Setelah lebih dari seminggu, di mana brigade militer Libya melakukan penghancuran patung mantan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasir di Benghazi-yaitu sebuah kota Libya tempat lahirnya revolusi yang berhasil menggulingkan diktator Muammar Gaddafi -ternyata setelah penghancuran patung itu tidak tampak adanya protes dari para pendukung nasionalisme Arab atas tindakan penghancuran itu. Bahkan media massa Arab tidak banyak peduli terhadap berita ini, padahal operasi penghancuran yang menggunakan sejumlah buldoser dan alat-alat berat lainnya itu secara intensif dihadiri para wartawan dari media-media revolusi, di samping nama jalan di mana patung itu berada telah berubah menjadi jalan kemerdekaan setelah penggulingan nama Abdul Nasir dari jalan itu.
Dengan demikian, tidak adanya reaksi yang signifikan terhadap operasi penghancuran patung itu, tidak diragukan lagi bahwa hal ini menunjukkan kelemahan para pendukung nasionalisme Arab, juga menunjukkan ketidakberdayaan, bahkan kematian dari ide sampah tersebut, serta tidak adanya kemampuan untuk terus bertahan dalam kehidupan politik kontemporer (kantor berita HT, 21/2/2012).