[Al Islam 603] Dalam kurun waktu tiga minggu, khususnya di malam hari, sebagian warga Jakarta dicekam perasaan was-was akan terjadinya aksi brutal kawanan geng motor. Sejak akhir Maret hingga pertengahan April, sekurangnya 7 kali tindakan pengrusakan dan kekerasan berulang. Aksi brutal sekitar 40-an anggota geng motor telah menewaskan tiga orang warga dan melukai sejumlah orang serta menyerang sejumlah fasilitas umum.
Di Makassar, Sulawesi Selatan, gerombolan geng motor juga melakukan aksi anarkisme yang berujung kematian seorang mahasiswa. Karena merasa diganggu oleh suara raungan motor korban, kawanan remaja tanggung menyerangnya hingga tewas.
Aksi kawanan geng motor yang banyak mengarah pada tindak kriminal telah banyak dikeluhkan warga. Balap liar dan penyerangan yang menimbulkan korban jiwa menjadi bagian dari aktifitas geng motor. Di Jakarta dan sekitarnya, menurut catatan Indonesian Police Watch (IPW) ada sekitar 80 titik lokasi ajang balap liar. Jumlah ini bertambah dari hanya 20-an lokasi di tahun 2009.
Akan tetapi keluhan warga seperti tidak mendapat tanggapan dari pihak kepolisian. Padahal jelas-jelas hal tersebut mengganggu ketentraman dan mengancam keselamatan warga, termasuk membahayakan para pelakunya. Catatan IPW memperlihatkan sejak 2009 hingga kini sudah terdapat 195 orang tewas di arena balap liar. “Tahun 2009 terdapat 68 orang tewas di arena balapan liar, baik akibat kecelakaan maupun pengeroyokan. Tahun 2010 ada 62 orang tewas dan 2011 terdapat 65 tewas,” tulis Ketua Presidium IPW Neta S Pane dalam rilisnya, Minggu (Kompas.com, 15/4).
Kawanan geng motor juga tidak jarang melakukan aksi penyerangan baik kepada anggota geng lain, ataupun kepada warga tak berdosa. Dalam serangan tersebut mereka tidak segan-segan membunuh korbannya. Masih menurut IPW, diperkirakan 60 orang tewas setiap tahun dalam aksi anarkisme yang dilakukan kawanan bermotor ini.
Yang memprihatinkan personil anggota geng motor ini banyak terdiri dari remaja. Bahkan kawanan geng motor yang berhasil ditangkap di Makassar pada 15 April lalu ada anggotanya yang baru berumur 11 tahun. Anggota geng motor juga tidak melulu anak lelaki. Remaja putri juga ikutan menjadi anggota geng atau bahkan membuat geng sendiri. Contohnya geng Nero yang pernah terkenal di Pati Jawa Tengah dan sebuah geng motor di Bali seluruh anggotanya adalah remaja putri. Mereka juga tidak sungkan untuk melakukan tindak kekerasan pada lawan-lawannya.
Pendidikan Salah Arah
Aksi anarkisme remaja bukan saja dilakukan oleh geng motor. Ada juga tawuran antar sekolah ataupun praktik menggertak dan memeras yang dilakukan oleh pelajar, baik secara perorangan maupun berkelompok. Menurut data Komnas PA, tawuran pelajar tahun 2011 ada 339 kasus dan memakan korban jiwa 82 orang. Tahun sebelumnya, jumlah tawuran antar-pelajar sebanyak 128 kasus (kompas.com, 23/11/2011).
Tak berbeda jauh, data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan, pengaduan kekerasan kepada anak sebanyak 107 kasus, dengan bentuk kekerasan seperti kekerasan fisik, kekerasan psikis, pembunuhan, dan penganiayaan (kompas.com, 23/11/2011)..
