Dugaan terjadinya politik uang dalam pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat pada kongres di Bandung tahun 2010 mulai terbuka. Mantan Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara, Diana Maringka mengakui siap mengembalikan uang Rp 100 juta yang diterima dari kubu Anas Urbaningrum.
Diana kepada wartawan di Manado, Rabu (8/2/2012), menuturkan, uang Rp 100 juta itu diterima di sebuah hotel di Bandung dari Umar Irzal. Tujuannya agar ia memilih Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. ”Uang itu masih ada. Saya siap mengembalikan,” ujar Diana.
Namun, Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Sulut Marten Manoppo menampik keterangan Diana. Ia mengaku tak tahu-menahu adanya politik uang dari kubu Anas. Namun, dia menyebutkan pernah menerima Rp 7,5 juta dari panitia saat Anas, Andi Mallarangeng, dan Marzuki Alie melakukan sosialisasi pencalonan mereka sebagai ketua umum.
Menurut Diana, 11 pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat di Sulut menerima dana untuk pemenangan Anas. ”Saya tahu karena kami dikumpulkan di sebuah hotel, lalu dibagi uang satu per satu. Saya berani sumpah,” paparnya. Uang itu diterima bertahap. Hari pertama Rp 30 juta. Sisanya, 7.000 dollar Amerika Serikat, diserahkan tiga jam menjelang pemilihan. Diana mengaku menerima dana dari tim sukses Andi senilai Rp 5 juta.
Patra M Zen, penasihat hukum Anas, menyatakan, jika ada bukti korupsi yang dituduhkan kepada Anas, silakan diproses. ”Namun, janganlah dihakimi melakukan korupsi, padahal Anas tak melakukan hal itu,” katanya.
Patra khawatir penggalangan opini itu untuk membuat Anas seolah-olah bersalah. Padahal, yang disebutkan itu tak pernah dilakukan.
Dari Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu, dilaporkan, puluhan mahasiswa berunjuk rasa menolak kedatangan Anas. Massa dari Forum Mahasiswa Antikorupsi itu membakar foto Anas dan meminta Komisi Pemberantasan Korupsi segera menuntaskan kasus korupsi proyek wisma atlet SEA Games di Palembang.
Koordinator aksi, Delon, menuturkan, mereka menolak Anas karena namanya kerap disebutkan dalam kasus wisma atlet yang menyeret kader Partai Demokrat Angelina Sondakh dan Muhammad Nazaruddin. Anas ke Gowa dan Makassar untuk melantik pengurus DPC Partai Demokrat. (kompas.com, 9/2/2012)