HTI Press. Pagi itu, tiga orang tim LKU DPD 2 Kota Bogor silaturahmi ke KH Baedowi. Selain untuk mempererat tali silahturahmi juga ingin mengetahui pendapat KH. Baedowi terkait liberalisasi Migas. Ustadz yang menjadi mudhir dari pesantren Raudhatul Islamiyah pun menyatakan ketidakbolehan liberalisasi dan beliau menjelaskan beberapa alasan berdasarkan nash syara’. Beliau mengutip hadist tentang kepemilikan umum “Annaasu syuraka ala tsalasin al kala wal maa wannar”. “Yah itu benar sekali, memang di Indonesia telah dikuasai asing.
Bukan hanya migas tapi semuanya. Padahal hadist mengatakan Annaasu syuraka ala tsalasin al kala wal maa wannar bahwa manusia bersekutu dalam tiga hal yakni padang rumput, air dan api. Ini termasuk migas. Saya setuju itu. Bahkan Indonesia itu kaya bukan hanya dari migas. Hasil dari hutan, laut dan lain-lain. Juga dalam UUD 45 sudah ada itu. Memang kudunamah Indonesia teh diatur ku al qur’an (semestinya Indonesia diatur oleh al Qur’an). Sudah komplit tentang aturan hidup manusia,” tgas sang Kyai.
Kyai yang pernah aktif sebagai Ketua Umum Pemuda Syarikat Islam ini pun banyak cerita tentang kondisi di tempat kediaman Beliau dan perkembangan dakwah serta titik-titik dakwah yang menjadi simpul ulama di Bogor. Secara garis besar, ada 4 simpul ulama yakni di kaum (tempat Pak Kyai Baedowi), Sukaraja, Cisempur (Bakom) dan Caringin dengan beberapa keunggulan masing-masing. Termasuk link dari ulama Bogor dengan Ulama besar di Pandeglang dan Banten. Kyai yang berafiliasi dengan PPP, pernah beberapa kali ikut halaqoh ulama di bandung, jember dll.
Beliau mengapresiasi langkah kontak yang dilakukan HTI dan berharap akan terjalin silaturahmi yang baik dan beliau cerita beberapa pengurus Syarikat Islam sudah beberapa kali ikut dalam kajian HTI.[] mi bogor
ayo…. para sybb jalin slalu kntak dng para simpul2 dakwah smga ini memudahkan pertologan Allah SWT.