Kekerasan bukanlah tabiat dasar manusia sejak lahir. Allah SWT telah menciptakan manusia dalam keadaan hanif (lurus). Allah SWT berfirman dalam hadits qudsiy:
وَإِنِّي خَلَقْت عِبَادِي حُنَفَاء كُلّهمْ
Sesungguhnya Aku ciptakan hamba-hambaKu seluruhnya dalam keadaan lurus (HR. Muslim)
Salah satu yang dapat mengubah dan membentuk karakter generasi muda adalah dunia pendidikan. Fatalnya saat ini dunia pendidikan di tanah air justru berbasis sekulerisme. Memisahkan agama dari kehidupan. Pengajaran agama sejak SD hingga kuliah sangat minim. Materi ajarnya pun jauh dari pembahasan yang dibutuhkan para pelajar agar mereka mampu menjawab persoalan hidup yang dihadapi. Yang diukur dari mata pelajaran agama pun lagi-lagi kemampuan akademis, bukan aplikasi dalam kehidupan. Sementara itu para pelajar miskin pemahaman agama; standar halal dan haram, hukum-hukum Islam, dan akhlakul karimah.
Dunia pendidikan lebih fokus mengejar kemampuan akademik, bukan membangun karakter yang berkepribadian Islam. Banyak aktor dunia pendidikan justru melakukan tindakan tidak terpuji. Berulangnya kebocoran jawaban setiap ujian nasional (UN) digelar menandakan para pendidik dan pelajar sudah tidak lagi mengindahkan lagi kejujuran. Halal dan haram tidak penting, yang penting lulus.
Akibat Pemakluman
Kesalahan lain yang menyebabkan banyaknya remaja melakukan tindak kriminal adalah adanya pemakluman. Kebut-kebutan di jalan, tawuran, perilaku seks bebas, sering dikategorikan sebagai ‘kenakalan’ dan bukan tindak kriminal. Merasa dapat pemakluman, banyak remaja yang kemudian tidak jera mengulangi perbuatan antisosial.
Padahal bila dilihat dari hukum Islam, bisa jadi sebagian besar remaja yang melakukan perbuatan antisosial itu sudah terkategori baligh atau dewasa. Begitu seorang anak sudah baligh maka ia secara syar’I harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Nabi saw. bersabda:
« رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ : عَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ …»
Pena (hisab) diangkat dari tiga golongan; dari orang tidur hingga ia bangun, dari anak-anak hingga ihtilam…(HR. Abu Daud, Ibnu Majah)
Pelaku kekerasan atau gangguan keamanan yang terbukti sudah akil baligh maka kepada mereka ditetapkan sanksi pidana secara penuh, karena status mereka adalah orang dewasa bukan lagi anak-anak. Karena itu menyebut tindakan kriminal para remaja yang sudah baligh sebagai “kenakalan remaja” adalah kekeliruan besar.
Faktor Kelambanan Aparat dan Hukum Tidak Tegas
Patut disesalkan, selama ini pencegahan terhadap tindak anarkisme remaja amat lamban. Aksi balap liar ataupun kegiatan geng motor yang mengganggu keamanan terus terjadi padahal polisi sudah tahu lokasi dan pelakunya, dan warga pun sering melaporkan kejadian tersebut. Namun lagi-lagi minim tindakan pencegahan dan penanganan oleh aparat. Hanya sesekali saja aparat kepolisian melakukan razia membubarkan aksi balap liar geng motor.
Belum lagi sanksi yang diberikan tidak memberikan efek jera. Banyak pelaku yang tertangkap dan diproses hukum kembali lagi mengulanggi perbuatan mereka seperti balapan liar, tawuran atau penyerangan. Sama sekali tidak ada rasa takut terhadap hukum.
Lambannya penanganan oleh aparat dan hukum yang tidak tegas juga menjadi penyebab maraknya aksi balas dendam oleh anggota geng motor. Parahnya pengadilan jalanan ala geng motor ini merusak dan melukai siapa saja, baik lawan mereka ataupun bukan.
