Maut Bertebaran di Jalan Saatnya Merujuk Kepada Syariah

[Al Islam 594] Tahun 2012 baru berjalan 44 hari, jumlah kecelakaan di jalan raya di tanah air sudah mencapai hampir 10 ribu kejadian. Kadiv Humas Polri Irjen Saud Usman Nasution menjelaskan sebanyak 9.535 kasus kecelakaan menimpa pengguna sepeda motor, 1.537 mobil pribadi, 207 kasus menimpa bus, 443 mobil barang dan 204 bukan kendaraan bermotor. Akibat dari kecelakaan tersebut sebanyak 1.547 korban meninggal dunia, 2.652 luka berat dan 7.564 luka ringan (okezone.com, 13/2).

Selama pekan terakhir, masyarakat dikejutkan dengan kasus kecelakaan angkutan umum khususnya bus yang beruntun mulai kecelakaan bus Sumber Kencono di Madiun, bus Kurnia Bakti di Cisarua Bogor, kecelakaan bus di Majelengka, bus Mira di Magetan… Tak ayal, semua itu memunculkan pesan tersirat bahwa angkutan umum darat penuh kerawanan.

Keadaan ini pastinya mencemaskan. Karena angkutan darat merupakan urat nadi transportasi masyarakat. Ironinya, seperti tidak ada penanganan serius dari pihak terkait untuk membenahi sektor transpotasi darat ini.

Banyak Faktor

Salah satu penyebab terbesar kecelakaan di jalan raya adalah perilaku para pengguna jalan. Sekitar 90 persen kecelakaan terjadi karena kesalahan pengemudi. Seperti, mengantuk saat berkendara, ugal-ugalan di jalan raya, berkendara sambil bertelepon ria, berhenti tanpa menggunakan lampu sinyal, melabrak lampu merah, dan lainnya. Pengemudi yang belum layak membawa kendaraan ada yang nekat mengemudikan kendaraan. Sekedar contoh, pengemudi yang mengalami kecelakaan di Majalengka ternyata hanya punya SIM C. Ada juga pengemudi yang mengkonsumsi narkoba atau miras tetap nekat mengemudi dan mengakibatkan terjadi kecelakaan. Insiden Tugu Tani, kecelakaan Majalengka, dan pengemudi sedan yang bertabrakan dengan bus Mira di Magetan, pengemudinya mengkonsumsi narkoba atau miras sebelumnya.

Kecelakaan juga sering terjadi akibat kondisi kendaraan yang tidak laik jalan. Angkutan umum adalah kendaraan yang paling sering mengalami hal seperti ini. Kecelakaan yang menewaskan 13 orang di Cisarua Bogor diakui oleh supir disebabkan rem blong dan melaju dalam kecepatan tinggi.

Mahalnya biaya perawatan kendaraan ditengarai menjadi alasan banyak kendaraan umum minim perawatan. Meski tidak bisa dipungkiri hal ini juga disebabkan rusaknya mental sebagian pengusaha yang mementingkan keuntungan ketimbang keselamatan nyawa penumpang.

Perilaku ini turut diperparah dengan mudahnya mendapatkan uji kelayakan kendaran (KIR) karena kongkalikong dengan aparat terkait. Keterbatasan fasilitas dan banyaknya kendaraan yang harus diuji, sering dijadikan alasan oleh petugas, sehingga praktek KKN dan pungli dalam Uji KIR dianggap hal yang lazim, padahal membahayakan nyawa banyak orang. Praktek busuk ini diketahui banyak pihak, tapi hampir tidak pernah diperbaiki karena ada unsur kepentingan (perputaran uang yang besar) dari uji KIR itu (lihat, detik.com, 13/2).

Kondisi jalan yang rusak juga turut menjadi penyebab berbagai kecelakaan. Di DKI Jakarta saja, ada 1000 titik kerusakan, atau sama dengan sekitar 397 ribu meter persegi sejak Desember hingga 20 Januari 2012. Sedangkan perbaikannya baru sekitar 15.880 meter persegi atau sekitar 4 persen. Ironinya, dana perawatan jalan DKI Jakarta justru menurun dari 300 miliar di tahun 2011 menjadi hanya 200 miliar di tahun ini.

