Diskusi Terbatas Tokoh Perempuan Nasional: Islam Libas Seks Bebas
JAKARTA-Seks bebas seperti pelacuran dan perzinahan marak di mana-mana. Bentuknya semakin menjijikkan, karena tak hanya dilakukan antara manusia beda jenis kelamin, juga sesama jenis. Ini bukan problem individual, melainkan gejala sistemik yang jika dibiarkan merusak tatanan masyarakat secara keseluruhan. Fenomena itu pun tidak ada begitu saja seiring perkembangan zaman, melainkan bagian dari skenario global untuk merusak umat Islam.
Itulah di antara sekelumit krpihatinan yang ditunjukkan tokoh-tokoh perempuan nasional. Merekapun berkumpul atas prakarsa Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia untuk mencari solusi tuntas menanggulangi seks bebas yang makin liar.
Bertempat di Kantor Pusat DPP HTI Gedung Crown Palace, Sabtu (11/2), diskusi terbatas ini dihadiri antara lain Dra Hj Noorni Akma (PP Aisyiyah), Prof Alyah Hamka (Konselor BP4 Kemenag; dosen UHAMKA), Iriyani dan Ani Chaerani (PP Muslimah Hidayatullah), Hj Muhya (Wanita Islam DKI), Ermawati (Wanita Islam), Lelita, SH (Wanita Islam, Hakim Pengadilan Agama DKI), Nelly Warmin Karim (BMOIWI), dr. Zunilda (Dosen UI) dan Zety Erhadi (Majalah Noor). Tak ketinggalan beberapa pengurus pusat MHTI seperti juru bicara MHTI Iffah Rochmah, Rahma Qomariyah, Dedeh Wahidah dan Rezkiana.
Beberapa tokoh pun mengungkapkan pandangannya seputar penyebab merebaknya seks bebas dan cara-cara menghapuskannya. Ustdzah Dedeh Wahidah mengawali, dengan menyampaikan pandangannya, bahwa faktor yang berkontribusi terhadap seks bebas ada tiga, Pertama, faktor yang langsung seperti sarana yang merangsang, dan adanya alternative pemenuhan seks yang bisa diakses oleh masyarakat. Kedua, faktor sistemik berupa UU yang membiarkan seks bebas, tidak adanya sangsi tegas bagi pezina, seks bebas justru dilokalisasi dan dijadikan pemasukan negara dan Sistem pendidikan sekuler. Ketiga, Adanya kebijakan tekanan kekuatan internasional (konvensi kependudukan kespro, HAM, Ham anak). Sementara solusi yang ditawarkan saat ini adalah solusi yang menjerumuskan, dan mesti digantikan dengan solusi yang menuntaskan yaitu dengan menghilangkan paradigma yang mendasari munculnya seks bebas (liberalisme dan sekularisme), menanamkan pemahaman bahwa seks bebas adalah perbuatan keji, menghilangkan sarana yang akan merangsang, membangun sistem yang akan menerapkan UU untuk menghilangkan seks bebas dan menerapkan sangsi yang tegas, membebaskan dari tekanan global. Dan ini harus dilakukan bersama-sama pada setiap individu dan keluarga, masyarakat dan negara (khilafah).
Dr Zunilda mengatakan, seks bebas menjadi permasalahan semua orang, terutama perempuan dan generasi. Sebab, hampir dipastikan korban seks bebas kebanyakan dari kalangan perempuan.
Adapun Dra Hj Noorni Akma mengungkapkan, seks bebas muncul karena merebaknya pemikiran liberal demokrasi, gender dan HAM. Menurutnya, negara turut andil merebaknya seks bebas, karena salah satu alasan pelaku faktor ekonomi. “Keluarga-keluarga harus berperan untuk mengupayakan negara yang menerapkan syariat, mewujudkan sistem yang bisa mengurangi kemiskinan sebagai salah satu penyebab seks bebas,” katanya.
Kalangan pers Tila, dari Majalah Noor setuju saja jika Islam dijadikan solusi untuk mencegah seks bebas. Namun menurutnya, diperlukan sharing ke kalangan yang lebih luas dan mengajak kalangan yang lebih luas lagi untuk konsen pada masalah seks bebas. “Kebenaran sudah pasti yaitu Islam, bagaimana kita mengartikulasikan kebenaran supaya pihak pihak yang selama ini masih resisten, alergi bisa lebih terbuka menerima kebenaran,” tandasnya.
Sementara Alya Hamka menekankan, seks bebas jelas-jelas mengancam masa depan generasi muda. Nah, perbaikan generasi di masa depan adalah kewajiban yang diserukan oleh Allah. Karena itu semua perlu mengambil peran untuk action. “Kekuatan global menjadikan seks bebas sebagai cara halus untuk menghancurkan Islam di dunia Islam. Keluarga, masyarakat dan negara harus bersama untuk memberantas seks bebas. Kaum muslimin harus bersatu untuk memperjuangkan Islam,” bebernya.
Juru bicara MHTI Iffah Rochmah menambahkan, Islam punya solusi komprehensif dalam mencegah seks bebas maupun menghukum pelakunya. Untuk itu tidak ada jalan lain selain mendakwahkannya secara luas kepada masyarakat agar mereka memiliki kerinduan untuk menerapkan syariat Islam. “Umat berhak mendapatkan gambaran Islam yang utuh sehingga tidak menimbulkan persepsi salah. Penyampaian harus jelas agar tidak salah dipahami,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Rahma Qomariyah menyorot busuknya ideologi kapitalisme. Merekalah yang memproduksi seks bebas. Sebab, ketika menawarkan solusi untuk mengatasi seks bebas, justru malah memproduksi seks bebas itu lebih luas. Mereka memasukkan ide-ide liberal melalui lembaga internasional yaitu PBB dengan memaksakan negara-negara yang terikat di dalamnya untuk meratifikasi aturan yang merusak itu, tak terkecuali negeri-negeri Islam.
Nah, kekuatan global itu, harus dilawan dengan kekuatan global pula berupa negara Islam. “Untuk mengatasi seks bebas, secara individu, yakni dengan menjalankan sistem sosial Islam, namun untuk bisa menutup semua produsen seks bebas diperlukan peraturan Islam yang diterapkan oleh negara Islam yakni Khilafah,” katanya.
Memang, lanjutnya, untuk mewujudkan negara berdasar ideologi Islam tidak mudah, melainkan harus terus dilakukan penanaman nilai Islam ke dalam semua kalangan baik keluarga, sekolah maupun masyarakat umum. “Kalau masyarakat sudah paham pentingnya sistem Islam, gerakan individu akan terbentuk, dan pasti khilafah itu muncul,” tegasnya.(mni)