Solusi Islam
Merebaknya geng motor dan aksi anarkisme remaja adalah potret kegagalan sistem demokrasi-kapitalisme menciptakan generasi muda yang berkualitas. Remaja lebih tertarik menjadi anggota geng motor ketimbang kegiatan positif dan produktif. Di Bandung, diperkirakan puluhan ribu remaja tanggung bergabung ke dalam geng-geng motor. Sebagian besar dari mereka lagi-lagi kerap melakukan keonaran. Kegagalan itu diantaranya disebabkan arah dunia pendidikan yang melulu mengejar kualitas akademik ketimbang pembentukan karakter, apalagi kepribadian Islam.
Hal itu bertolak belakang dengan Islam. Sistem Pendidikan Islam mengarahkan dan membentuk para pelajar agar memiliki kepribadian Islam dan juga trampil dalam sains dan teknologi. Landasan pendidikan Islam adalah penanaman akidah Islamiyyah dan ketakwaan. Dengan modal awal ini maka seorang pelajar akan paham tujuan hidupnya untuk beribadah kepada Allah. Dia juga yakin akan adanya penghisaban atas segala amal perbuatan di dunia. Sehingga dia tidak akan gegabah apalagi berbuat kemungkaran selama hidupnya.
Islam juga memberikan sanksi pidana yang tegas bagi pelaku kejahatan sesuai kejahatannya. Sanksi tegas itu akan menjadi zawâjir (pencegah) yang bisa mencegah pelaku mengulangi kejahatannya dan mencegah orang lain meakukan kejahatan serupa. Dengan itu keamanan dan ketertiban masyarakat akan terwujdu.
Disamping itu, aparat keamanan juga berkewajiban mengingatkan siapa saja yang berkerumun di pinggir jalan agar tidak mengganggu ketertiban serta menjaga keamanan. Sebab Rasul pernah bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْجُلُوسَ بِالطُّرُقَاتِ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ ، مَا بُدٌّ لَنَا مِنْ مَجَالِسِنَا نَتَحَدَّثُ فِيهَا ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنْ أَبَيْتُمْ ، فَأَعْطُوا الطَّرِيقَ حَقَّهُ ، قَالُوا : وَمَا حَقُّ الطَّرِيقِ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : غَضُّ الْبَصَرِ ، وَكَفُّ الأَذَى ، وَرَدُّ السَّلاَمِ ، وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ ، وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Hindarilah duduk-duduk dipinggir jalan!‘ Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, kami tidak dapat meninggalkan majelis untuk mengobrol di sana.” Nabi bersabda, “Jika kamu tidak bisa meninggalkan, maka berilah hak jalan.” Mereka bertanya, “Apakah hak jalan itu ya Rasulullah?” Nabi bersabda: “Menahan pandangan, menahan gangguan, menjawab salam, serta amar makruf dan nahi mungkar.” (HR. Bukhari & Muslim)
Wahai kaum muslimin
Hancurnya generasi muda Islam adalah buah kerusakan sistem demokrasi. Sudah saatnya menyelamatkan anak-anak kita dari cengkeraman sistem yang rusak ini. Satu-satunya cara menyelamatkan generas muda kita adalah menjaga mereka dari kerusakan melalui penerapan syariah Islam. Apakah kita harus menunggu hingga generasi muda kita binasa? Pastinya tidak. Karena itu, saatnya kita lipatgandakan dakwah dan perjuangan demi tegaknya syariah Islam dalam bingkai sistem Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Wallâh a’lam bi ash-shawâb. []
Komentar:
Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas: Sejumlah sebab korupsi di kalangan pegawai negeri sipil (PNS) salah satunya karena budaya konsumerisme dan tuntutan gaya hidup. Gaji pas-pasan tetapi berani mengambil kredit mobil. “Pegawai per bulan gaji Rp 5 juta tapi berani-beraninya kredit mobil Hummer! ” kata Busyro (detiknews.com, 17/4)
1. Sistem dan ideologi kapitalisme yang diterapkan saat ini menjadikan gaya hidup glamor sebagai bagian dari keharusan. Sebab dalam ideologi kapitalisme yang dikejar adalah kesenangan materi.
2. Hal itu diperparah oeh banyaknya pejabat dan wakil rakyat yang mempertontonkan kemewahan meski dibayar oleh pajak rakyat.