Kenaikan harga bahan bakar minyak akan menambah beban masyarakat miskin. Bahkan, beban itu hingga 50 persen. “Hal itu terjadi karena adanya korelasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dengan kenaikan harga kebutuhan mayoritas struktur pengeluaran masyarakat miskin, yakni konsumsi dan transportasi,” kata pengamat ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Ahmad Ma’ruf.
Menurut dia, pengeluaran masyarakat miskin sekitar 70 persen adalah untuk kebutuhan makan, minum, dan transportasi. Sisanya baru untuk pendidikan dan kesehatan. “Jadi, tidak mungkin jika implikasi kenaikan harga BBM hanya delapan persen. Masyarakat miskin nanti tidak hanya akan menanggung beban sebanyak delapan persen seperti yang dibicarakan di Jakarta, tetapi 50 persen,” katanya.
Dengan demikian, kata dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu, dampak yang timbul akibat kenaikan harga BBM tersebut akan menambah beban masyarakat miskin menjadi semakin berat.
Ia mengatakan dengan naiknya harga BBM, masyarakat miskin dipaksa menanggung beban yang lebih berat. Secara substansial kenaikan harga BBM yang saat ini diwacanakan merupakan pilihan yang memaksa.
“Pilihan yang diberikan pemerintah untuk masyarakat miskin adalah pilihan yang sama-sama memberatkan. Masyarakat miskin disuruh memilih, BBM naik Rp 1.000 atau Rp 1.500 itu sama saja dengan pemaksaan untuk menambah beban,” katanya. (republika.co.id, 10/3/2012)
di bandung ada seorang ibu yang membunuh anaknya dengan cara ditenggelamkan ke sungai, kemudian si ibunya bunuh diri dengan memotong urat nadinya, di dalam isi pesan suratnya yang ia tulis.. salah satu motifnya adalah tidak tahan menghadapi himpitan ekonomi. BELUM NAIK AJA UDAH SUSAH.
ISLAM DATANG.. DAN SETELAH ITU TIDAK ADA LAGI YANG SUSAH…