Saat ini, penguasa semestinya merenung, mengapa selama ini tega mengabaikan keselamatan jutaan nyawa rakyat di jalan raya? Mengapa untuk memperbaiki ruas jalan atau mengawasi kelaikan kendaraan di jalan tidak mampu dilakukan? Padahal pemerintah sanggup membeli pesawat kepresidenan seharga 820 miliar rupiah? Atau mengucurkan dana puluhan miliar untuk kepentingan anggota dewan? Semestinya perbaikan ruas jalan dan menguji kelayakan lebih diutamakan karena berdampak besar bagi keselamatan jutaan orang di jalan raya, sedangkan pesawat kepresidenan dan kemegahan gedung DPR hanya dinikmati oleh segelintir orang saja.

Bila mengikuti hitungan Dirjen Bina Marga Kementerian PU, dana 820 miliar rupiah untuk pesawat kepresidenan bila dialihkan untuk perbaikan jalan, dapat digunakan untuk memperbaiki jalan sepanjang 16.400 km (16 kali panjang pulau Jawa). Dan bila dana rencana pembangunan gedung DPR senilai 1,3 triliun juga digunakan untuk perbaikan jalan, maka bisa digunakan untuk perbaikan jalan sepanjang 26 ribu kilometer (26 kali panjang Pulau Jawa).

Selain semua faktor itu masih ada faktor lainnya. Namun yang tidak boleh dilupakan, bahwa sebab mendasarnya adalah diterapkan sekulerisme, kapitalisme, liberalisme. Sekulerisme mengikis ketakwaan dan rasa takut kepada Allah yang menjadi kontrol internal. Ketika kontrol internal itu menipis, jadilah ibarat kendaraan remnya blong. Kapitalisme menjadikan orang berpikir, yang penting untung dengan biaya seminimal mungkin. Penerapan kapitalisme neo liberal menjadikan beban ekonomi bagi masyarakat makin berat. Pengemudi pun dipaksa memperoleh penghasilan sebesar mungkin, apalagi yang bekerja dengan sistem setoran. Akibatnya, saling serobot, saling salip, ngebut bahkan cenderung ugal-ugalan menjadi tabiat sebagian pengemudi. Kapitalisme pula yang menyebabkan negara tidak punya biaya untuk membangun insfrastruktur transportasi yang memadai, termasuk sarana transportasi massal, karena kekayaan alam justru diserahkan kepada swasta bahkan asing dan negara hanya mengandalkan pajak, yang justru makin menambah beban bagi rakyat.

Tuntunan Islam

Islam sebagai sistem hidup paripurna memiliki sejumlah hukum dan tuntunan yang bisa mencegah dan menyelesaikan bencana transportasi. Terkait pengemudi, pengemudi yang teledor dalam berkendara, bukan saja membahayakan dirinya sendiri, tapi juga keselamatan orang lain. Segala hal yang membahayakan diri sendiri atau orang lain dengan tegas diharamkan oleh syariah. Nabi saw. bersabda:

« مَنْ ضَارَّ أَضَرَّ اللَّهُ بِهِ وَمَنْ شَاقَّ شَقَّ اللَّهُ عَلَيْهِ »

Siapa yang membahayakan (orang lain), niscaya Allah akan menimpakan bahaya padanya, dan siapa yang menyusahkan (orang lain) niscaya Allah menyusahkannya (HR. Abu Dawud, Ibn Majah, Tirmidzi dan Ahmad).

Islam juga tegas mengharamkan segala bentuk pungutan ilegal, kolusi, suap dan sejenisnya. Islam menganggap semua itu sebagai harta ghulul hasil kecurangan atau khianat yang harus dipertanggungjawabkan di akhirat. Allah berfirman:

وَمَن يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ

Barangsiapa yang berkhianat berlaku curang atau berkhianat (dalam hal harta), maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu (QS Ali Imran [3]: 161)

Islam mewajibkan penguasa untuk memelihara kemaslahatan rakyat. Dantaranya dengan menyediakan berbagai fasilitas publik termasuk sarana dan fasilitas transportasi secara memadai. Semua itu memang butuh biaya besar. Dan sistem ekonomi Islam memiliki hukum dan aturan yang bisa membuat tersedianya harta untuk membiayai semua itu. Islam menetapkan jenis harta tertentu seperti hutan, barang tambang, minyak dan gas serta kekayaan alam lainnya adalah milik umum. Negara mewakili rakyat mengusahakannya dan seluruh hasilnya harus dikembaikan kepada rakyat diantaranya dalam bentuk penyediaan fasilitas dan sarana publlik. Dengan itu, jalan yang rusak bisa dengan mudah diperbaiki. Transportasi massal yang nyaman dan aman pun dengan mudah bisa dibangun. Semua itu dengan mudah bisa direalisasai tanpa harus membebani rakyat dengan pajak.

