Lebih dari delapan ribu orang dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jawa Timur menggelar longmarch dengan berjalan kaki keliling Kota Surabaya, Ahad, 25 Maret 2012. Mereka menolak rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
“Kenaikan minyak dunia dijadikan alasan pencabutan subsidi. Padahal harga minyak naik. Harusnya pemerintah juga untung,” kata Ketua HTI Surabaya Fikri A. Zudiar, ketika berorasi di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Ahad siang.
Aksi jalan kaki ini dimulai dari depan Gedung Negara Grahadi kemudian memutar melalui Jalan Panglima Sudirman. Lalu massa berputar di Patung Karapan Sapi depan Pasar Keputeran menuju ke Jalan Basuki Rahmat dan kembali ke Jalan Gubernur Suryo untuk finis di depan Gedung Grahadi.
Dipimpin tiga kendaraan dengan sistem audio pengeras suara, aksi jalan kaki ini berjalan tertib dan memakan separuh jalan yang mereka lalui. Selain berorasi bergantian, massa juga membagikan selebaran ke sejumlah pengendara yang melalui aksi mereka.
Massa HTI juga menggalang tanda tangan di atas sebuah kain putih sebagai bentuk dukungan penolakan terhadap rencana kenaikan BBM pada 1 April 2012 mendatang.
Juru bicara HTI, Muhammad Ismail Yusanto, dalam keterangan persnya mengatakan penerimaan minyak dan gas dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2012 sebenarnya sangatlah besar. Ini bisa dilihat dari rincian pendapatan minyak bumi pada 2012 sebesar Rp 113,68 triliun, gas alam Rp 45,79 triliun, minyak mentah Rp 10,72 triliun, dan PPh Migas Rp 60,9 triliun. Totalnya adalah Rp 231,9 triliun.
Karena itu, jika harga minyak naik, maka potensi pemasukan migas juga akan naik. Bahkan, dalam RAPBN 2012, pemasukan itu mencapai Rp 270 triliun, artinya ada kenaikan pemasukan sekitar Rp 40 triliun. Padahal, di satu sisi, kebutuhan subsidi hanyalah Rp 46 triliun. (tempo.co, 25/3/2012)