Mengharap Rahmat dan Ampunan Allah SWT

Seorang Muslim dalam kehidupannya boleh jadi melakukan banyak dosa. Sebagian mereka mungkin pernah terjatuh dalam perbuatan dosa besar seperti membunuh, berzina, memakan riba, mabuk, mencuri/merampas harta orang lain, dll.

Meski demikian, Allah SWT sesungguhnya Maha Pengampun bagi siapa saja yang ingin bertobat, tentu dengan tawbat[an] nashuha (tobat yang sungguh-sungguh), dengan memenuhi sejumlah syarat: memohon ampunan kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh (dengan banyak ber-istighfar); menyesal dengan penyesalan yang mendalam; bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa yang pernah dilakukan; rela menerima hukuman (jika terkait dosa besar seperti mencuri, berzina, membunuh, dll); meminta maaf  dan mengembalikan hak (jika terkait dosa kepada-atau melanggar hak-orang lain).

Karena itu, sebetulnya tidak selayaknya seorang Muslim berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah SWT, karena Allah SWT sendiri berfirman (yang artinya): Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (TQS az-Zumar [39]: 53).

Allah SWT pun berfirman (yang artinya): Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu (TQS al-A’raf [7]: 157).

Selain banyak ayat yang serupa, juga terdapat sejumlah hadits yang sejatinya memberikan harapan kepada setiap Muslim karena begitu luasnya rahmat Allah SWT. Baginda Rasulullah SAW, misalnya, bersabda, “Siapa saja yang bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, maka Allah mengharamkan neraka atas dirinya.” (HR Muslim).

Bagaimana luasnya rahmat Allah SWT juga tersirat dalam sabda Baginda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits qudsi yang berbunyi, “Allah SWT berfirman: “Siapa saja yang datang membawa kebajikan, bagi dirinya pahala sepuluh kali lipat atau lebih banyak. Siapa saja yang datang membawa keburukan, maka balasan keburukan itu adalah keburukan yang serupa atau Aku ampuni.” (HR Muslim).

Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda, “Allah telah menjadikan rahmat-Nya menjadi seratus bagian. Allah menetapkan rahmat itu tetap di sisi-Nya sebanyak 99 bagian dan menurunkan rahmat itu ke bumi satu bagian saja. Dengan sebab satu bagian itu berbagai makhluk bisa saling menyayangi…”

Dalam riwayat lain dinyatakan, “Sesungguhnya Allah SWT memiliki seratus rahmat. Satu di antaranya diturunkan di tengah-tengah jin, manusia, binatang…” (HR Mutaffaq ‘alaih).

Dalam hadits lain juga dinyatakan, “Allah SWT memiliki seratus rahmat. Satu rahmat di antaranya menjadikan berbagai makhluk menyayangi satu sama lain, sementara 99 rahmat (diberikan) pada Hari Kiamat.” (HR Muslim).

Sebagaimana rahmat Allah SWT begitu luas, demikian pula ampunan-Nya. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda, “Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya. Seandainya kalian tidak berbuat dosa, Allah pasti melenyapkan kalian, lalu mendatangkan kaum yang lain yang berbuat dosa, kemudian mereka meminta ampunan kepada Allah, lalu Allah pun mengampuni mereka.” (HR Muslim).

Rasulullah SAW makhluk yang berbuat dosa, lalu mereka memohon ampunan kepada-Nya, kemudian Allah mengampuni mereka.” (HR Muslim).

Menurut Ibn Malik, hadits ini tidak berarti mendorong manusia untuk berbuat dosa, tetapi untuk meluaskan dada sebagian sahabat Nabi SAW yang merasa sempit karena begitu besarnya rasa takut mereka akan dosa-dosa mereka hingga sebagian mereka ada yang lari ke puncak-puncak gunung untuk fokus hanya beribadah dan sebagian lain menjauhi (tidak mau menikahi) kaum wanita (Muhammad bin ‘Allan, Dalil al-Falihin, II/265). Intinya, hadits ini menyadarkan kita betapa luasnya ampunan Allah SWT sehingga mendorong kita untuk selalu berharap ampunan-Nya tanpa harus berputus-asa.

Begitu luasnya ampunan Allah SWT, juga tergambar dalam sabda Baginda Rasulullah SAW yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah senantiasa membentangkan tangan-Nya sepanjang malam untuk mengampuni para pendosa pada siang harinya; Allah pun membentangkan tangan-Nya sepanjang siang untuk mengampuni para pendosa pada waktu malamnya; (hal ini berlangsung) hingga matahari terbit dari tempat terbenamnya.” (HR Muslim).

Karena itu, tak ada alasan bagi siapapun untuk berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah SWT. Sebaliknya, hendaknya setiap diri kita senantiasa bersungguh-sungguh mengharap rahmat dan ampunan Allah SWT. Hanya saja, rahmat dan ampunan Allah SWT tentu hanya akan Allah SWT berikan kepada mereka yang senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan berusaha menjalankan semua perintah-Nyaq dan menjauhi segala larangan-Nya.

Wa ma tawfiqi illa bilLah [] abi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*