Disamping itu, syariah Islam mendistribusikan kekayaan secara adil dan merata kepada seluruh rakyat. Islam juga memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok tiap individu rakyat. Dengan itu, pengemudi akan bisa dengan tenang mengemudi, tidak saling serobot, saling salip, mengebut dan ugal-ugalan demi mengejar setoran.

Saatnya Introspeksi

Jalan raya tidak begitu saja menjadi pembunuh yang kejam. Bencana transportasi itu bertubi-tubi begitu mudah terjadi tidak lain akibat kerusakan yang dikerjakan oleh manusia. Allah SWT. telah memperingatkan:

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. ar-Rum [30]: 41)

Bertumpuknya kecelakaan di jalan raya adalah bagian dari fasad/kerusakan yang disebabkan ulah manusia sendiri. Pengadopsian sistem yan buruk yaitu sekulerisme, kapitalisme, liberalisme; pengawasan yang lemah, tabiat pengemudi yang sembrono dan tidak peduli dengan keselamatan, pengusaha transportasi yang hanya mementingkan untung dengan mengabaikan keselamatan, uji KIR dan pemberian SIM yang kental kongkalikong, termasuk konsumsi narkoba atau miras oleh para pengemudi, dan sebagainya, merupakan kemaksiyatan yang melahirkan kerusakan dalam bentuk bencana transportasi itu.

Karena itu sudah saatnya kita segera meninggalkan sekulerisme, kapitalisme liberalisme. Sudah saatnya kita segera kembali merujuk kepada syariah Islam untuk mengatur kehidupan bermasyarakat. Apakah kita masih perlu ditimpakannya bencana yang lebih banyak dan lebih besar lagi untuk membuat kita sadar dan mau kembali kepada Islam? Harapan kita akan sarana trasportasi yang nyaman dan aman semestinya membuat kita makin gigih memperjuangkan penerapan syariah Islam secara utuh dalam bingkai Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Sebab hanya dengan itulah, harapan kita bis direalisasikan. Wallâh a’lam bi ash-shawâb. [ ]

Komentar Al Islam

Kemenkumham dan pemerintah Amerika tengah melakukan kerjasama proyek pembangunan kantor biro intrograsi di sejumlah lapas Indonesia. (tribunnews.com, 14/2)

Komentar:

  1. Lengkap sudah hegemoni AS terhadap peradilan dan penegak hukum negeri ini. Sebelumnya USAID menyebutkan kerjasama dengan MA proyek Change for Justice, senilai US$ 20 juta – rentang Mei 2009 – Mei 2014 – untuk peningkatan kinerja dan akuntabilitas sistem peradilan Indonesia.
  2. FBI juga terlibat ‘membantu’ polisi dan KPK dalam penangangan kasus-kasus dan penyidikan dugaan korupsi. Ironis, padahal negeri ini sudah 60 tahun merdeka.
  3. Selamatkan negeri ini dan penduduknya dengan syariah Islam dalam bingkai Khilafah.

Sekitar 60 persen pilot di maskapai swasta Indonesia diduga memakai obat-obatan terlarang atau amphetamin ketika bertugas. (tempo.co, 8/2)

Komentar:

Gaya hidup hedonisme ala kapitalisme liberalisme membuat orang tidak mempedulikan keselamatan ratusan nyawa orang lain, yang penting hura-hura dan memuaskan kesenangan pribadi. Memberantas narkoba saja tidak cukup tapi juga harus menghapus gaya hidup dan pemikiran liberal yang menjadi dasar kehidupan masyarakat, dan menggantinya dengan Islam.

2 comments

  1. begitu dahsyatx kerusakan akibat sistem kapitalisme. semakin diterapkan, semakin menghancurkan.

  2. Do’a rakyat kecil atau yang tertindas oleh para pemegang amanah yang zalim Insya Allah terkabul. Ini terjadi juga pada infra struktur jalan di Indonesia sebagian rusak karena dalam pembuatannya asal-asalan dan tampak ada perubahan perbaikan cara pembuatannya karena bisa dilihat dari cepatnya rusak jalan yang belum lama diperbaiki sudah rusak.
    kami berdo’a semoga bagi kontraktor yang baik dalam perbaikan jalan mendapat kebaikan dari Allah SWT, tapi kontraktor yang tidak amanah semoga cepat mendapat AZAB dari Allah AWT.
    Amien.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*