Diskusi Publik: “Muslimah Papua Rindu Khilafah”

HTI Press. Ahad, 15 April 2012, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) wilayah Papua, mengadakan acara diskusi publik, yang berlangsung di gedung LPTQ, Cigombong, Kotaraja, Papua, dengan mengusung tema “Khilafah: Model Cemerlang Bagi Hak-hak dan Kemuliaan Perempuan”.

Acara dimulai pada pukul 08.30 WIT. Diiringi cuaca yang cerah dan udara pagi yang sejuk sehingga meringankan langkah kaki para tamu undangan untuk mendatangi gedung LPTQ tempat berlangsungnya acara. Peserta yang hadir berasal dari penjuru kota Jayapura dan kabupaten Jayapura. Ada lebih dari 100 peserta yang ikut berpartisipasi, diantaranya ada dari para mubalighoh, tokoh masyarakat, ibu-ibu majelis taklim, guru dan siswi-siswi SLTP dan SLTA. Mereka datang dengan satu tujuan yang sama, para perempuan Papua butuh khilafah.

Rangkaian acara diskusi publik ini diawali oleh pembicara pertama Ibu Desi Yati, ST. Beliau adalah seorang pemerhati sosial masyarakat khususnya masyarakat Papua. Judul materi yang diangkat yaitu “Demokrasi Memarjinalkan Perempuan”. Menurutnya bahwa keterpurukan nasib perempuan, baik di ranah domestik maupun publik berdampak pada terjadinya kekerasan di dalam rumah tangga, perselingkuhan, hingga terjadinya perceraian. “Dampak lain yang dihasilkan dari sistem yang saat ini dipakai adalah merebaknya kerusakan moral remaja, seks bebas, eksploitasi perempuan, sampai pada penjualan perempuan (trafficking),” tegasnya.

Masih menurut Beliau, kondisi perempuan di Indonesia yang didominasi kemiskinan salah satunya yaitu perempuan menjadi TKW. Kondisi tersebut tentu sangat ironis mengingat Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Semua keterpurukan tersebut diakibatkan oleh pemerintah yang mengusung ideologi kapitalis-sekuler.

Sementara itu menurut aktifis MHTI Papua, Ustadzah Lutfiah, yang menjadi pembicara kedua menyampaikan materi dengan judul “Islam Memuliakan Perempuan”. Bahwa keterpurukan perempuan yang disebabkan oleh sistem kapitalis adalah ditinggalkannya Islam sebagai way of life (mabda). Kenapa hal itu bisa terjadi; apakah karena Islam terlalu kaku dan tidak up date; apakah karena syariat Islam mendiskriminasikan perempuan; apakah karena tidak ada yang capable; atau karena tidak adanya institusi? Ia pun menjabarkan, bagaimana Islam menjamin hak-hak perempuan, kebahagian, ketenangan, apabila syariat Islam diterapkan secara kaffah. “Syariah kaffah tidak akan tegak kecuali dengan khilafah,” paparnya.

Seusai para pemateri menyampaikan pemaparannya dilanjutkan dengan sesi diskusi. Secara keseluruhan acara diskusi publik tersebut mendapat respon yang antusias dari para peserta. Sebelum acara ditutup, beberapa aktifis MHTI Papua melakukan aksi teatrikal yang menggambarkan kondisi kaum perempuan yang termarjinalkan akibat kemiskinan, korban pelecehan seksual, gaya hidup hedonis, sampai pada tingkah laku penguasa yang tidak memikirkan rakyatnya. Puncak dari teatrikal adalah dikibarkannya panji Liwa Roya sebagai bentuk kerinduan akan tegaknya Daulah Khilafah yang akan mengakhiri penderitaan kaum perempuan. Allahu Akbar!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*