ke dalam anggaran tahun 2011.
Peneliti Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran Ucok Sky Khadafi mengatakan, setiap anggota DPR nantinya akan mendapatkan jatah 20 buah kalender. “Kalau tahun 2010-2011 anggota DPR dapat satu kalender, di tahun 2012 dari data yang kita dapat tiap anggota berhak atas 20 kalender,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Senin (16/1).
Jika dikalkulasi, setiap anggota dewan yang berjumlah 560 orang itu menghabiskan dana Rp2,3 juta untuk 20 kalender. Anehnya, dalam kalender 2012 itu, terpampang wajah Ketua DPR Marzuki Alie dalam 12 pose tengah melakukan berbagai kegiatan.
Media Indonesia menemukan kalender anggota dewan yang menghabiskan dana hingga Rp1,3 miliar itu.
Menanggapi hal itu, anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari mengatakan, ulah Sekjen DPR hanya melemahkan kinerja anggota dewan. Namun, yang lebih mendasar ada kampanye terselubung di balik kalender itu.
“Saya belum lihat kalendernya, tapi saya dapat info katanya itu gambar pak Marzuki semua. Ya itu bisa dibilang kampanye terselubung. Atau bisa dikatakan ada penjilatan yang dilakukan Sekjen kepada Pak Marzuki,” katanya.
Eva menyarankan, Sekjen DPR selaiknya berpikir bagaimana menguatkan kinerja parlemen dengan memberikan tenaga ahli. “Jika dibandingkan untuk kalender, dana sebesar itu bisa dipakai untuk mempekerjakan tenaga ahli 15 sampai 20 orang dalam satu tahun,” katanya.
Eva pun tidak habis pikir, jika harga satuan kalender mencapai kurang Rp100.000. “Kalender kan kebutuhan pribadi, kita bisa membeli sendiri. Ditambah harga yang tidak realistis,” imbuhnya.
Tak hanya kalender, dalam anggaran 2012 Sekjen DPR juga melakukan proyek pengadaan pengharum ruangan yang menggerus uang negara senilai Rp1,59 miliar.
Eva menambahkan, dengan harga proyek seperti itu semua area gedung DPR memiliki pengharum ruangan. “Saya tanya office boy, ternyata pengharum ruangan tidak di semua tempat, hanya di toilet, ruang pimpinan dan lift. Saya merasa tidak mendapatkan manfaat dari adanya pengharum ruang,” pungkasnya. (metrotvnews.com, 16/1/2012)