Amerika terpaksa mengakui kenyataan bahwa gerakan Taliban di Afghanistan adalah kekuatan pertama dan utama di negara itu. Dalam hal ini Amerika telah setuju untuk mengizinkan Qatar menjadi tuan rumah bagi para utusan Taliban untuk bernegosiasi dengan AS tanpa persyaratan bahwa Taliban harus menghentikan pertempuran. Juga, Amerika memberikan beberapa jalan untuk perundingan rahasia dengan Taliban yang jauh dari sorotan, dan tanpa pemberitahuan pada Presiden “boneka” Afghanistan Hamid Karzai.
Sementara berita lain mengatakan adanya keterlibatan pemerintah Karzai dalam perundingan rahasia dengan Taliban.
Berbagai sikap lunak AS kepada Taliban ini dilakukan setelah pasukan agresor Amerika gagal menaklukkan dan mengalahkan Taliban. Surat kabar Inggris “The Times” mengutip laporan rahasia militer AS yang mengatakan: “Taliban hampir dipastikan akan mendapatkan kembali kontrol atas Afghanistan setelah penarikan pasukan yang dipimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dari negara itu.”
Sehingga Amerika meminta kepada Taliban untuk bernegosiasi disertai dengan gencatan senjata. Namun Taliban menolak gencatan senjata selama masih ada satu saja tentara Amerika di wilayah Afghanistan. Dan hal ini lebih dipertegas oleh surat kabar Pakistan “The News” yang mengatakan: “Taliban telah menolak permintaan AS untuk gencatan senjata sebelum pembebasan semua tahanan Taliban dari penjara militer AS Teluk Guantanamo di Kuba.” (al-aqsa.org, 17/2/2012).