Ribuan orang tewas kelaparan di Afrika Timur karena komunitas internasional menghiraukan peringatan pertama. Catatan Departemen Perkembangan Internasional (DfID) melaporkan 50 ribu hingga 100 ribu orang tewas di Kenya, Ethiopia, dan Somalia pada 2011.
Kematian dapat dihindari jika komunitas internasional, pemerintah donor, dan agen kemanusiaan bergerak cepat dalam memberikan bantuan. “Agen pertolongan membutuhkan waktu enam bulan untuk bertindak terhadap peringatan kelaparan,” ujar dua organisasi pertolongan Inggris terkemuka, Oxfam dan Save the Children, dalam laman BBC, Rabu (18/1).
Mereka mengatakan pemerintah, pendonor, PBB harus belajar dari kesalahan tersebut. Secara terpisah, pemerintah AS memperkirakan 29 ribu anak balita tewas dalam rentang waktu 90 hari, dari Mei hingga Juli tahun lalu.
Kehancuran bahan pangan, ternak, dan sistem pasar lokal berdampak buruk pada 13 juta orang. Ratusan ribu orang berisiko menderita malnutrisi.
Dalam laporan berjudul ‘A Dangerous Delay (Kelaparan yang berbahaya)’, kedua agen mengatakan kebiasaan merendahkan risiko membuat bantuan tertunda.
Salah satu contohnya adalah pemerintah Kenya dan Ethiopia yang tidak mau mengakui tingginya nilai bencana. Staf agen pertolongan juga merasa mereka telah melihat hal seperti ini berulang kali.
“Sistem peringatan pertama di wilayah Sahel memperlihatkan produksi sereal menurun 25 persen daripada tahun lalu. Harga pangan meningkat 40 persen daripada rata-rata lima tahun,” ujar kedua agen dalam laporan tersebut yang dikutip Guardian.
Krisis pangan terakhir pada 2010 di wilayah tersebut mempengaruhi 10 juta orang. “Banyak pendonor yang menginginkan bukti bencana kemanusiaan sebelum mereka melakukan tindakan pencegahan,” ujar mereka dalam laporan tersebut.
Peringatan pertama mengenai kelaparan di Afrika Timur muncul pada Agustus 2010. Namun respon penuh baru dimulai Juli 2011. Pada saat itu, angka malnutrisi telah meningkat jauh.
Dalam satu tahap selama kelaparan menerjang, PBB memperkirakan 10 juta orang butuh bantuan kemanusiaan. Ratusan ribu korban mendatangi perkemahan untuk meminta makanan, terutama warga Somalia yang pasukan pemerintahnya tengah memerangi pemberontak al-Shabab.
Laporan meminta agar semua pihak menganggap peringatan lebih serius. “Semua anggota sistem internasional harus memperbaiki kemampuan mereka untuk mencegah efek yang lebih buruk dari krisis kelaparan,” tulis laporan itu.
Intinya, mereka meminta agar pemerintah nasional melakukan tanggung jawabnya pada orang yang terkena krisis dan juga memperlihatkan kepemimpinannya.
Direktur Eksekutif Oxfam, Barbara Stocking, mengaku agennya dan agen lain memiliki tanggung jawab atas keterlambatan yang berbahaya itu. “Sangat mengejutkan. Orang-orang yang paling membutuhkan juga masih mengalami dampak telatnya respon,” ujar Stocking.
Direktur Eksekutif Save the Children, Justin Forsyth, mengakui peringatan pertama telah dihiraukan. Pihaknya tak bisa membiarkan keadaan yang tak normal ini terus berlanjut. Keadaan yang tak normal itu yakni ketika dunia mengetahui situasi darurat namun mereka membiarkannya hingga TV dengan jelas memperlihatkan anak-anak yang kelaparan. (republika.co.id, 18/1/2012)
bukti bahwa sistem kapitalis tidak memenusiakan manusia. hanya dalam naungan Daulah Khilafah seluruh warga dunia akan hidup sejahtera.’